Manusia itu selalu hidup berdampingan dengan alam sebelah percaya atau tidak tapi itulah kenyataannya
Suatu hari seorang anak kecil bernama Nida disuruh oleh ibunya untuk berbelanja ke warung. Nida tingga di sebuah desa yang masih asri dan masih banyak pepohonan hijau dan sungai yang membentang luas di wilayah Kalimantan Selatan tepat nya di sebuah desa di daerah Kecamatan Barito Kuala
Perjalanan Nida menuju warung cukup jauh butuh waktu sekitar 30 menit menggunakan sepeda untuk sampai di warung tersebut. Nida sudah terbiasa mengayuh sepedanya sendiri di tengah jalan desa yang sepi yang kiri kanan nya di penuhi tumbuhan liar dan pohon kayu putih sedangkan disisi lainnya adalah sungai yang membentang di sepanjang jalan tersebut
Karena kondisi jalan yang sangat sepi, Nida melajukan sepedanya dengan sangat kencang berkhayal bahwa dia adalah seorang pembalap.
Setelah membeli apa yang di perintahkan oleh ibunya Nida pun pulang melewati jalan yang tadi tapi ada yang aneh kali ini dari kejauhan Nida melihat 5 orang teman sekolahnya tepatnya adalah kakak kelas Nida. Nida tidak terlalu akrab dengan mereka bahkan Nida merasa kalau mereka itu adalah anak2 yang sombong sehingga Nida memilih untuk menghindar dan memperlambat kayuhan sepedanya
Tapi entah kenapa walau pun Nida mengayuh sepedanya dengan pelan dan kakak kelas itu juga mengayuh sepedanya tapi entah mengapa mereka seperti tidak bergerak dari tempatnya padahal jelas2 Nida melihat bahwa sepeda mereka itu sedang di gowes hingga akhirnya Nida sampai pada mereka. Nida bermaksud melewati begitu saja mereka namun salah satu dari mereka memanggil
"Nida, berhenti sebentar"
"Iya, ada apa?"
"Tadi kamu kan yang lewat jalan sini sambil ngebut"
"Tidak, aku tidak ngebut"
"Iyaa, tadi ada yang lewat sini bajunya sama persis seperti yang kamu pakai dan dia melajukan sepedanya cepat sekali. Itu pasti kamu kan?"
Tidak ingin berdebat akhirnya Nida menjawab "Iya"
"Ohh ya sudah silahkan pergi" kata mereka
Nida pun kembali melajukan sepedanya dengan perasaan yang bingung dan hati yang terheran-heran.
"Bukan kah tadi hanya aku yang melewati jalan ini tapi mengapa bisa mereka tau kalau aku jalan ngebut, apa mereka tadi ada dibelakang ku, tapi untuk apa mereka menanyakan siapa orang yang ngebut" batin Nida
Sesampainya di rumah Nida memutuskan untuk menunggu kakaknya kelasnya itu lewat di depan rumah Nida. Bukan tanpa alasan Nida menunggu mereka lewat karena jalan satu satu nya untuk pulang ke rumah mereka adalah melewati rumah Nida. Namun setelah lama menunggu mereka juga tidak kunjung lewat bahkan sampai hari menjelang magrib mereka sama sekali tidak lewat
"Aneh sekali bukan kah tadi mereka bersepeda menuju arah pulang, mengapa sampai sekarang mereka tidak ada satu pun yang lewat" batin Nida
"Nida tutup pintunya sudah mau magrib" ucap ibu
"Iya bu"
Nida pun sholat magrib setelah mendengar adzan berkumandang, makan malam, sholat isya dan sedikit bercengkrama dengan adiknya. Barulah ketika waktu sudah menunjukan pukul 10 malam Nida dan adiknya pun pergi ke kamar untuk tidur
Tapi ada yang aneh malam ini, tiba-tiba saja Nida merasa gelisah. Nida berusaha memejamkan mata tapi tidurnya tidak bisa nyenyak. Mata nya sangat mengantuk tapi dia sangat gelisah perasaan nya tidak tenang tapi Nida tidak mengerti apa perasaan macam apa ini karena Nida hanyalah anak yang baru berusia 12 tahun
Keesokan paginya Nida bangun tapi dengan tubuh yang sangat sakit.
"Apa karena tidur ku tidak nyenyak semalam hingga badan ku terasa sakit semua"
Nida pun beranjak dari tempat tidur dan ingin menunaikan sholat subuh tapi tiba-tiba kakinya terasa sangat sulit di gerakan dan dia merasakan nyeri di bagian panggul sebelah kanan.
"Astaga kaki ku kenapa?"
Karena tidak bisa berdiri dengan tegak Nida pun tumbang
Akhirnya Nida tidak berangkat sekolah hari ini karena kakinya sakit dan ibu Nida pun memanggilkan tukang urut untuk anak nya takut kalau Nida keseleo
"Apa kamu terjatuh dari sepeda" kata kang urut
"Tidak, aku tidak ada jatuh belakangan ini" jawab Nida sopan"
"Kalau tidak jatuh mana mungkin bisa sampai terkilir seperti ini pasti jatuh dari sepeda kan?"
Nida diam karena tidak ingin berdebat, Nida berusaha mengingat kembali dan seingatnya bahkan dalam satu bulan terakhir ini Nida sama sekali tidak terjatuh atau mengalami benturan tapi kenapa kakinya jadi tidak bisa digerakan
Kini Nida hanya hisa merangkak seperti bayi karena kakinya tidak bisa digunakan untuk berdiri. Malam hari pun tiba lagi, kali ini pun sama Nida benar-benar gelisah dan tidak bisa tidur. Tepat tengah malam Nida membuka mata dengan sempurna dan dia seperti mendengar langkah kaki seseorang mendekatinya
Nida mulai takut, ini hal yang tidak pernah sama sekali Nida alami. Nida mulai merapalkan doa-doa yang ia bisa namun suara langkah kaki itu tidak menghilang dia terus mendekat, bahkan karena sangat takut Nida mengambil sebuah Tipy-X yang biasa digunakan untuk menghapus tulisan pulpen pada kertas dan menuliskan nama Allah dan Muhammad tepat di atas sandaran ranjang Nida tempat dia merebahkan diri saat ini
Keesokan harinya hal aneh terjadi lagi, kaki yang kemaren masih bisa Nida gunakan untuk merangkak tiba-tiba sama sekali tidak bisa digunakan hingga Nida hanya bisa rebahan dengan posisi telentang
Panggulnya terasa sangat sakit bahkan untuk membalikkan tubuhnya ke kanan atau ke kiri pun Nida tidak bisa. Akhirnya orang tua Nida memutuskan untuk membawa Nida ke dokter
Dokter pun melakukan tindakan medis dan melakukan rontgen pada bagian panggul sampai kaki Nida. Hasil rontgen itu menunjukan bahwa tidak ada sesuatu yang serius pada kaki Nida. Dokter bilang itu hanya terkilir atau tulang yang sedikit bergeser di bagian pantat.
Dokter menyarankan untuk melakukan operasi untuk membetulkan tulang yang bergeser tersebut, namun orang tua Nida menolak. Bukan karena tidak punya biaya hanya saja ibu Nida khawatir jika Nida di operasi apabila gagal maka Nida akan cacat seumur hidup
Orang tua Nida memutuskan untuk membawa Nida kembali pulang dan melakukan pengobatan tradisional terlebih dahulu.
Orang tua Nida setiap hari memanggil berbagai macam keahlian tukang urut sampai yang ahli terapis untuk Nida. Bukan hanya itu orang tua Nida juga membawa Nida ke dokter spesialis agar mendapatkan pengobatan tanpa melakukan operasi. Obat-obatan itu pun bukan kaleng-kaleng semua obat yang di konsumsi oleh Nida adalah obat paten yang harganya sangat mahal sehingga sangat menguras dompet untuk satu kali tebus dengan pemakaian 1 minggu orang tua Nida harus merogoh kocek sampai 4 juta rupiah
1 bulan sudah berlalu Nida sama sekali tidak menunjukan perubahan. Sampai kini tubuh Nida bahkan sudah terlihat kurus... Malam hari kini adalah suatu yang sangat di takutkan oleh Nida, karena setiap malam Nida selalu mendengar langkah kaki seseorang mendekat dan datang padanya... Nida selalu takut dan gelisah, Nida merasa kalau setiap malam ada yang datang dan duduk bahkan marah padanya tapi apa Nida tidak tau
Nida pun mencetitakan kegelisahan dan ketakutannya pada orang tuanya. Orang tua Nida pun memasangkan kelambu untuk Nida konon katanya kelambu adalah penghalau untuk para makhluk halus agar tidak bisa menjamah kita
Benar saja saat kelambu itu sudah di pasang tepat tengah malam Nida melihat sosok seperti manusia berada tepat di atas kelambunya. Sosok itu berupa bayangan hitam dan dia berusaha untuk menggapai Nida. Nida yang takut hanya bisa merapalkan doa dan memejamkan mata tanpa berani untuk melihat lagi. Dan saat adzan subuh berkumandang itu adalah seperti angin segar untuk Nida karena ketika adzan subuh datang Nida tidak lagi merasa gelisah dan langkah kaki yang selalu mengganggu malamnya pun ikut menghilang seiring dengan berkumandangnya suara adzan
Nida mendapati kalau tali yang mengikat salah satu sudut kelambunya kini telah putus.
"Kenapa bisa putus Nida, bukan kah kemaren ibu mengikat ini dengan kuat"
"Nida tidak tau bu, tapi bu jika Nida bercerita apakah ibu percaya"
Ibu yang melihat muka Nida memucat pun tau kalau saat ini Nida sedang dalam rasa takut. Ibu membelai wajah Nida karena Nida sudah tidak bisa duduk lagi dah hanya bisa berbaring dengan posisi telentang
"Ceritakan lah nak"
"Bu, Nida takut... Setiap malam Nida merasa ada yang datang pada Nida dan tadi mala. di atas kelambu ini Nida melihat bayangan manusia bu. Nida yakin dia seperti manusia tapi dia hanya sebuah bayangan hitam... Dia selalu datang dan mengganggu Nida setiap malam hikks hiikk hiikks" Nida menangis ketakutan
Ibunya pun paham rasa takut yang dialami oleh Nida. Sejujurnya ibu Nida pun mersa ada yang ganjil, sudah puluhan tukang urut dan berbagai macam obat-obatan mulai yang tradisional hingga yang paten di konsumsi oleh Nida namun Nida sama sekali tidak menunjukan perubahan apa-apa. Malah tubuh Nida setiap hari semakin kurus dan memucat padahal ibu Nida selalu memberikan makanan bergiji juga multivitamin untuk Nida. Kendati sedang sakit namun Nida sama sekali tidak kehilangan nafsu makan, Nida makan seperti biasa seperti saat sebelum dia sakit
Ibu Nida pun menceritakan itu pada suaminya bahwa ada yang aneh pada sakit yang diamali oleh Nida, bahkan hasil rontgen yang terakhir pun menunjukan kalau kaki Nida itu baik-baik saja. Tapi jika memang kondisinya baik mengapa Nida tidak bisa berjalan
Ayah Nida pun teringat dengan satu tukang urut tapi juga seorang indigo yang berada di kampung seberang. Hari itu juga dengan menggunakan perahu bermotor (orang kalsel meyebutnya KELOTOK) orang tua Nida membawa Nida kesana.
Sebut saja Acil Enor begitu orang biasa memanggil tukang urut indigo itu. Acil Enor pun memamah selembar daun sirih dengan kunyit dan juga kapur kemudian menyemburkan itu pada bagian panggul Nida, saat disemburkan Acil Enor lalu meratakan itu pada seluruh bagian panggul Nida dan mengurutnya pelan
"Astagfirullah" Acil Enor terkejut
Bukan tanpa alasan karena semburan kapur, sirih dan kuyit tadi berubah menjadi warna merah darah pada panggul Nida. Ini menandakan bahwa Nida diganggu makhluk halus dan meraka sangat marah sekali
Setelah mengatan kalau Nida diganggu makhluk halus tiba-tiba Acil Enor kesurupan dan matanya menjadi terbalik dan Acil Enor meracau dalam bahasa banjar tubuhnya pun refleks bergerak ingin memukul orang tua Nida, untung saja para asisten Acil Enor memegang tubuh Acil Enor agar tidak bisa bergerak
"Ikam ni ba×ngsat ae nyaman banar tahu lah kawa membawa anak baobat... Aku kada kawa membawa anak beobat, anak ku di rumah lumpuh bungul ae, handak mati sudah inya... Ikam bila anak ku mati anak ikam ku mati'i jua (kamu ini bang×sat, enak sekali kamu bisa membawa anak mu berobat.... Sedangkan aku tidak bisa, anak ku di rumah lumpuh bo×doh, sampai sekarat.... Kalau anak ku mati maka anak mu juga akan ku bunuh)" ucap Acil Enor masih kesurupan
Acil Enor terus meracau dan mengeluarkan sumpah serapah bahkan meludahi kedua orang tua Nida. Asisten Acil Enor pun berusaha untuk menenangkan amarah makhluk yang kini bersarang di dalam tubuh Acil Enor dan berusaha memediasi
Hingga akhirnya diketahui kalau Nida telah menabrak seorang anak dari bangsa jin. Jin itu juga beragama Islam dia hidup, makan bahkan mencari nafkah seperti manusia. Tanahnya mereka berada satu jengkal dari tanah yang biasa manusia pijak (wallahualam)
Jin itu mengatakan kalau Nida telah manabrak anak nya hingga anak nya lumpuh dan anak nya itu baru berusia 2 tahun sedangkan dia adalah orang miskin, dia tidak bisa membawa anaknya berobat ke rumah sakit seperti yang dilakukan oleh ke dua orang tua Nida bahkan dia juga adalah seorang janda. Karena itu setiap hari jin ini akan datang ke rumah Nida dan memukulnya sampai Nida juga tidak bisa berjalan, setiap malam jin ini datang dan memberi hukuman pada Nida sama seperti kondisi anaknya yang lumpuh maka Nida juga harus seperti itu
Tapi dengan bantuan Acil Enor dan para asistennya, mereka berusaha untuk meredam amarah dari sang jin dengan pertimbangan sebagai sesama muslim dan ketidak mampuan manusia melihat hal-hal goib. Dengan sejumlah syarat yang jin itu ajukan akhirnya dia setuju untuk berdamai
Acil Enor lalu meminta orang tua Nida untuk menyembelih sepasang ayam hitam dan ayam putih dimana ayam itu disembelih tepat saat adzan magrib berkumandang juga harus disembelih di tepi sungai agar darahnya mengakir disana. Selain itu juga ada makanan lain yang disiapkan diantaranya adalah santan pati atau olahan santan yang diberi gula aren, bubur yeng tebuat dari tepung hongkoi dengan 4 warna, putih, merah, hitam dan kuning serta berbagai macam makanan lain seperti pisang telur rebus dan lain-lain.
Akhirnya setelah semua itu Nida tidak merasa gelisah lagi pada malam hari dan kondisi Nida pun berangsur angsur membaik hingga hanya dalam waktu 1 minggu Nida bisa berjalan dengan normal kembali.
Catatan: Suku Banjar (KalSel) biasa menyebut kondisi yang dialami Nida sebagai sakit KAPUHUNAN atau sakit yang diakibatkan karena adanya gangguan dari makhluk halus