Hai aku Feyyola Chayra Fiona anak pertama di keluarga Najandra.
Dia mama ku Gauri Ellen Fiona cantik bukan? dan dia papa ku Arik Mahija Najandra, papa merupakan pengusaha sukses di kota Jakarta, ada beberapa perusahaan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tak lupa dia Mahen Parama Najandra adik kandung gue iya meskipun memiliki sikap jahil iya tak luput dari wajah tampan yang turun dari sang papa.
"Ish Hen, Mahen itu punya kakak balikin"teriak gadis cantik berkulit putih itu berlari menuruni anak tangga.
"Kalau bisa ambil sendiri kak"sahut pemuda itu yang hanya berbeda satu tahun dari gadis cantik itu.
"Jangan lari-lari kalian nanti jatuh"nasehat mama mereka berdua.
"Itu ma, si adik ambil handphone kakak" adu gadis itu.
"Mahen balikin handphone kakak"pinta mama mereka yang bernama Gauri.
"Ini, lagian kakak senyum-senyum sendiri lihat handphonenya"ucap pemuda itu sambil menyerahkan kembali barang milik gadis cantik itu.
Sedangkan sang papa hanya tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu.
"Kalian... Kalian, ayo di makan rotinya nanti keburu telat di sekolahnya"pinta Gauri.
"Baik ma"
Seusai sarapan mereka berdua mencium punggung Gauri dan segera mengikuti langkah sang papa dari arah belakang.
Di dalam perjalanan.
"Nanti papa ngak bisa jemput, nanti biar sopir aja ya yang jemput kalian"kata papa Arik.
"Baik pa"
Setiba di depan gerbang SMA Sentosa Germilang, setelah mereka mencium punggung tangan Arik segera keluar dan memasuki gerbang sekolahnya.
"Fayyola"sapa seorang gadis berlari kearah mereka.
Gadis yang mempunyai nama tersebut menoleh kearah sumber suara yang tak asing baginya.
"Gue kira siapa tadi"ucap Fayyola kepada gadis cantik yang sudah berada di sampingnya.
"Kak gue duluan ada Rendika di depan"ucap Mahen kepada kakak perempuannya.
"Oke"
"Jadi kan nanti sore sama anak-anak yang lain ?"tanya gadis itu.
"Jadi dong Helena Magnolia"jawab Fayyola kepada sahabatnya itu yang bernama Helena Magnolia.
Dari arah belakang mereka terdengar suara motor sport memasuki gerbang SMA Sentosa Germilang.
Kedua gadis itu melihat kepada ketiga cowok tampan di sekolahnya yang sedang melintas kearah mereka dengan motor sportnya.
Salah satu cowok yang mengendari sport hitam itu melihat kearah Fayyola saat melintas kedua gadis itu.
"Si paling galak, cuek dingin lihat tuh kearah lu Yol"kata Helena sambil menyenggol tubuh ramping Fayyola hingga membuat sang empu terjatuh.
"Lu ngak papa kan Yola ?"kata pemuda lelaki yang yang menahan punggung Fayyola yang terjatuh.
Dengan cepat Fayyola berdiri tegap.
"Yol maaf gue ngak sengaja"sesal Helena.
"Gue ngak papa Zidan makasih"jawab Fayyola kepada laki-laki itu bernama Zidan.
Zidan mengangguk dan membenarkan kaca matanya. Meskipun dengan kaca mata aura ketampanan Zidan masih terlihat ya meskipun sedikit culun.
"Gue duluan Dan"kata Fayyola sambil menarik tangan Helena.
Dari arah jauh ketiga lelaki tadi melihat kearah mereka.
"Yakin lu Rel, ngak mau menerima Yola?"tanya sahabatnya.
"Bodo, ayo masuk"jawabnya geram dan melewati kolidor kelas.
****
Di jam istirahat.
Fayyola dan Helena mendekat kearah ketiga lelaki tampan tadi.
"Yuk ke kantin Farrel ?"ajak Fayyola kepada lelaki yang menjadi tahta di hatinya itu.
"Lu aja sendiri"jawab Farrel ketus.
Fayyola menarik lengan Farrel dan menariknya menuju kantin.
"Mau lu apa sih ? Dan enaknya tadi pagi di tolong sama si Zidan !"kata Farrel yang membuat langkah mereka terhenti.
"Lebih baik kita bertiga duluan aja"kata Helena sambil menarik tangan kedua cowok sahabat Farrel itu.
Fayyola tersenyum kearah Farrel dan berkata.
"Cemburu iya, kalau cemburu bilang aja tandanya lu suka sama gue"kata Fayyola.
"Enggak siapa juga yang cemburu"jawab Farrel sambil meruncingkan bibirnya di depan.
"Boong terlihat dari bibir lu"ucap Fayyola tersenyum.
"Ish bodo...kenapa sih lu deket terus sama gue ?"tanya Farrel.
"Iya gue suka sama lu, mana lu belum jawab lagi"sunggut Fayyola.
Farrel terdiam, dalam hatinya dia juga merasakan mencintai Fayyola, tetapi bibirnya susah mengungkapkan perasaannya.
"Yol, ngak ke kantin ?"tanya Zidan yang berhenti kearah mereka.
Fayyola tersenyum kearah Zidan untuk memanasi Farrel.
"Iya ini mau ke kantin Dan"jawab Fayyola.
"Sama gue yuk"tawar Zidan.
Fayyola sekilas melihat kearah Farrel yang menampakan pandangan tak suka kearah Zidan.
Zidan memegang lengan Fayyola dengan cepatnya Farrel menghempaskan tangan Zidan yang memegang lengan Fayyola.
"Ayo buruan udah lapar gue"kata Farrel sambil menarik tangan Fayyola meninggalkan Zidan.
Fayyola tersenyum kearah Farrel yang sekarang sudah berada di sampingnya.
"Kenapa lu senyum-senyum ?"tanya Farrel.
"Hmm...ngak papa kok"kata Fayyola.
"Oh iya tadi lu ngak mau ke kantin, kok tiba-tiba laper ?"tanya Fayyola.
"Husst jangan banyak omong udah laper banget gue"omel Farrel.
****
"Makasih bu"kata Fayyola yang di mana pesannya telah sampai.
Segera Fayyola menyantap siomay di depannya itu.
"Kok kayak enak siomay Yola"batin Farrel.
"Kenapa mau ?"tanya Fayyola yang melihat Farrel melihat kearahnya.
"Ngak, makan aja"tolak Farrel dan menyantap cirengnya.
****
"Btw kalian itu sama-sama terus kapan lu jawab Fayyola, dia iya cantik, lembut, baik, beruntung Fayyola menyatakan cinta ke lu Rel"nasehat sahabatnya.
"Gue suka sama dia, gimana iya gue udah mau jawab mulut gue kaku ish"jawab Farrel jujur.
"Lebih baik lu cepat-cepat jawab deh benar kata Angga, keburu nanti Yola di ambil sama Zidan"sahut sahabatnya.
"Lu kok ngomongnya gitu sih Vian"kata Farrel.
"Ngak gitu Rel, gue ngomong apa adanya Rel lihat Zidan dia sudah lama suka sama Fayyola"balas Vian.
"Benar juga kata Vian"batin Farrel.
"Hai...gue antar pulang ya"tawar Zidan.
"Maaf Dan gue lagi nunggu adik gue dan supir"kata Fayyola.
"Eh kak Zidan"sapa Mahen yang sudah berada di samping Fayyola.
"Ada apa kak ?"tanya Mahen.
"Rel, Rel lihat tuh baru gue ngomong apa"ucap Vian menepuk pundak Farrel.
Dengan langkah cepat Farrel mendekat kearah mereka.
"Gue mau antar kak Yola pulang boleh ngak ?"jawab Zidan.
"Boleh lah kak iya kan kak Yol"kata Mahen.
"Yola biar gue aja yang antar" tiba-tiba Farrel menawarkan yang membuat Mahen terkejut.
"Wih kakak ada dua cowok yang suka kakak"bisik Mahen yang membuat Fayyola tersenyum.
"Sama gue aja Yola"ucap Zidan.
"Yola itu harus sama gue"tekan Farrel.
"Gue"
"Gue"
"Udah stop-stop"lerai Fayyola.
"Kenapa mereka Nga ?"tanya Helena kepada kekasihnya itu.
"Biasanya gimana"jawab Angga.
"Mending sahabat gue sama Farrel dari pada Zidan yang asal usulnya tidak jelas"kata Helena.
"Gue juga setuju"jawab Angga dan Vian hampir bersamaan.
"Maaf ya Zidan gue pulang sama Farrel aja"ucap Fayyola.
"Ayo Rel"kata Fayyola sambil menarik tangan Farrel.
"Hati-hati kak"teriak Mahen kepada kakaknya itu.
"Udah bang sabar, kakak sukanya sama kak Farrel"kata Mahen lalu berlalu masuk ke mobilnya.
****
" Nanti malam gue tunggu di pesta ulang tahun gue"ucap Farrel setelah mengantarkan Fayyola di depan mansion nya.
"Iya, nanti gue dandan secantik mungkin"ucap Fayyola.
Farrel mengangguk dengan ekspresi datar.
"Gue dulu"
"Hati-hati di jalan"
****
Farrel menghentikan motornya ia berhenti di pinggir jalan tak jauh dari mansion Fayyola.
Terlihat Farrel memegang dadanya yang berdetak kencang sambil mengatur nafasnya.
"Jangan dulu kambuh"lirih Farrel memegang dadanya.
Segera Farrel mengambil ponselnya di saku dan menelpon kontak Angga.
"Nga tolong gue"kata Farrel dengan mengatur nafasnya dadanya semakin sakit.
"Kambuh lagi, lu dimana?" tanya Angga di sebrang sana dengan nada khawatirnya.
"Gue di jalan mangga ngak jauh dari mansion Fayyola buruan"jawab Farrel.
"Oke lu tunggu di sana gue ke sana sekarang juga"jawab Angga dan panggilan berakhir.
Jalanan sepi di sore hari itu Farrel terus bertahan dengan memegang dadanya yang sangat terasa sakit.
Dua puluh menit kemudian Angga dan Vian tiba dan menghampiri Farrel yang semakin pucat.
"Ke rumah sekarang Rel"ucap Angga panik dan Vian juga membantu Farrel berdiri.
Setelah Farrel dalam boncengan Angga segera mereka menuju rumahnya dan di belakangnya Vian membawa motor milik Farrel.
****
Farrel di tangani oleh dokter Willy.
"Gimana dok dengan kondisi anak saya ?"tanya bunda Maria ibunda Farrel.
"Farrel segera mendapatkan donor jantung, karena kondisi sudah semakin parah"jawab dokter Willy.
Maria terdiam dan Banu memeluk tubuh sang istri.
Kedua sahabatnya yang mendengar itu pun merasa sangat sedih.
Dari kecil Farrel menderita penyakit jantung yang di mana hidupnya sampai berusia 18 tahun. Dari kecil hingga remaja dia selalu rutin datang ke rumah sakit untuk memeriksa penyakit jantungnya.
"Saya sudah mencari pendonor untuk Farrel tapi sayangnya belum ada pendonor yang cocok untuknya"lanjut dokter Willy.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya bila ada pendonor yang cocok dok"jawab Banu.
"Anak saya akan bertahan sampai kapan dok ?"tanya Maria.
"Tinggal satu bulan, semoga ada pendonor yang cocok untuk Farrel"balas dokter Willy
"Nanti Farrel sudah sadar boleh langsung pulang nanti saya berikan obatnya"lanjut dokter Willy.
****
"Hel, bagusan yang mana ini atau yang ini ?"tanya Fayyola sambil memperlihatkan kedua dressnya.
"Bagus semua, tapi pakai yang itu aja"jawab Helena sambil menunjuk dress putih panjang yang di pegang Fayyola di tangan kirinya.
Segera Fayyola menggunakan dress panjang lengan sebahu dengan sedikit memperlihatkan dadanya.
"Yakin Hel ?"tanya kembali Fayyola.
"Bagus cantik lu pakai itu"jawab Helena sambil mengacungkan jembol.
Setelah berpamitan ke dua orang tuanya mereka pun pergi menunggukan mobil Helena, tentunya Mahen yang menjadi supir mereka berdua.
****
Mereka telah bisa Mahen membukakan pintu untuk Fayyola keluar.
"Adik yang pengertian deh"puji Helena kepada Mahen.
"Makasih"ucap Fayyola kepada sang adik.
Mereka pun memasuki mansion milik Farrel.
Para tamu undangan tertuju kearah mereka, mereka terpana dengan kecantikan Fayyola dan Helena.
Farrel tidak bisa mengedipkan matanya dia memegang dadanya kembali yang berdetak kencang.
"Pliss jangan lagi dong"batin Farrel.
"Kamu kenapa ? Kamu ngak kenapa-kenapa kan ?"tanya Fayyola.
Kedua sahabatnya yang melihat Farrel mendekat kearahnya.
Farrel menggelengkan kepalanya kearah kedua sahabatnya itu sebagai kodenya.
"Aku ngak papa kok"jawab Farrel.
"Alhamdulillah kalau gitu, ini hadiah buat kamu selamat ulang tahun"ucap Fayyola sambil memberikan hadiah kepada Farrel.
Setelah itu Helena dan Mahen juga memberikan hadiah kepada Farrel setelah mengucapkan Terima kasih.
"Kalian nikmati dulu makanannya"ucap Farrel.
"Gue ke sana dulu ya"kata Farrel setelah mendapat anggukan kepala dari mereka.
Farrel berjalan di belakang mansionnya diikuti oleh kedua sahabatnya.
"Lu yakin ngak papa Rel ?"tanya Vian.
"Gue ngak papa"jawab Farrel.
****
Acara pun di mulai setelah meniup lilin dan potong kue.
"Gue mau mengucapkan sesuatu kepada kalian"ucap Farrel di micnya.
Farrel melihat kearah kedua orangnya hanya mengangguk kepala dengan senyuman begitu juga dengan kedua sahabatnya.
Farrel menuju kearah Fayyola dan membawanya di depan mic kembali.
Semua mata tertuju kearah mereka berdua. Sedangkan Zidan pasti menampakan wajah kesal dan geram kepada Farrel.
Farrel menatap wajah cantik Fayyola dan memegang boneka kelinci kesukaan Fayyola.
"Aku tahu kamu sudah mengungkapkan perasaan mu pada ku, tetapi di hari sepesial ini aku akan menyampaikan sesuatu kepada mu Yol"ucap Farrel terjadi sesaat.
"Sebenarnya aku juga suka sama kamu"Farrel berhasil mengeluarkan ucapannya yang dimana berhari-hari sulit terucap.
Fayyola menganggukan kepalanya dan berkata.
"Terima.... Terima"
"Aku juga cinta sama kamu Rel"jawab Fayyola yang membuat di sana bersorak gembira.
Farrel memberikan boneka kelinci kepada Fayyola.
"Makasih sayang"ucap Farrel dan memeluk tubuh mungil Fayyola.
"Awas aja lu Rel, tunggu pembalasan dari gue"batin Zidan dan berlalu pergi meninggalkan pesta Farrel.
****
"Cie..ciee ada yang baru jadian traktir dong"goda Helena yang di mana mereka melangkah menuju kantin.
"Biar gue aja yang traktir"sahut Farrel.
"Serius lu Rel ?"tanya Helena.
Farrel menganggukkan kepalanya.
"Lumayan makan gratis"sahut Vian sambil mengelus perutnya yang terasa rapat.
"Enak aja kalian berdua bayar sendiri"balas Farrel kepada dua sahabatnya.
"Astaghfirullah Rel"ucap kedua sahabatnya itu.
Farrel tertawa. "Gue bercanda bego, iya lu berdua gue traktir"ucap Farrel.
"Nah gitu dong"ucap kedua sahabatnya sambil merangkul bahu Farrel.
****
Di malam hari.
Farrel mengajak Fayyola di mansionnya.
Fayyola di sambut hangat oleh kedua orang tuanya.
"Calon menantu bunda"ucap Maria sambil memeluk tubuh Fayyola.
"Ini untuk bunda dan papa"ucap Fayyola sambil menyerahkan taper bag kepada Maria.
"Makasih sayang, repot-ropot kamu bawa beginian"kata Maria sambil mearaih taper bag itu.
"Ngak papa bunda"
Mereka mengobrol penuh canda tawa hingga pukul menunjukan pukul 20.30 wib.
"Kalau gitu Yola pulang dulu bunda, papa"kata Fayyola dengan sopan.
"Iya sayang hati-hati"jawab Maria.
Fayyola pun mencium punggung tangan Maria dan Banu.
"Jangan ngebut-ngebut lho Rel"pinta Banu.
"Siap bos"jawab Farrel.
Mereka pun menuju di mobil Farrel, Farrel membukakan pintu untuk Fayyola. Kemudian Fayyola masuk ke dalam mobil.
"Oh iya lupa aku"gumam Farrel.
"Kenapa sayang ?"tanya Fayyola di saat kaca ia buka.
"Bentar handphone aku ketinggalan"ucap Farrel.
"Tunggu sebentar ya"ucap Farrel dan berlalu masuk ke dalam mansionnya.
Kembali Fayyola menutup kaca mobil Farrel dan menunggu di dalam.
Di pinggir jalan tak jauh dari arah mansion Farrel, ada sebuah mobil hitam yang baru tiba.
"Baru sampai bos, kayaknya Farrel mau keluar"ucap pria di dalam mobil itu yang tengah menelpon seseorang.
"Bagus kalau begitu Farrel benar-benar sendiri kan?"tanya seseorang dari sebrang.
"Aman sendiri bos"
"Kalau begitu segara jalannya apa yang ku minta tadi, kalau keluarga kamu akan selamat"
Telpon mereka terputus segera seseorang itu mengikuti mobil Farrel dari belakangnya.
"Itu mobil Farrel, pasti sama kakak om"kata Mahen di dalam mobil milik om Iyan.
"Yakin Hen ?"tanya Iyan.
"Yakin om itu platnya sama"jawab Mahen.
"Ya sudah biarin mereka berdua dulu"balas Iyan.
Hingga mereka tiba di perempatan.
Mobil yang mengikuti dari arah belakang kini sudah dari arah kiri dengan menancapkan gas yang sangat cepat.
Farrel menghindar dari mobil hitam yang melaju kencang hingga membanting setir kearah kiri hingga mobil mereka menabrak pohon dengan cepat.
"Aaaaa" teriak Fayyola sambil memegang bahu Farrel.
Brak!
"Kakak"teriak Mahen yang melihat kejadian tersebut.
Mobil Farrel mengeluarkan asap dengan depan mobil rusak parah akibat hantaman keras kearah pohon.
Iyan menghentikan mobilnya dan menyuruh Mahen turun.
"Cepat turun Mahen lihat kondisi mereka dan telpon orang rumah, om mau mengejar plat mobil yang telah menabrak mereka"pita Iyan.
Mahen menganggukkan kepalanya dan turun dari mobil menuju kearah mobil Farrel.
"Sayang...sayang"ucap Farrel dan mengulurkan tangannya kearah Fayyola yang sudah tak sadarkan diri.
Farrel susah payah menggerakan tubuhnya karena badannya terjepit.
Segera Iyan menghidupkan suara polisi di mobilnya dan melesat cepat mencari keberadaan mobil hitam tersebut.
"Sayang...bagun"lirih Farrel.
"Aaaaa"desis Farrel menekan dadanya yang tadi menghantam keras ke depan.
"Tolonggg"teriak Farrel.
"Kakak"teriak Mahen sambil membuka pintu tempat duduk Fayyola.
"Mahen cepat bantu kakak mu keluar"pinta Farrel dengan nada lemas.
"Iya kak"Mahen pun mengeluarkan tubuh Fayyola dengan hati-hati.
Terlihat darah segar keluar dari kepala Fayyola.
Dada Farrel semakin terasa sakit dengan nafas yang sungguh menyakitinya itu pun membuat Farrel tak sadarkan diri.
"Kak Farrel"teriak Mahen.
Mahen menolong tubuh Farrel yang terjepit itu hingga berdatangan para pengendara membantu mengeluarkan tubuh Farrel.
****
"Sayang....sayang bangun"ucap Gauri yang mengikuti perawat membawa putrinya masuk ke dalam UGD bersama Farrel.
"Maafkan anak saya Farrel jeng"ucap Maria.
Gauri menggelengkan kepalanya.
"Ini bukan salah Farrel orang yang menabrak itu yang salah jeng"jawab Gauri sambil memegang kedua tangan Maria.
Di dalam ruang UGD.
Farrel dan Fayyola tengah dalam tanganan beberapa dokter dan suster.
"Ya Allah hamba mohon selamatkan Farrel"batin Maria.
"Ya Allah selamatkan Fayyola"batin Gauri.
"Dok kondisi jantung pasien semakin lemah"ucap suster kepada dokter Willy.
"Siapkan alatnya"
"Baik dok"
Willy pun mengunakan alat pacu ke dada Farrel.
****
"Gimana kondisi anak saya dok ?"tanya Maria, Gauri bersamaan.
"Kondisi Farrel kritis dan kondisi Fayyola mendapatkan benturan sangat keras di kepalanya yang mengakibatkan buta"jelas Willy.
"Apa dok anak saya buta"kata Arik.
"Bu Maria, pak Banu bisa ikut saya sebentar ?"tanya Willy.
"Baik dok"
Mereka berdua mengikuti langkah Willy menuju ruangnya.
Willy mempersilahkan mereka duduk.
"Kondisi Farrel sangat kritis kecelakaan itu telah membuat kondisi jantung Farrel semakin parah hingga besok malam harus ada pendonor jantung untuknya"jelas Willy.
Maria menangis dan Banu memeluk tubuh Maria.
"Apa sudah ada pendonor dok?"tanya Banu.
"Kalau saat ini belum ada pendonor yang cocok kalian berdoa saja dengan cepat ada pendonor yang cocok untuk Farrel"
****
"Sial kalian ngak becus"teriak Zidan kepada orang suruhannya.
"Gue kan udah bilang apa Farrel sendiri, yang ada apa... Apa ada cewek gue di dalam mobil Farrel "bentak Zidan frustasi.
"Maaf bos"
****
Di pagi hari terlihat Fayyola membuka kelopak matanya.
"Ma..mama"ucap Fayyola sambil meraba-raba tangannya di depan.
"Iya sayang mama di sini sama papa"balas Gauri yang berada di samping ranjang pasien itu.
"Mati lampu ya ma, pa, kok gelap?"tanya Fayyola dengan pandangan kosong ke depan.
"Ma, pa jawab ma, Yola ngak bisa lihat apa-apa cuma gelap"lanjutnya.
"Sayang yang tenang sayang"ucap Arik sambil memeluk tubuh sang putri.
"Kakak ada aku di sini kak, kakak yang tenang ya"ucap Mahen.
"Ma pa sungguh gelap mata Yola tidak bisa melihat apa-apa semua gelap"
"Sabar ya sayang"
"Yola buta ya ma, pa, Hen jawab Yola?"
Arik mengusap rambut Panjang Fayyola.
"Iya nak"jawab Arik.
"Ngak...ngak mungkin hiksss....hiksss ma, pa bilang kalau ini mimpi hikss"tangis Fayyola setelah mendapat jawaban dari sang papa.
"Ngak sayang kamu ngak mimpi, yang sabar sayang" sahut Gauri sambil memeluk tubuh sang putri begitu juga dengan Mahen.
****
Di siang hari setelah tiga puluh menit yang setelah Farrel sadar dia mendapatkan izin dari Willy untuk menemui Fayyola.
Farrel menggunakan kursi roda yang di bantu oleh kedua orang tuanya menuju ke ruangan Fayyola di rawat.
Gauri, Raka dan Mahen memperbolehkan mereka masuk ke dalam.
Setelah Maria mengantarkan sang putra dan kembali Maria menunggu di depan ruangan bersama kedua orang tua Fayyola.
Farrel yang sudah mendengar dari Willy kondisi Fayyola dengan kebutaan yang terjadi. Dirinya merasa bersalah.
"Sayang maafin aku, harusnya aku tau sebelum kejadian itu hiksss...hikss maafkan aku"tanggis Farrel yang melihat Fayyola tertidur karena telah di berikan obat penenang.
****
Di malam hari kondisi Farrel semakin menurun.
"Bun, pa Fa-Farrel mohon i-ikhlaskan farrel, Fa-Farrel ngak kuat pa, bun"lirih Farrel.
"Ngak sayang kamu harus kuat, bunda yakin kamu pasti akan sembuh"jawab Maria dengan di sela-sela tangisnya.
"Farrel m-menyerah bun, pa F-Farrel mohon ikhlas kan Farrel"
"Farrel...Farrel"ucap Maria dan Banu menggoyangkan tubuh Farrel.
Tit...titit...titit
Suara alat Farrel terdengar begitu cepat.
Banu menekan tombol pemanggil dokter dan pasien.
Willy memasuki ruangan Farrel dengan terburu-buru.
Willy mengambil alat pacu jantung dan ditekankan di dada Farrel beberapa kali.
Titit....titit... Tiiiiiiiiit
Willy menghentikan aktivitasnya dengan raut wajah gursang.
"Pukul 21.06 pasien menghembuskan nafas terakhir"ucap sang suster.
Willy menganggukan kepalanya.
"Catat jamnya"
"Baik dok"
Ceklek!
Willy menggelengkan kepalanya tak mampu berkata-kata.
Maria, Banu berlari memasuki ruang Farrel.
Gauri, Arik dan Mahen yang mendengar kabar itu pun berlari menuju kamar Farrel.
Isi ruangan tersebut penuh tangis melihat tubuh sang anak terbaring di atas sudah tidak bernyawa.
Gauri memeluk tubuh Maria, untuk menenangkan sang empu.
****
Bunda Maria dan Banu membaca surat yang di tulis Farrel sore hari itu.
Isi surat tersebut Farrel mengatakan bahwa dirinya akan mendonorkan mata untuk Fayyola dan permintaan maaf Farrel yang belum bisa membahagiakan orang tuannya.
Maria menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Banu.
*****
Di siang hari kemudian.
Fayyola membuka kedua matanya yang telah di lilit oleh perban putih di sana.
Seulas senyum terbit di bibir Fayyola saat dirinya bisa melihat wajah orang-orang yang sangat dia sayangi itu berada di depan hadapannya.
"Ma, pa, Mahen, Yola bisa melihat lagi"ucapnya sambil tersenyum bahagia memeluk tubuh kedua orang tuanya.
****
Dua hari kemudian.
Gauri mendorong kursi roda Fayyola menuju di depan rumahnya sakit.
"Papa sama Mahen taruh baru dulu ya"ucap Arik yang mendapat anggukan dari Gauri.
"Ma, Farrel ke mana ma, aku kok ngak lihat Farrel ?"tanya Fayyola.
Gauri mengedipkan matanya yang hendak menangis itu.
Gauri berjongkok di depan Fayyola.
"Farrel selalu ada di dalam hati kamu sayang"jawab Gauri.
"Maksud mama apa ?"tanya Fayyola yang binggung.
Gauri memegang samping mata Fayyola.
"Itu yang Farrel berikan ke kamu"jawab Gauri.
Fayyola menggelengkan kepalanya.
"Ngak ma, Farrel mana ma ?" Fayyola kembali bertanya.
"Farrel sudah tidak ada sayang"ucap Gauri menghapus air matanya yang telah mengalir di pipinya.
Fayyola terdiam membeku dengan jawaban sang mamanya itu.
Gauri mengelurkan sebuah surat dan di berikan kepada Fayyola.
Segera Fayyola meraih surat tersebut dan di bukannya isi surat itu.
("Haii Fayyola tersayang, aku sungguh mencintai kamu dan aku hanya bisa memberikan mata ku untukmu, maaf selama ini aku tidak memberi tahu kamu bahwa aku memiliki penyakit jantung maaf telah menyembunyikannya darimu")
Deg!
Fayyola meneteskan air matanya membaca isi surat itu.
("Di saat kamu membaca surat ini berarti aku sudah tiada di dunia ini, maafkan aku yang tidak mengatakan sesungguhnya padamu aku tak ingin membuatmu khawatir padaku , dan aku sangat bahagia pernah jatuh cinta dengan kamu, makasih kamu telah mencintai mu dan maafkan aku")
Tangis Fayyola semakin keras hingga Gauri memeluk tubuh Fayyola dan memeluk, menangkan Fayyola.
****
Mereka mengantarkan Fayyola di makan Farrel.
Sungguh tubuhnya terasa membuka setelah melihat nama Farrel Pradipta Banu.
Lagi dan lagi air mata keluar membasahi pipinya.
"Kenapa Rel, kamu ninggalin aku hikss...hikss"
"Dan kenapa kamu ngak mengatakannya Rel...hikss...hikss"
"Cup...cup sayang, jangan nangis lagi nanti Farrel sedih"pinta Arik.
****
Lima hari kemudian.
Fayyola berada di depan zidan dengan Iyan, kedua orang tuanya dan kedua orang tua Farrel.
Plak!
Tamparan keras dari Maria melesat sempurna di wajah Zidan.
Maria mengeluarkan seluruh unek-uneknya.
Setelah puas Maria dan Banu memundurkan dari tempat setelah berpamitan kepada mereka.
Fayyola dengan amarahnya dengan air mata telah mengalir keluar.
Plak!
Satu tamparan lagi melayang di wajah Zidan.
"Brengsek lu, membuat aku kehilangan Farrel" bentak Fayyola.
Arik menahan tangan Gauri.
"Biarkan dulu ma"cegah Arik.
Zidan yang di pegang oleh kedua polisi itu tersenyum kearahnya.
"Bagus....bagus kalau Farrel meninggal itu lu bisa jadi milik gue"jawab Zidan dengan sombongnya.
"Benar-benar gila lu"umpat Fayyola dengan menampar wajah Zidan sekali lagi.
"Gue hanya mencintai Farrel, aku tidak mencintai kamu sedikit pun karena sifatmu yang seperti itu ingat itu"
"Ayo ma, pa, Hen kita pulang"ajak Fayyola.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan tempat persembunyian Zidan.
Hingga saat ini Fayyola masih mencintai Farrel, belum bisa dirinya membuka hati untuk orang lain.
