Ketika semua orang dapat berbagi cerita berbagai hal-hal indah dalam keluarganya, memiliki sepasang orangtua yang hebat dan keluarga yang utuh, disaat itu pula Dinda merasa sedih dan terpuruk. Pada kenyataannya, keluarga memang harta yang paling berharga dan jalan pulang yang didambakan oleh setiap anak. Bagi Dinda keluarga adalah hadiah terindah yang dikarunikan Tuhan untuknya. Namun, kehendak Tuhan seketika berubah dan menghancurkan hatinya. Disaat Dinda dan kakaknya, Tia harus memilih untuk hidup terpisah dan hanya memiliki satu pilihan diantara ayah atau ibunya.
Kehidupan yang sederhana dengan kondisi ekonomi yang terbilang kurang membuat Ibunya memutuskan untuk bercerai. Ayah Dinda yang kehilangan pekerjaan setelah di PHK tetap melanjutkan perjuangannya mencari nafkah untuk keluarganya. Namun sang ibu yang sudah tak kuasa lagi bertahan dalam penderitaan. Rasanya sangat berat untuk Dinda menerima kenyataan yang pahit, namun apa boleh buat takdir tersebut sudah ditetapkan. Meskipun sangat berat untuk memilih salah satu dari mereka, Dinda memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup sederhana bersama sang ayah. Sedangkan Tia, ia justru memilih ikut bersama ibunya yang akan menikah dengan seorang pria kaya raya.
Namun, insiden menimpa ayahnya sehingga menghembuskan nafas terakhirnya akibat kecelakaan yang dialaminya saat di perjalanan untuk mencari pekerjaan. Sungguh gadis kecil yang malang, Dinda merasa hancur untuk kedua kalinya. Dengan lapang dada, ia tetap optimis melanjutkan kehidupan bersama sang nenek yang bekerja sebagai pedagang agar bisa membiayai pendidikan cucu yang amat disayanginya. Dinda tidak sampai hati melihat neneknya yang sudah lanjut usia masih bekerja keras untuknya, agar dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan menjadi pekerja paruh waktu di sebuah restoran untuk membantu biaya kebutuhan hidup mereka.
Berbeda nasib dengan kakaknya, Tia. Kehidupannya jauh lebih baik dan terjamin kesuksesannya berkat sosok ayah baru yang memiliki jabatan dan harta yang melimpah. Ditengah perjuangan Dinda untuk menggapai cita-citanya, Tia beserta ibunya hanya duduk manis menikmati kesuksesannya menjadi CEO dari perusahaan ternama milik ayah tirinya. Melihat hal tersebut membuat Dinda semakin menggebu-gebu untuk berjuang lebih keras. Ia juga memikul tanggung jawab untuk menjaga nama baik ayahnya yang hanya mampu memberikan kehidupan sederhana untuk Dinda. Beruntung ia masih memiliki sosok nenek yang sangat perhatian dan sayang kepadanya.
Tak usai disitu, persaingan diantara kedua saudara yang sudah lama terpisah itu masih terus berlanjut. Dinda mengikuti ajang pengembang bisnis rintisan. Disaat yang bersamaan, ternyata ia bertemu dengan sang kakak, Tia. Dinda pun mulai bertanya-tanya, “bagaimana bisa seorang CEO sukses ternama mengikuti ajang seperti ini?”, ujarnya. Usut demi usut, ternyata ayah tiri Tia hanya menjadikannya boneka dan melemparkan kedudukan Tia sebagai CEO kepada anak kandungnya, Rio. Melihat istri dan anak angkatnya sangat terobsesi dengan uang, mereka akhirnya dengan mudah dipermainkan oleh seorang pria kaya raya yang diincarnya selama ini. Dan pada akhirnya, Tia memulai karrier tanpa bantuan ayah tirinya. Ibunya yang tengah menikmati harta dan fasilitas hidup yang mewah pun kembali jatuh miskin. Ia pun memutuskan untuk bercerai dengan pria kaya raya itu, sama seperti yang telah dilakukannya pada almarhum mantan suaminya.
Tia memulai kehidupan barunya dan memilih untuk keluar dari rumah ayah tirinya. Begitu pula dengan ibunya, semua fasilitas mewah yang diberikan oleh suaminya telah dicabut. Sembari menunggu gugatan cerai yang diajukan pada suaminya, ibu dua anak itu keluar dari apartemen mewahnya dan mencari pekerjaan. Ditengah perjalanan, tak sengaja ia bertemu dengan ibu mertuanya yang juga sedang mencari pekerja paruh waktu untuk membantu mengurus dagangannya. Nenek tua yang tak berat hati melihat wanita itu dicampakkan oleh suaminya memutuskan untuk menerimanya untuk tinggal satu atap dengannya kembali.
Sempat terkejut dengan kehadiran ibunya, Dinda masih belum rela menerimanya kembali setelah mengalami peristiwa pahit yang diberikan padanya. Namun, bagaimanapun juga wanita itu tetaplah ibunya. Dinda, nenek dan sang ibu kemudian kembali menjalin hubungan baik setelah sekian lama mereka terpisah. Sedangkan Tia, ia masih enggan kembali menemui keluarganya karena merasa malu atas perbuatannya pada mereka. Rindu yang lama terpendam dihatinya terpaksa ia singkirkan. Ia masih mencari cara agar bisa menebus semua kesalahannya dan kembali berkumpul bersama keluarga yang dicintainya. Meski bekerja di perusahaan yang sama dengan adik kandungnya Dinda, ia masih enggan berbaikan sebab dipenuhi oleh rasa bersalah.
Suatu hari saat di perjalanan menuju tempat Tia bekerja, ia tak sengaja bertemu dengan neneknya. Namun, saat mereka berpapasan ada hal yang sangat mengejutkannya. Nenek yang tidak sengaja menjatuhkan barang bawaannya kesulitan saat mencarinya. Ternyata, nenek yang sudah lama tidak ia jumpai sudah mengalami kondisi pengelihatan yang sangat buruk, hingga ia tidak mengetahui bahwa yang ada dihadapannya itu adalah cucunya. Tia sangat terpukul melihat keadaan neneknya, meski nenek masih bisa tersenyum dengan baik menjalani hidupnya tanpa bisa menikmati pemandangan indah lagi.
Satu musim telah berlalu, akhirnya tibalah saat yang sangat dinanti-nanti oleh Tia. Ia sudah resmi memutuskan hubungan keluarga dengan ayah tirinya. Dengan begitu, Tia sudah bisa terbebas dan berlari kencang untuk menemui keluarga yang sudah ia tinggalkan sejak lama. Akhirnya, mereka bisa berkumpul kembali, bercanda tawa bersama, tinggal bersama dalam keutuhan, dan menjalani kehidupan yang baru dengan sederhana. Terlukis senyuman yang indah diraut wajah mereka, meski tak ada lagi fasilitas mewah yang dimilikinya.
Cerpen Karangan: Rina Nur Fadhillah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com