Hari berlalu, tahun berganti, penantian saur seorang pemuda 30 tahun pun akhirnya selesai, hari ini ia dinyatakan bebas dari penjara.
Memang hukuman 12 tahun, potong remisi, belum sepadan dengan pemerk*saan yang ia lakukan 8 tahun silam, baginya, lebih baik mendekam di penjara, daripada harus menjadi beban kelarga dan buruk di mata masyarakat. Namun, kebebasan telah diraihnya, hal ini membuatnya senang karena bisa berkumpul lagi dengan teman dan keluarga, tapi juga sedih, karena mempunyai citra buruk, sebagai seorang mantan napi pemerk*saan.
Sore itu, selepas ibadah sholat maghrib Imu berjalan kaki menuju rumah hastina, kekasihnya yang ia tinggalkan di dalam jeruji selama 8 tahun. Bukannya bahagia setelah lama tak bersua, namun kenyataan pahit harus diterimanya. tatkala ia mengetahui jika gadis cantik kembang desa sebelah itu telah menikah.
“Ooh.. ini suamimu?” ucap imu sinis, kekecewaan tak dapat dipendamnya, hingga tanpa terasa airmata berlinang di kedua pipinya. Tanpa banyak berkata, imu pun pergi dari hadapan hastina dan suaminya.
Tak hanya kecewa dalam urusan cinta, di kampungpun imu dikucilkan masyarakat, karena dianggap sebagai anak muda yang bejat. Mengingat yang diperk*sanya 8 tahun silam adalah siswa SD.
Akhirnya, keesokan paginya. imu pergi ke peternak ayam, untuk membeli anak ayam. Ketika sampai rumah, anak ayam tersebut dipelihara di dalam kardus yang diberi lubang, untuk bernafas, serta diberikan lampu, untuk penerangan. Sejak saat itu, setiap malam. imu selalu membebeekan curahan hatinya, pada anak ayam yang masih berumur sekitar 3 minggu tersebut.
“Wahai anak ayam..” “Tak ada lagi orang yang bisa mengerti aku..” “Mereka semua menjauh, kecuali ibu dan ayahku saja, yang masih mau menerimaku..” “Kamu tahu tidak? kalau hatiku ini perih.. benar-benar perih” Begitu isi curhatan imu, dimalam itu.
Hampir setiap malam, ia ceritakan kisah sehari-harinya pada sang anak ayam. Hingga pada suatu pagi, imu terkejut, tatkala mengetahui kalau sang sahabat sejati, yakni anak ayam kesayangannya raib. Melihat keadaan tersebut, imu benar-benar sedih. karena kini tak ada lagi yang bisa mendengarkan curahan hatinya.
Merasakan kesedihan yang mendalam, membuat imu kehilangan arah dan bingung. Hingga akhirnya ia putuskan untuk gantung diri di kebun kosong belakang rumahnya.
Cerpen Karangan: Rizs
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com