Terlihat ada kerumunan siswa siswa di depan ruang guru SMP Ricci pagi ini. Mereka terlihat mencoba mengintip ke dalam ruang guru untuk melihat apa yang sedang terjadi. Alex yang baru datang melihat kerumunan tersebut dan bertanya kepada dua temannya, Chiara dan Nicole. “Hei, apa apaan nih? Kok pada ngumpul depan ruang guru?” ia bertanya. “Eh elo, Lex. Itu tuh.. katanya ada anak yang ketauan menjual soal UAS!” Nicole menjawab. “Iya tuh. Tapi masih belum ketauan siapa aja yang udah beli. Dia lagi diinterogasi di dalem. Makanya rame.” Chiara menambahi. Alex terpaku. Keringat mulai bercucuran dan tangannya menggenggam erat tali tasnya. “Ng? Lo kenapa? Lu gak jadi beli soal ulangan itu kan?” Chiara bertanya. “Eh? E-enggak kok. Udah ya!” Lalu ia berlari meninggalkan dua anak perempuan itu kebingungan.
Sampai di kelas, ia melihat teman-temannya sudah berkumpul sambil ngobrol-ngobrol. Dengan cepat ia menaruh tasnya dan menghampiri mereka “Eh, Alex! Sini sini!” Rama memanggilnya. “Katanya, anak yang jual soal UAS ketangkep ya?” Ia dengan hati-hati bertanya. “Iya tuh, untung gue kagak jadi beli. Bisa kena masalah gue!” Kevin menghela napas lega sementara Alex menjadi semakin tegang dan bel masuk pun berbunyi.
Sepanjang pelajaran, Alex tidak bisa konsentrasi. Ia terus memikirkan tentang kejadian ditangkapnya anak yang menjual soal UAS tersebut sampai ia tidak mendengar teman-temannya memanggil. “Lex! Alex! Woy! Ke kantin yuk. Bengong aja!”
Sesampainya di kantin, Chiara dan Nicole sudah terlihat duduk dan mengobrol. “Jadi, cerita lengkapnya gimana?” Roby bertanya. Alex mempunyai banyak teman dekat. Dan yang paling dekat dengannya adalah keenam sahabatnya ini. Ada Chiara, Nociole, Roby, Rama, Kevin dan Michael. “Katanya sih, ada saksi yang liat dia ngambil soal itu trus setelah ditanya-tanya, ternyata soal soal itu dijual ke temen-temen.” Michael menjelaskan. Melihat perlakuan aneh sahabatnya, Nicole menjadi cemas. “Hey, Alex.. Lo.. gak jadi ngambil soal itu kan?” Alex diam. Ia bingung apakah ia bisa menceritakannya kepada mereka? “Ng.. iya. Gua ambil. Yang Matematika sama Fisika..” teman-temannya kaget. Alex memang cerita bahwa ia ditawari tentang soal itu namun ia tidak pernah bercerita lagi. “Trus? Lo mau pake soal itu? Kini giliran Chiara bertanya. Alex mengangkat bahu. “Mendingan lo balikin deh tuh soal. Daripada kena masalah?” Rama menyarankan. “Tapi lo udah bayar buat soal itu kan? Gue bilang sih pake aja. Siapa tau bener.” kata Kevin. Yang lain mulai shock, Kevin yang biasanya alim menyarankan Alex buat menyontek? “Kevin! Kamu kok malah setuju buat nyontek?!” Nicole mulai emosi. “Kamu tau kan apa yang bakal terjadi kalau ketauan?” Chiara meletakkan alat makannya dan menatap serius teman temannya. “Kalau gak ketauan gak papa kan? Banyak juga yang make kok!” Rama ikut-ikutan. “Lu stress ya? Kalau ketauan bisa masalah! Chiara, ayo!” Nicole bangkit dan pergi. Chiara memandang Alex sekali dan beranjak pergi mengikuti Nicole. Yang lain juga berdiir dan meninggalkan Alex sendiri. Michael sempat tersenyum dan menepuk pundaknya sebelum pergi
Sampai di rumah, ia masih memikirkan tentang saran teman-temannya. Balikin, jangan? Kalau dibalikin, ntar bisa dapet jelek. Tapi kalau ketauan?… Ia menatap plastik berisi soal sambil berpikir. Ia masih belum membuka soal itu karena bingung. Kalau gak ketauan kan lumayan, nilai pasti bagus! Tapi… Terlalu lelah berpikir, ia pun tertidur.
Keadaan teman-temannya masih belum mebaik sampai esoknya. Padahal UAS sudah dekat dan ia masih belum meutuskan mau memkai soal itu atau tidak.
Saat istirahat, Chiara dan Nicole menghampirinya dan berkata “Jangan bilang kita gak ingetin lo ya. Semuanya terserah lo, Lex” Rama dan Kevin yang mendengarnya hanya mendengus dan kedua perempuan itu pergi. “gak papa Lex, ikutin gua aja. Gak bakal masalah kok.” Alex hanya mengangguk
Chiara, Nicole, dan Michael berpaspas an dengan Rama, Kevin, dan Alex di halaman. “Guys, ayolah.. Gue bilang balikin itu soal. Pasti lebih baik pake kerja keras lu sendiri Lex…” Chiara berkata. “Tapi kan lebih gampang pake soal ini, daripada musti belajar. Bikin capek!” Rama balas dengan nyolot. “Udahlah, biarin Alex milih sendiri aja. Kalau lu ngikutin saran cewek-cewek, balikin soal itu besok.” Michael menyarankan. “Oke aja, biar Alex yang nentuin.”
Pagi harinya, Chiara dan Nicole sudah menunggu di depan ruang guru dan tersenyum pada Alex. “Ini pilihan lo, Lex” dan mereka memasuki kelas. “Jadi.. Lo milih pake apa balikin? Kalau lo balikin, Rama sama Kevin juga harus balikin..” Nicole bertanya. “Gue.. Gue balikin aja deh. Takut kena masalah gue..” Alex berkata. “Gitu dong! Kalau gitu, Rama sama Kevin juga balikin! Sayang kan duit lu pada abis gara-gara soal doang?” Mereka tertawa. “Ya udah, ntar pada jajanin kita ya, Pleaseee?” Rama membujuk namun tidak diacuhkan oleh yang lain.
Besok paginya, Alex sudah mengembalikan soal pada orang yang menjualnya. Begitu juga dengan Rama dan Kevin. “Nih, maaf ya gue balikin. Tapi gua gak mau kena masalah kayak lo. Thanks anyway..”
Cerpen Karangan: Chella