Nabi Nuh Alaihis Salam merupakan nabi ketiga dari 25 nabi dan rasul yang Allah utus. Nabi Nuh diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran agama kepada kaum kafir supaya menjadi taat dan menyembah Allah SWT. Ketika Nabi Nuh datang, sungguh kaum disana adalah kaum yang menuhankan berhala, bahkan mereka sendiri yang membuatnya. Nabi Nuh Alaihis Salam memiliki seorang istri yang juga penyembah berhala. Ia mengingkari ajaran dari sang suami dan tetap menjadi kafir hingga akhir hayatnya. Salah satu anak Nabi Nuh yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalan Kan’aan. Ia pun mati dalam keadaan kafir sama seperti sang ibunda. Kisah Nabi Nuh AS dan kaum kafir yang dijatuhkan pada mereka azab banjir besar diabadikan oleh Allah dalam Qur’an Surat Nuh. Simak kisahnya dalam ulasan berikut ini.
ADVERTISEMENT
Kisah Nabi Nuh dan Azab Allah yang Menenggelamkan Kaum Kafir
Ilustrasi kisah Nabi Nuh AS, sumber: www.pexels.com
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi kisah Nabi Nuh AS, sumber: www.pexels.com
Ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah kaumnya, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka yang dianggapnya Tuhan. Berhala-berhala itu dipercaya mempunyai kekuatan dan kekuasaan magis. Mereka berubah-ubah dalam menamakan berhala yang disembah. Terkadang "Wadd" dan "Suwa", terkadang "Yaguts" dan jika telah bosan digantinya dengan nama "Yatuq" dan "Nasr"
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pergantian siang menjadi malam merupakan bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa, Allah Ta’ala. Nabi Nuh juga menyampaikan kepada mereka bahwa akan ada balasan atas segala amalannya di dunia. Surga bagi yang mengamalkan kebajikan dan neraka bagi pelaku pengingkaran terhadap perintah Allah.
Meski Nabi Nuh AS telah berusaha sekuat tanaga untuk berdakwah kepada kaumnya. Hanya sebagian kecil dan orang-orang miskin yang mengikuti dakwah Nabi Nuh. Namun para hartawan berkedudukan tingi juga berkuasa tetap membangkang. Bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak mengagalkan dakwah Nabi Nuh.
Nabi Nuh berdakwah di antara kaumnya selama kurang lebih sembilan ratus lima puluh tahun. Berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah. Namun apa yang diupayakan Nabi Nuh tetap tidak membuahkan hasil. Nabi Nuh pun memohon kepada Allah, agar menurunkan azab-Nya di atas kaumnya.
Dikutip dari situs NU Online, doa Nabi Nuh tertulis pada Q.S. Nuh, ayat 26 dan 27:
ADVERTISEMENT
رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ و لاَ يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا
Artinya: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.''
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan tidak perlu lagi menghiraukan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. Allah kemudian memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah kapal. Cepat-cepatlah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan, kemudian mengerjakannya dengan tekun di suatu tempat yang agak jauh dari kota mereka. Meskipun begitu para kafir tetap saja mengolok-olok mereka. Kisah Nabi Nuh dan kapalnya masih diceritakan pada berbagai hikayat hingga saat ini.
Ilustrasi kisah Nabi Nuh AS, sumber: www.pexels.com
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi kisah Nabi Nuh AS, sumber: www.pexels.com
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam waktu sangat cepat telah menjadi banjir besar dan melanda seluruh kota. Menggenangi daratan yang rendah ataupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit. Sehingga tiada tempat berlindung dari air dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah. Belayarlah kapal Nabi Nuh menyusuri lautan air, melawan angin yang tentu kuatnya.
Dari atas kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung. Mereka berusaha menyelamat diri dari maut yang segera datang. Salah satu dari mereka adalah putera Nabi Nuh, Kan’aan. Perasaan cinta seorang ayah akhirnya menggerakkan Nabi Nuh untuk memerintahkan Kan’aan menuju ke arah kapalnya. Namun Kan’aan yang kafir seperti Ibunya tetap membangkang. Lalu tenggelamlah Kan’aan ke dalam pusaran air yang menenggelamkan kaum kafir yang durhaka kepada Allah.
Nabi Nuh lalau berseru kepada Allah:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."
Kemudian Allah mengingatkan Nabi Nuh bahwa Kan’aan bukan lagi keluarganya, karena telah menyimpang dari ajaran Nabi Nuh. Orang-orang yang meragukan risalah Nabi Nuh pasti akan binasa menjalani hukuman yang telah Allah tentukan.
Nabi Nuh akhirnya tersadar bahwa cinta kasih sayangnya kepada sang anak telah menjadikannya lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir. Sudah sepantasnya cinta dan taat kepada Allah lebih besar daripada cinta kepada keluarga dan harta yang ada di dunia. Nabi Nuh akhirnya menghadap kepada Allah memohon ampunan-Nya.
Murka yang Allah tunjukkan kepada kaum Nabi Nuh yang durhaka menunjukkan betapa segalanya sangatlah mudah bagi Allah. Dari Kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur’an, sungguh Allah telah menunjukkan bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, pun juga keburukan pasti akan Allah balas dengan yang jauh lebih buruk. Maka mari berlomba-lomba dalam kebaikan. (RHM)