#perjuangan belum usai
Mila pandangi langit malam yang cerah mengandung rembulan dengan balutan sinar keemasan. Tak mau kalah, dengan jutaan bintang gemintang yang gemerlap pun tersebar luas bagai hamparan permadani.
Mila yakin, diantara jutaan bintang itu pasti ada satu milik nya dan suatu saat nanti Mila akan dapat menggapainya dengan kemauan dan tekad yang kuat dalam hatinya.
Faudri Mila Kusuma biasa dipanggil dengan Mila seorang gadis berusia 19 tahun yang tinggal disebuah desa kecil bernama Desa Trikala ia memang terlahir dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi rendah. Atau mungkin ekonomi paling bawah.
Namun hal tersebut bukan masalah bagi Mila dan keluarga dan tak sedikitpun menyurutkan niat Mila untuk terus belajar dan bersekolah setinggi mungkin supaya semua impian dari harapan orang tua dan dirinnya dapat menjadi kenyataan suatu hari nanti.
Beberapa tahun yang lalu, saat Mila hendak mamasuki jenjang pendidikan menengah atas. Mila dan kedua orang tua nya kembali dipusingkan oleh masalah ekonomi yang semakin sulit terutama di tahun sekarang pra pembayaran semakin meningkat. dan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah hal yang mustahil untuk masyarakat ekonomi rendah seperti keluarga Mila terutama Mila memiliki 2 Adik yang harus melanjutkan bersekolah juga.
Dan ditambah lagi beban hidup di kota besar seperti ini, dimana setiap langkah kaki harus beralaskan lembaran permadani bernominalkan rupiah.
Namun lagi-lagi Mila tepis semua pemikiran mustahil yang ada setiap kali muncul dalam benak nya setiap pulang sekolah Mila selalu meluangkan waktu untuk bekerja demi sepeserpun rupiah dan berusaha mencari peluang beasiswa-beasiswa agar Mila bisa belajar di bangku Sekolah Menengah Atas.
Bersyukur, adalah sebuah kata dalam kamus hidup Keluarga Mila yang tidak akan pernah usang dikikis masa. Tuhan telah menititipkan kecerdasan pada Mila dan para adik-adik nya , sehingga dengan kondisi ekonomi mereka yang seperti ini Mila dan adik-adik nya masih memiliki peluang sekolah yang cukup besar.
Ibu Mirna selaku ibu dari Mila pernah berkata kepada Mila dan adik-adik nya bahwa " Tuhan memang maha Adil, dibalik kesulitan selalu ada kemudahan dan setiap ujian yang diberikan oleh Tuhan pasti ada hikmahnya." Itu yang selalu ibu terapkan ke kami.
" Nak , apa kau masih mau melanjutkan pendidikan mu dibangku kuliah?" Tanya ibu Mirna
Sembari memilah beberapa daun pisang
" Tentu bu, aku lagi usaha mencari informasi untuk mendapatkan beasiswa doakan ya " ucap Mila
" Mustahil ndok, kamu ini hanya anak seorang petani biasa apalagi ibu mu ndok kadang dagangan nya tidak terjual semua bagaimana bisa kami membiayai pendidikan mu nanti? Dapat uang dari mana? Mau makan saja sudah secukupnya " ucap bapak Sumarjo
Kalimat yang diucapkan bapak bagiku adalah sebuah boomerang yang dilemparkan dengan cepat bersarang di relung hati Mila.
Kalau dipikir dengan logika memang ucapan bapak ada benarnya . Namun, akankah Mila meyerah begitu saja pada kalkulasi takdir yang berikan tuhan untuk nya???
Lagi-lagi Tuhan memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
Berkat usaha dan kerja keras Mila, akhirnya Ia berhasil duduk di bangku salah satu SMA Negeri Favorit Jakarta ditahun 2017. Kini Mila kembali berhasil mengalahkan kemustahilan dari kalkulasi takdir yang bersarang di kehidupan nya. Namun tak lama setelah Mila berhasil Lulu sekolah dan masuk ke universitas impian nya lewat jalur beasiswa dan juga bertepatan dengan kepergian sang bapak yang begitu cepat meninggalkan, ibu dan kedua adiknya untuk selamanya.
"Aku tahu, saat ini perasaanmu hancur lebur Tapi yakinlah selalu ada jalan untuk orang yang mau mengubah hidupnya.” ucap Shila selaku teman dan sahabat nya dan turut berduka atas kepergian bapakku.
“Sungguh, aku tidak ingin kehilangan bapak untuk selamanya. Aku tidak sanggup menatap apa yang akan terjadi nantinya.” ucap Mila Tanpa
Disadari tangisannya pecah, tumpah-ruah.
“Aku mengerti betul perasaan yang kau rasakan, aku pun pernah merasakan hal yang sama. Jika kau ingin menangis, menangislah sampai menelaga. Menangislah selagi kau masih bisa menangis, karena itu manusiawi.” ucap shilla memang selalu mengerti kondisi Mila, ia adalah teman seperjuangan nya yang sama-sama menggantukan kehidupannya dari tumpukan sampah Ibu Kota.
Malam berikutnya pun berlalu dengan malam yang kian tawar dan dihantui rasa kesedihan yang tak kunjung sirna.
“Sampai kapan kau akan seperti ini? Ibu dan kedua adikmhmembutuhkanmu, ayo bangkitlah bangkit! Bangkiitt! Bangkiiitt!!” ucap ibu Mirna menyentak kedua bahuku.
Mila terkesiap bangun dari tidurnya ketika sepasang suara dalam mimpi itu meneriakiku tanpa ampun.
“Oh sudah subuh ya?” gumam Mila lirih dan ternyata itu hanya mimpi melirik jam dinding usang yang menempel di dinding.
Mila mengambil air wudhu dan segera melaksankan sholat sebagai salah satu kewajiban kepada Sang Khalik.
Pagi datang menjelang. Mentari timbul menyingsing.
Mila pun harus kembali ke kampus sebagai calon mahasiswa baru dan juga kesehariannya yang akan bertambah melelahkan. Karena Mila sudah yakin ia akan mencari pekerjaan tambahan sembari berkuliah untuk membantu ekonomi keluarga nya mengandalkan sang ibu yang berjualan dan bertani pasti tidaklah akan mencukupi kebutuhan mereka terutama untuk membayar sekolah kedua adiknya dan pembayaran yang lain
Tak terasa sudah hampir 4 tahun 2 bulan Mila dan keluarga menjalani kehidupan tanpa kehadiran sosok sang ayah dan kepala keluarga
Dan seiring berjalannya waktu Mila tidak menyangka sebentar lagi ia akan menyandang status Sarjana hukum dan kedua adiknya pun sebentar lagi akan lulus dari sekolah menengah atas.
Beruntung nya kehidupan keluarga Mila semakin membaik dan sekarang Mila sudah berhasil mewujudkan mimpi bapak untuk sewa sebuah rumah yang lebih layak untuk mereka ditempati walaupun tidak terlalu mewah tetapi nyaman untuk mereka dengan hasil kerja keras nya dan uang hasil penjualan ibu dan bapak selama ini.
Dan itu adalah hal yang harus di syukuri setiap umat manusia.
Mila bertekad untuk tahun ini ia akan menyelesaikan skripsi dengan nilai IPK yang terbaik agar ia bisa mengubah kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik lagi.
Maret 2020,
Mila diterima bekerja di sebuah pengadilan hukum Gajahmada sebagai pengacara tingkat pemula walaupun begitu Mila begitu sangat puas dengan kerja kerasnya yang membuahkan hasil.
Dan sudah 2 tahun terakhir ini Mila bekerja menjadi pengacara di pengadilan hukum Gajahmada dengan pangkat tingkat ke-2 dan dari hasil jerih payahnya ia bisa membeli kendaraan impian sang ibu dan bapak ,sekolah impian sang adik serta membeli rumah impian ku selama ini. Dan Mila masih tidak menyangka semua angan-angan yang selalu melintasi dalam benak nya terwujud satu persatu.
Untuk perkebunan sawah milik bapak banyak yang mau bekerjasama dengan hasil panen milik bapak yang diteruskan ibu ,ibu telah berhenti menjadi pedagang setelah bapak meninggal dsn lebih fokus ke sawah milik bapak.
Rupanya, harapan tak selalu sejalan dengan kenyataan. Dan impian tak selalu senada kehidupan. Perjalanan Mila ketika menimba ilmu di sini tidak semudah yang ada dipikiran.
Banyaknya diskriminasi sosial yang ia dapatkan selama di sini kerap kali hampir menumbangkan mimpi-mimpi nya dan tak sedikit dari teman-teman di kelas yang tidak menyukai keberadaan Mila
Mereka selalu beranggapan bagaimana bisa seorang anak yang menggantungkan hidupnya dari seorang petani dan pedagang biasa bisa bersekolah di internasional?
Namun sekali lagi, Mila selalu berusaha mengokohkan kembali mimpi-mimpi yang hampir tumbang itu. Tak pernah ia dengarkan cemoohan mereka, apalagi meladeninya. Mila menganggap cacian yang bertubi-tubi dari bibir mereka semua adalah do’a yang akan mengantarkan dirinya kepada kesuksesan suatu hari nanti.
Kini Mila telah berhasil melewati serangkaian tikungan, turunan dan tanjakan yang Tuhan persembahkan untuk kehidupannya.
Hari-hari yang berlalu kian pasti Satu demi satu melangkah untuk menaiki anak tangga kehidupan yang lebih baik lagi. Meneteskan peluh dijalanan gersang ibukota Berjuang meraih asa demi sebuah pendidikan Kalau Mila bisa kirimkan proposal kehidupan kepada Tuhan Akan ia kirim jutaan proposal Agar kehidupan dan pendidikan Terus beriringan bersama dengan kesejahteraan serta doa yang tidak akan pernah lupa dipanjatkan walaupun sehancur apapun kehidupan didunia ini..
Dan itulah harapan Mila dalam langkah perjuangan nya selama ini yang tidak pernah Mils bayangkan Dan Perjuangan ini belum usai masih banyak resiko yang harus ia tanggung kedepan nya suatu hari nanti. Belum usai.