Awalnya tak terlintas dalam benakku bisa jatuh cinta padanya. Entah apa yang membuatku menaruh harapan padanya, mimipi yang tak akan pernah terwujudkan.
Ardan Firmansyah, dialah lelaki yang mampu melelehkan hatiku. Siswa kelas 11 yang kini menjabat sebagai ketua OSIS di SMA A.
Aira Putri Natasya, itulah nama cantik yang diberikan orang tuaku. Aku biasa di panggil Aira, siswi kelas 10.
**
Awal perkenalanku dengan Ardan saat aku dan Resya sedang berada di kantin sekolah menikmati makan siang. Biasa jam istirahat dikantin sangat ramai dengan para siswa dan siswi.
Saat itu Ardan dan Dika datang, tapi mereka tidak mendapatkan meja sehingga mereka bergabung dengan aku dan Resya, disinilah awal pertemuan dan pertemanan kita di mulai.
"Boleh kenalan?" tanya Ardan sambil mengulurkan tangannya di depanku.
Aku pun menyambut uluran tangannya. "Aira," balasku, terus berkenalan dengan Dika, dan Resya pun berkenalan juga.
"Kamu, kelas berapa Ra?" Ardan bertanya kembali.
"Kelas 10 Kak," jawab Aira.
Setelah perkenalan singkat itu mereka mulai memakan makanan mereka sampai habis tak tersisa. Karena makanannya sudah habis Aira dan Resya pamit ke kelas terlebih dahulu.
"Kita, duluan ya Kak." Aira beranjak dari duduknya. Saat ingin melangkahkan kakinya keluar kantin tangan Aira di tahan Ardan. "Tunggu!" Ardan berdiri kemudian dia pun berjalan keluar kantin beriringan dengan Keyla.
"Memang ya kalau ada kesempatan jangan di sia-siakan," celetuk Dika.
"Apaan sih lu, Dik?" tanya Ardan.
"Itu orang jalan bergandengan tangan, kayak mau menyebrang jalan," ucap Dika.
Aira yang mendengar ucapan Dika, langsung menatap kearah samping, "Astaghfirullah." dengan cepat Aira melepaskan tangannya dari genggaman Ardan.
"Maaf, Ra nggak sengaja," ucap Ardan.
Aira hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
"Masya'Allah, manis banget senyumnya," lirih Ardan, tapi masih bisa di dengar oleh yang lain.
"Dasar, lu." Dika langsung memukul bahu Ardan.
"Apaan sih lu Dik, sakit," keluh Ardan.
Resya dan Aira hanya menggelengkan kepalanya melihat dua sahabat yang berantem. Tanpa terasa kini mereka sudah berada di depan kelas Aira.
"Kita masuk dulu Kak," ucap Aira.
"Iya." Setelah Aira dan Resya masuk ke dalam kelas Ardan dan Dika melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.
"Lu, suka sama Aira?" tanya Dika.
"Entahlah, gue juga nggak ngerti, tapi gue melihat dia cewek yang berbeda dari yang lain," jelas Ardan.
"Kalau gue lihat-lihat dia bener juga apa kata lu, dia perempuan baik-baik. Lu harus bisa jaga diri jangan sampai nyakitin dia, gue takut dia jatuh cinta sama lu," ujar Dika.
"Itu, tidak mungkin dia tidak akan mencintaiku, sepertinya dia cewek yang sulit untuk di taklukkan." Ardan mencoba menyakinkan Dika.
"Tapi perempuan jika terus di perlakukan hangat lama kelamaan dia akan luluh, Ardan," ucap Dika.
"Sudahlah, kita lihat saja nanti," balas Ardan.
Waktu terus berputar, hubungan Aira dan Ardan semakin lama semakin dekat. Mereka seperti remaja yang sedang di mabuk asmara. Meskipun kenyataannya mereka berdua hanyalah sahabat.
Hari ini Aira terpaksa harus pulang bersama Ardan karena Abangnya tidak kunjung menjemputnya.
"Ra, kenapa belum pulang?" tanya Ardan. Tak sengaja saat ingin pulang Ardan melihat Aira duduk di bangku halte depan sekolah, Ardan pun menghampiri Aira.
"Nunggu Abang jumput Kak," jawab Aira.
"Ini sudah hampir sore lho Ra, bareng aku saya yuk!" Ardan menawarkan diri untuk mengantar Aira pulang.
Aira tak mau karena takut Abangnya datang, tapi Ardan terus memaksa akhirnya Aira pulang bareng Ardan. Ardan memakaikan helm di kepala Aira, setelah itu Aira naik ke atas motor Ardan.
"Pegangan Ra," ucap Ardan.
Aira memegangi jaket Ardan. Tapi tiba-tiba Ardan menghentikan motornya secara mendadak sontak saja karena kaget refleks Aira langsung melingkarkan tangannya di perut Ardan. Karena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada Ardan memegang tangan Aira dengan terus melengkungkan bibirnya.
Aira berusaha melepaskan tangannya tapi di tahan oleh Ardan, dengan terpaksa dia pasrah dengan keadaan.
"Rumah kamu dimana Ra?" tanya Ardan saat mulai melanjutkan perjalanannya.
"Dia perumahan X kompleks C Kak," jawab Aira.
Ardan pun melajukan motornya ke arah sesuai petunjuk Aira. Tiga puluh menit mereka sampai Ardan menghentikan motornya di depan gerbang rumah Aira.
Aira pun turun dari motor kemudian ia melepaskan helmnya dan memberikan kembali ke Ardan. "Terima kasih, Kak," ucap Aira.
"Sama-sama." Ardan langsung tancap gas menuju kerumahnya karena waktu sudah hampir magrib.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, kini hubungan Aira semakin dekat saja.
Awalnya Aira tidak mengetahui jika Ardan sudah memiliki kekasih, dia baru tahu semuanya setelah enam bulan menjalin hubungan persahabatan dengan Aira. Bisa dibilang TTM (teman tapi mesra)
Tanpa sengaja Resya dan Aira sedang menikmati makanan di sebuah restoran. Resya tanpa sadar melihat Ardan bersama perempuan cantik, sedang menikmati makanan juga tak jauh dari tempat duduk mereka. Tapi Ardan tak melihat Aira dan Resya karena tempat duduk mereka di ujung paling belakang.
"Ra, itu bukannya Kak Ardan?" tanya Resya.
"Mana?" Aira bertanya balik.
"Itu, meja nomor tiga," ucap Resya.
Aira mengarahkan pandangannya ke meja no.3 dan benar saja yang dilihat Resya benar itu adalah Ardan.
Saat itu juga Aira seakan ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya, hatinya seakan tertusuk pisau tajam yang mampu menembus sampai ke relung hatinya.
Setelah itu Aira dan Resya mulai mencari tahu tentang Ardan dan perempuan itu. Tiga mencari tahu Aira dan Resya mendapatkan hasil yang sangat akurat. Bahwa perempuan yang bersama Ardan saat itu dia adalah kekasihnya mereka sudah menjalani kasih selama satu tahun.
Aira semakin dilanda ke galauan, tapi mau bagaimana lagi, jika takdir memang tidak mempersatukan kita.
Aku tak menyalahkan cinta kenapa dia harus hadir. Karena sejatinya cinta itu memang indah saat kita saling melengkapi.
Biarlah ku simpan semua kenangan indah saat bersamamu, semua akan ku simpan rapi dalam memory hidupku, akan aku jadikan lukisan yang terukir dalam hatiku.
Meski aku selalu menyebut namamu dalam doaku, tapi tetaplah ketentuan Allah pasti lebih indah.
Ardan Firmansyah kaulah Cinta Dalam Do'aku, semoga kamu bahagia bersama pujaan hatimu.
_TAMAT_