Ku lihat dirinya yang berdiri di ujung lapang basket sana, dia yang memakai baju putih biru berkerudung paris. Kusapa namanya “Desi, Desi” ya itulah namanya. Dia menoleh pandangannya kepadaku, dan anehnya ketika dia merespon sapaanku dia hanya merespon “hay, siapa ya yang ada disana?” padahal aku dan desi hanya beberapa meter jauhnya, dan aku pun menghampiri desi yang masih berdiri kebingungan di ujung lapang basket. “desi, bercanda mulu deh. Aku Tia masa gak tahu sih” dan desi hanya tersenyum manis kepadaku tidak ada sepatah kata yang desi ucapkan kepadaku. “yaelah kamu malah senyum. Ya udah, Nisya dan Dini menunggu-mu di laboratorium, ngapain juga kamu di ujung lapang basket ini? Latihan LBB kan udah sel…” belum juga selesai berbicara desi memotong pembicaraanku “oh iya.. cairan untuk presentasi-nya ada di tas aku, ya udah cepet kita pergi nanti Pak Marno tidak mengizinkan kita mengikuti pelajarannya” tangan aku pun ditarik dengan kencang oleh desi untuk segera menuju laboratorium.
Sebuah botol bekas yang berisi cairan untuk praktek pun kini telah digenggam oleh desi, dan dia sanggat bersemangat untuk melakukan praktek IPA kali ini, dia terus mengajak aku untuk segera masuk ke ruang laboratorium. Dan sebelum sampai di laboratorium ternyata Nisya dan Dini sedang berada di luar laboratorium menunggu aku dan desi, “itu dia si Desi, Tia.. Desi.. cepetan, lama banget” kata dini sahabatku, dengan itu Desi semakin semangat menuju laboratorium saking semangatnya Desi tidak menyadari di hadapannya ada tempat sampah dan “Bruuuk” Desi terjatuh dan cairan yang ada di dalam botol itu pun jatuh dan terbuang. Aku pun segera menuju desi yang sedang duduk karena jatuh “Desi, kamu kenapa? Sudah jelas di hadapanmu ada tempat sampah, mengapa kamu menabraknya?” aku Nisya dan Dini pun membantu Desi berdiri, “ada apa sih des?” tanya Nisya kepada Desi, “hehe, enggak kok teman teman. Maaf cairannya tumpah,” desi pun menjawab dengan nada gemeteran, dan tiba tiba dari arah selatan Pak Marno datang dan kami pun cepat cepat masuk ke dalam laboratorium.
Mata sipit desi pun mulai mengecil ketika melihat ke arah papan tulis, selalu aku perhatikan matanya, aku bingung dengan dirinya yang belakangan ini menjadi aneh seperti itu, saat ku sedang memperhatikan Desi yang duduk di sebelahku, tiba tiba Pak Marno mengejutkanku “Tia, ini hasil ulanganmu rabu kemarin” aku pun maju ke depan dan menerima selembar kertas dari tangan Pak Marno, ku lihat nilai yang ada di ujung kertas ulanganku dan akhirnya hasil ulangan IPA ku kali ini nilainya sempurna, dan sekarang giliran Desi menerima hasil ulangan IPAnya. Setelah Desi mengambil kertas ulangannya, biasanya Desi teriak kegirangan, namun sekarang Desi hanya merenung dan perlahan perlahan matanya mulai berkaca kaca. Nisya pun mencoba bertanya kepada Desi “des hasil ulangannya berapa? kecil lagi?” ketika Nisya menunggu jawaban dari Desi, Pak Marno langsung bertanya kepada Desi “desi kenapa nilai IPA sekarang hasilnya di bawah KKM?” desi pun mengusap air matanya yang hampir mengenai pipinya yang cabi. “tidak pak, saya hanya kurang belajar saja” “Ya udah Desi, lain kali belajar yang benar, nah.. anak anak, sekarang cepat siapkan cairan untuk prakteknya” wajah desi semakin kusut mendengar cairan untuk praktek kali ini. “sudahlah des, jangan khawatir aku bawa cairan gantinya kok” aku coba menenangkan Desi, dan akhirnya Desi pun mulai tersenyum lagi.
TREENG suara lonceng yang dibunyikan dari arah barat sudah terdengar menandakan pelajaran telah usai, Pak Marno pun meninggalkan Laboratorium, teman teman kelasku yang lain dengan cepat telah pulang. tinggal aku, nisya, dini dan desi yang masih diam di laboratorium, “des, ayo pulang mau sampai kapan sih kamu diam disini?” dini sudah mulai bosan, “silahkan saja kalian pulang, aku masih mau disini”, “tapi des, ngapain juga kamu disini? Hanya diam lagi, enggak takut apa?”, “des, ayolah jangan sedih karena hasil ulangan IPA tadi, sekarang kita pulang saja” aku pun memaksa desi untuk cepat cepat pulang, “ya udah ayo kita pulang saja” akhirnya desi berdiri dan meninggalkan ruangan laboratorium.
Karena ruang laboratorium dekat dengan ruang Matematika Club, Di ujung ruang laboratorium berdiri Pak Jaja, guru les matematika sekolahku, Desi selalu mengikuti les matematika di sekolah ini, dan dia merupakan murid yang dipuji oleh Pak Jaja, namun pemandangan kusam sekarang terlihat di wajah Pak Jaja dan.. “desi, hasil tes kamu sekarang nilai nya mengapa menurun” Desi hanya terdiam dan mengecilkan matanya yang anehnya desi menanyakan sesuatu kepadaku “dia siapa Tia? Dia Pak Jaja bukan?”, “ya ampun desi, emang tidak terlihat ya? Coba hampiri saja sana” desi mulai melangkahkan kaki kanannya dan mencoba menghampiri Pak Jaja. Sedangkan aku nisya dan dini mulai tahu apa masalah Desi sebenarnya, “pasti kamu terpikirkan apa masalah dia?” sahut Dini, “ya, aku paham” aku dan Nisya menegaskan jawabannya.
Aku tahu persis kehidupan Desi saat ini, dia itu anak tunggal seorang pengusaha yang sangat terkenal di Indonesia, namun orangtua Desi tidak pernah menyadari adanya Desi di muka bumi ini. Desi sering menyuruh aku nisya dan dini menginap di rumahnya karena Desi sering sendirian di rumahnya, kadang dia tidak pernah diberi kehangatan oleh orangtuanya. Aku Nisya dan Dini mulai berfikir bahwa besok adalah hari ulangtahun Desi yang ke-15.
Hari ini hari dimana yang kita tunggu, tanggal 20 November tanggal hari ini, cuaca yang mendukung untuk menyambut hari ini, aku Nisya dan Dini sudah menyiapkan sesuatu untuk Desi, ketika Desi sedang duduk di halaman sekolah. Dini pun dengan cepat menutup mata Desi dengan kain berwarna biru, aku dan Nisya mendorong Desi ke arah kelas IX B.
Aku Nisya dan Dini telah menyiapkan sesuatu untuk Desi, ketika Dini membuka kain Biru terkejutlah Desi oleh Kacamata yang sudah aku Nisya dan Dini persiapkan, meski itu Kacamata bekas Kakak-ku tapi semoga saja Pas di mata Desi, “Des, kami tahu pasti alat indera kamu itu sudah melemah, hal itu pernah terjadi oleh Kakak-ku, coba pakai deh, siapa tahu cocok untuk-mu” dengan perlahan Desi pun mengenakan kacamata itu di matanya, matanya mulai berkaca kaca dengan cepat dia mengatakan “makasih buat kalian, kalian adalah teman terbaik yang aku sayangi, makasih kalian sudah mengetahui permasalahan yang sedang aku pendam, makasih Tia buat kacamatanya, makasih buat kalian Tia, Nisya, Dini kalian sahabatku selamanya…”, “kapan kapan kalo ada masalah cerita saja, kitakan 4 SERANGKAI” sambung dini, “yang juga kece kece dong” canda nisya, “desi, selamat ulang tahun ya, semoga kamu tambah sukses” sambung perkataan dariku. Bahagia bukan sedih bukan tapi haru iya, hari itu membuat wajah Desi menjadi Desi yang sebenarnya, kini 4 SERANGKAI pun kembali menjadi 4 anak si cetar membahana.
Tamat
Cerpen Karangan: Tia Puspariani Facebook: Tia Puspariani Wiraatmadja follow: @tiaariver1