Rika dan Riko, sepasang anak kembar, Kevin, pacar Rika yang menjadi pemimpin pendakian, Sahat, si porter berbadan besar, Rian, si jago karate, dan Sarah, sang medis, tiba di sebuah desa di kaki Gunung Angker. Mereka berencana untuk memulai pendakian esok hari.
"Desa ini sunyi sekali, ya," ujar Sarah sambil mengamati sekitar.
"Memang, tapi sepertinya penduduknya ramah," jawab Rika sambil tersenyum.
Mereka diterima oleh seorang pria tua yang memberikan tempat berteduh untuk malam itu. Saat sedang duduk santai, Rian mendengar bisik-bisik dari beberapa penduduk desa. "Banyak yang tidak kembali dari Gunung Angker," bisik seorang wanita tua dengan nada cemas.
Rian mengangkat bahu dan berkata, "Ah, paling cerita rakyat saja. Kita sudah siap dengan segala persiapan."
Riko, yang selalu penuh semangat, tiba-tiba mendapatkan ide. "Bagaimana kalau kita mendaki malam ini? Lebih menantang!"
Rika dan Sarah segera menolak. "Gila kamu, Riko! Malam-malam? Bahaya," kata Rika tegas.
"Tapi seru, kan? Kita sudah siap dengan segala peralatan," timpal Kevin mendukung Riko.
Akhirnya, karena mayoritas setuju, mereka memutuskan untuk mendaki pada malam hari.
Pukul 10 malam, mereka berkumpul di kaki gunung dan mulai pendakian. Riko memimpin di depan sebagai navigator. "Ayo, jangan sampai terpisah. Kita akan aman jika bersama-sama."
Kevin, Rika, Sahat, Sarah, dan Rian mengikuti di belakang. Awalnya, pendakian berjalan lancar.
"Ini tidak seburuk yang kukira," ujar Sarah.
Namun, setelah mendaki selama sekitar 23 menit, Sahat merasakan sesuatu yang aneh. Ada yang menyentuh bahunya, tetapi ketika dia menoleh, tidak ada siapa pun.
"Rian, tadi rasanya ada yang menyentuh bahuku," bisik Sahat dengan wajah pucat.
"Mungkin cuma perasaanmu saja," jawab Rian sambil tertawa kecil, mencoba menghilangkan ketakutan Sahat.
Tiba-tiba terdengar jeritan dari arah belakang. Mereka semua berhenti dan melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan sumber suara tersebut.
"Kita harus kembalil" desak Rika yang ketakutan.
"Tetap tenang, kita lanjutkan. Mungkin hanya hewan,"
kata Kevin mencoba menenangkan. Namun, ketika mereka melanjutkan perjalanan, Riko tiba-tiba menghilang.
Mereka mencari Riko bersama-sama, tetapi setelah 15 menit, mereka masih tidak menemukannya.
"Kita harus berpencar. Kevin, aku akan bersamamu," ujar Rika.
"Sahat, kamu dengan Sarah. Rian, kamu sendiri," perintah Kevin.
Sahat dan Sarah mulai mencari di area yang berbeda. Tiba-tiba, Sahat menemukan bercak darah di tanah.
"Sarah, ada darah di sini!" panggil Sahat dengan suara gemetar.
Mereka mengikuti jejak darah tersebut hingga ke semak-semak. Dengan senter, mereka menemukan tubuh Riko yang telah dimutilasi. Panik, Sahat berteriak meminta tolong.
"Lari, Sarah! Lari!" teriak Sahat saat melihat sosok hantu yang mengerikan mendekat.
Sahat mencoba melawan, tetapi hantu itu langsung memenggal kepalanya.
Sarah yang panik berlari mencari Rian.
"Rian! Tolong!" teriak Sarah.
Mereka berdua akhirnya bertemu. "Kita harus kembali ke desa!" kata Sarah dengan wajah penuh ketakutan.
Saat mereka hendak berbalik, sosok hantu yang sama muncul di depan mereka. Rian mencoba melawan, tetapi hantu itu melemparnya ke pohon hingga tulang belakangnya patah. Sarah hanya bisa menjerit saat melihat kepala Rian dihempaskan hingga hancur.
Sarah berlari sekuat tenaga, namun dalam kegelapan, dia tidak memperhatikan jalan dan terjatuh ke jurang. Sementara itu, Kevin dan Rika masih mencari Riko.
"Kakak kembarku di mana, Kevin?!" teriak Rika dengan air mata berlinang.
Saat sedang mencari, Kevin menemukan potongan daging yang ternyata adalah mayat Rian. Dia panik dan kembali ke arah Rika. Namun, Rika sudah menghilang.
"Rika! Di mana kamu?!" teriak Kevin putus asa.
Dia terus mencari hingga menemukan kepala Sahat yang terpisah dari tubuhnya. Ketakutannya semakin memuncak. Dia berlari menuruni gunung sekuat tenaga.
Saat berlari, tiba-tiba sesuatu dilemparkan ke arahnya. Itu adalah kepala Rika. Kevin yang ketakutan dan menangis terus berlari menuju desa. Namun, sebelum mencapai desa, tubuhnya terlempar ke atas pohon dan ditusuk hingga hancur.
Pendakian malam itu berakhir tragis. Semua anggota kelompok pendakian tewas dengan cara yang mengerikan. Gunung Angker kembali menambah daftar korbannya, memperkuat legenda keangkerannya. Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi malam itu, tetapi desa di kaki Gunung Angker kembali tenggelam dalam ketakutan dan bisik-bisik tentang pendaki yang tidak pernah kembali.