Miss. Nur namanya. Salah satu guru yang memiliki banyak pengaruh terhadapku. Mungkin teman-teman hanya mengenalnya sebagai guru mapel, tetapi tidak bagiku, aku mendapatkan banyak pelajaran darinya. “selalu menghargai guru yang mengajar ya, keep istiqomah”. Kata-kata itu sering keluar dari bibir manisnya, dan tak lelah ia ucapkan padaku. Aku pun tersenyum mengiyakan.
Suatu hari saat ia mengajar di kelas, aku mendengar sendiri temanku berbicara tidak enak padanya. Di hatiku, timbul perasaan tidak terima guruku diperlakukan seperti itu. Tetapi ia hanya membalas dengan senyum di wajahnya. Seusai pelajaran, aku menemuinya dan bertanya, “miss, kok tadi miss malah senyum aja nggak negur waktu dia ngomong gitu ke miss??”. “hehehe… Suatu saat dia akan sadar sendiri kalau digituin itu nggak enak”. Jawabnya sambil tersenyum lagi, aku pun terdiam sejenak mendengar kata-katanya. Dari situ aku mendapat pelajaran untuk “Sabar”.
Tak hanya itu, saat mengajar pun terkadang teman-teman sibuk berbicara sendiri tanpa memperhatikannya, bahkan terkadang membahas pembicaraan yang tidak penting. Sering kali ia mengingatkan dengan halus tetapi yang ia dapatkan lagi-lagi jawaban yang menyakitkan. “miss, rasanya nggak dihargai itu gimana sih?” tanyaku penasaran setelah melihat kondisi kelas saat ia mengajar, karena aku juga belum pernah merasakan menjadi guru. “Mmm.. Gimana ya, rasanya itu nggak enak.. sakitt”, jawabnya begitu. “Maaf ya miss kalo aku sering nggak menghargai miss”, kataku dengan menyesal. “iyaa, nggak kok” kata miss. nur sambil tersenyum. Aku pun mengerti betapa “pentingnya menghargai”.
Terkadang saat bel istirahat berdering, yang menandakan waktu pelajaran telah selesai, aku pun duduk dan mengobrol bersamanya. Berbagi cerita juga pengalaman, dan banyak nasehat-nasehat, serta motivasi keluar dari mulutnya. Aku merasa nyaman saja saat dekat dengannya, karena ia adalah guru yang enak diajak ngobrol juga bisa menjadi pendengar yang baik. Sesekali aku juga bercerita dan meminta saran padanya, ia pun memberikan saran dan menjaga kepercayaanku. Dari kejadian itu aku akan selalu berusaha untuk selalu menjaga “kepercayaan”.
Di akhir tahun di kelas delapan, aku mendapatkan pelajaran yang sangat luar biasa. Saat itu, kelasku mengadakan acara ‘Lazkam Mengajar’ yang diikuti oleh seluruh siswa kelas 8 yang dibagi menjadi 3 kelompok untuk mengajar 3 Tk yang berbeda. Hanya dengan waktu 2 jam saja merasakan menjadi ‘guru’ untuk anak Tk saja lelahnya bukan main. Aku langsung berpikir, ‘wow… Sungguh beruntung memiliki guru-guru yang luar biasa’, mereka tak lelah mengajari dan membimbing kami dari pagi hingga siang hari bahkan sore hari. “Betapa berarti jasa guru bagi murid-murid di seluruh dunia, bagai penerang dikala gelap, penghibur dikala penat, dan penyelamat dikala sulit”. “terima kasih untuk segala pelajaran yang pernah engkau ajarkan padaku”, itulah kata-kata yang mampu kuucapkan setelah mendapat pelajaran darinya.
Cerpen Karangan: Fatimah Mutia Facebook: Mutia Fatimah Nama: Fatimah Mutia Tempat, tanggal lahir: Surakarta, 7 Agustus 2001