Waktu itu saya belum lagi dewasa. Sekitar tahun 87-an. Baru menginjak kelas 2 SMP. Usia saya 15 tahunan kurang beberapa bulan. Seorang sepupu dari pihak bapak memerlukan menginap beberapa hari di rumah kami. Dia ada keperluan bisnis di kota kecil kami: Pamanukan. Usia sepupu saya itu selisih 15 tahun lebih tua dibanding saya.
Ketika malam datang merambat, sepupu saya ini mengajak nongkrong di teras depan rumah. Nah, di kesempatan inilah saya tahu dan mendengar bahwa dia mempunyai pengetahuan dan wawasan yang membuat saya tercengang terkagum kagum. Pengetahuan yang sama sekali baru saya dengar.
Dia kemudian bercerita tentang seorang Lelaki dari Pulau Samos dengan semangat menggebu-gebu. Saat itu saya berpikir dia hanya akan mendongeng, seperti ibu saya mendongengi saya waktu kecil sebelum tidur. Mungkin dongengnya tidak akan jauh beda dengan dongeng-dongeng yang pernah ibu saya ceritakan seperti: The Wolf in Sheep’s Clothing, The Tortoise and the Hare, The Fox and The Crow, The Boy Who Cried Wolf, The Miser dan The Ant and The Grasshopper. Atau sesekali ibu juga mendongengi saya dengan cerita dari dongeng daerah saya seperti: Legenda Tangkuban parahu, Kisah Ciung Wanara, Kesaktian Prabu Siliwangi atau juga kisah bawang merah dan bawang putih. Ya, saat itu, dugaan saya, pasti sepupu saya akan bercerita dongeng-dongeng seperti itu.
Dan mulailah dia bercerita. Beginilah ceritanya: “De, Sekitar tahun 535 SM, ‘Lelaki dari Pulau Samos’ pergi ke Mesir. Di sana ia mengunjungi banyak kuil dan berdiskusi dengan para imam di kuil tersebut. Pada tahun 525 SM, Chambyses II, raja Persia menyerang Mesir, Mesir jatuh ketangan Persia. Banyak tokoh dijadikan tawanan, termasuk “Lelaki dari Pulau Samos”. Ia ditawan dan dibawa ke Babilonia. Sekitar tahun 520 SM ‘Lelaki dari Pulau Samos’ mendapatkan kebebasannya dan kembali ke Samos. Sekembalinya di Samos, ‘Lelaki dari Pulau Samos’ sempat mempelajari ilmu hukum di Kreta (Crete), dan mendirikan sebuah sekolah yang diberinya nama “Semicircle” (setengah lingkaran). Pada tahun 518 SM, Ia meninggalkan Samos dan pergi ke Italia Selatan. ‘Lelaki dari Pulau Samos’ mendirikan sekolah filosofi dan sekolah agama di Croton (sebelah tenggara Italia).”
Sebelum melanjutkan ceritanya, sepupu saya menyalakan rok*k filternya. Kemudian membasahi kerongkongannya dengan beberapa teguk air putih dingin yang ada di meja. “Sebelumnya, aku akan ceritai kau tentang masa kecilnya ya De,” kata sepupu saya sebelum lanjutkan cerita. “Iya, Kang,” jawab saya. “‘Lelaki dari Pulau Samos’ lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Ayahnya bernama Mnesarchus, seorang pedagang yang berasal dari Tyre. “Lelaki dari Pulau Samos” menghabiskan masa kanak-kanaknya di daerah Samos bersama kedua orangtuanya. ‘Lelaki dari Pulau Samos’ beruntung dapat memperolah pendidikan dengan baik. Paling tidak terdapat tiga filsuf yang paling berpengaruh terhadap ‘Lelaki dari Pulau Samos’ muda, yaitu: Pherekydes yang digambarkan sebagai guru dari ‘Lelaki dari Pulau Samos’, kemudian Thales. Thales sangat mempengaruhi minat ‘Lelaki dari Pulau Samos’ dalam bidang matematika dan astronomi.”
Dua kali hisapan rok*k saya lihat sudah cukup membuat aliran oksigen ke otak sepupu saya lancar lagi.
“De, coba bikinin kopi hitam ya. Gulanya jangan banyak-banyak,” “Airnya Panas atau hangat aja Kang,” tanya saya. “Yang hangat aja ya. Biar langsung bisa diminum. Kalau panas nanti agak lama bisa diminumnya. Biar enak buat nger*ko aja, De,” timpalnya. “Siap Kang,” Saya pun bersegera ke dapur untuk membuatkan kopi buat sepupu saya dan juga saya. Tidak lebih dari 5 menit, dua gelas kopi pun terhidang di meja depan.
Setelah kami meneguk barang 2 atau 3 tegukan, dia lanjutkan ceritanya lagi. “Nah, Thales inilah yang memberi saran untuk mengembangkan pengetahuan ‘Lelaki dari Pulau Samos’ ke Mesir,” “Sekarang akan aku jelaskan bagaimana isi tempurung otak ‘Lelaki dari Pulau Samos’ ini,” “Bagi ‘Lelaki dari Pulau Samos’ manusia itu adalah ukuran bagi segalanya, baik yang ada karena adanya. Bagi yang tidak ada karena tidaknya. Maksudnya bahwa semuanya itu harus ditinjau dari pendirian manusia sendiri-sendirinya. Kebenaran umum tidak ada. Pendapatku adalah hasil pandanganku sendiri. Apa ia juga benar bagi orang lain, sukar mengatakannya, boleh jadi tidak. Apa yang kukatakan baik boleh jadi jahat bagi orang lain; apa yang kukatakan bagus, boleh jadi buruk dalam pandangannya. Alamku adalah bagiku sendiri. Orang lain mempunyai alamnya sendiri pula.”
Di luar malam semakin gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Tapi kami berdua belum ngantuk. Mungkin pengaruh kopi tadi. Atau juga mungkin karena kami sama-sama bersemangat. Sepupu saya bersemangat bercerita. Dan saya bersemangat mendengarkan.
Sepupu saya melanjutkan ceritanya. “Pandangan berubah-ubah menurut yang dipandang, yang benar seorang besok barangkali tidak lagi. Bukan kejadian di dunia saja berlalu dan bergerak secaradrasa, tetapi juga pandangan manusia. Dan bukan barang yang dipandang itu saja bergerak, juga pancaindera yang memandang. Sebab itu tiap-tiap pandangan bergantung kepada dua macam. Mencari pengetahuan juga memandang, sekalipun memandang dari dalam dengan jiwa dan pikiran, sebagaimana pandangan mata berdasar kepada dua macam gerakan, demikian juga pandangan pikiran.”
“Dalam bagian lain ‘Lelaki dari Pulau Samos’ menegaskan bahwa pandangan itu memuat pengetahuan yang cukup mengenai benda yang dipandang, namun bahwa pengetahuan mengenai bendanya. Dengan demikian kita tidak mengetahui keadaan benda sebagaimana keadaan bendanya yang seluruhnya akan tetapi hanya sebagai rupa pandangannya dirinya sendiri. Keberatan pendirian ‘Lelaki dari Pulau Samos’ ialah bahwa tiap-tiap buah pikiran yang lahir dari pandangan adalah benar, tetapi sekira-kiranya juga tidak. Ia hanya pada waktu memandang itu saja. Ia bahkan kebenaran umum, yang benar bagi segala orang dan bagi setiap waktu. Sebab itu segala pengetahuan manusia tidak mengandung kebenaran umum. Segala pengetahuan sifatnya relatif, tak ada buah pikiran yang benar semata-mata, dan oleh karena itu segala yang bertentangan adalah sama-sama kuat.” “Dalam aliran filsafat itu yang dinamakan dengan: Relativisme De,” “Itulah pokok-pokok pikiran ‘Lelaki dari Pulau Samos’ De,” kata sepupu saya. “Nanti jika engkau cukup umur, engkau akan tahu siapa dia sesungguhnya,” Sepupu saya mengakhiri ceritanya. Ya, itu cerita beberapa puluh tahun ke belakang.
Di tahun 90-an saya ada sempat membaca buku tentang sejarah filsafat. Eeh, saya menemukan dongeng tentang ‘Lelaki dari Pulau Samos’ di buku itu! Ternyata ‘Lelaki dari Pulau Samos’ adalah Phytagoras! Ya, dia adalah Phytagoras sang penemu theorema Phytagoras!
Beberapa pokok pikiran Phytagoras dijelaskan dalam buku itu. Antara lain: “Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.”
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah theorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Dalam kehidupan nyata rumus pythagoras banyak pemanfaatannya, salah satu contohnya yaitu pada bidang arsitektur. Seorang arsitek akan menggunakan rumus pythagoras dalam menentukan kemiringan suatu bangunan misalnya saja kemiringan sebuah tanggul agar tanggul tersebut dapat menahan tekanan air. Contoh lainnya yaitu seorang tukang kayu, ketika dia membuat segitiga penguat pilar dia menggunakan rumus pythagoras.
Ini salah satu aplikasi dilapangan: Perhatikan contoh soal dibawah ini: 1. Jika diketahui BC = 8cm, AC = 6cm. Berapakah panjang sisi AB pada gambar di bawah ini? Jawabannya menggunakan theorem Phytagoras adalah: AB2 = AC2 + BC2 = 62 + 82 = 36 + 64 = 100AB = v100 = 10
Jadi panjang sisi AB adalah 10cm. Ya, Dunia teknik sangat berhutang besar pada jasa Phytagoras yang sudah menemukan Theorema Phytagoras! ‘Lelaki dari Pulau Samos’. Walaupun mungkin sebagian dari kita tidak se-iman dengan faham Relativisme-nya, tetapi sumbangan Phytagoras terhadap dunia Matematika, teristimewa dunia teknik tak terbantahkan.
Demikianlah cerita Lelaki dari Pulau Samos.
Salam Dari Pinggiran Kali Cisadane.
Cerpen Karangan: Ade Imam Julipar Blog / Facebook: Ade Imam Julipar Penulis saat ini bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang Manufacturing dan Importer Baja sebagai seorang Engineering. Pria kelahiran Pamanukan, 07 Juli 1974 ini juga sebagai seorang pengajar Software untuk desain teknik (AutoCAD) kelas malam di salah satu lembaga pendidikan computer di kota Tangerang. Sering menjadi Pembicara Seminar diberbagai Event AutoCAD. Diantaranya: 1.Pembicara Di Autodesk University Extension Indonesia 2014, Kamis, 13 November 2014 @ Le Meredien Hotel 2.Pembicara Di Autodesk Cad Camp 2015 — 25 April 2015, @ Gedung Jica (Fpmipa) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 3.Pembicara Dari Indonesia Di Ajang Autodesk University Extension Asean 2015 @ Hotel MuliaSenayan- 16 September 2015 4.Pembicara Di Seminar Dan Pelatihan Nasional CAD Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, 15 Mei 2016 5.Pembicara Di National Gathering KOMUNITAS AUTOCAD INDONESIA,Yang Bekerjasama Dengan Autodesk Dan Sinar Mas Land @ The Breeze, BSD -11 September 2016
Buku-buku hasil karyanya yang sudah diterbitkan: 1. Jurus-Jurus Sakti AutoCAD Buku 1, @ 2016 Penerbit Rafikatama 2. Jurus-Jurus Sakti AutoCAD Buku 2, @ 2017 Penerbit Rafikatama 3. Jurus-Jurus Sakti AutoCAD Buku 3, @ 2017 Penerbit Rafikatama 4. Kitab AutoCAD 2 Dimensi @ 2017 Penerbit Rafikatama 5. Kitab AutoCAD 3 Dimensi @ 2017 Penerbit Rafikatama