ONLY YOU

ONLY YOU

Author:A B S T R A C T

01

Matahari bersinar begitu terang di langit, cahayanya yang panas membuat sebagian besar orang enggan untuk keluar. Namun berbeda dengan murid-murid SMA TRISAKTI, hampir semua murid berada di lapangan untuk menyaksikan pertandingan basket antara SMA TRISAKTI dengan SMA MANDALA. Tidak ketinggalan pula sang primadona SMA TRISAKTI bersama saudara perempuannya turut hadir untuk memeriahkan lapangan.

Anindita menepuk pundak Chesa, saudarinya, sambil menyodorkan sebotol air mineral.

"Terimakasih, tapi aku sudah bawa air, kenapa Kakak membelinya lagi?" tanya Chesa sambil memperlihatkan botol minumnya

"Ya, aku tau. Tapi bukan aku yang membelinya, tapi si Irfan," jawab Anin menunjuk salah satu pemuda yang akan bermain basket di lapangan

Chesa mengikuti arah jari Anindita, terlihat seorang pemuda sedang melambaikan tangan padanya dengan senyum lebar di wajahnya. Chesa pun membalas senyuman pemuda bernama Irfan seperti yang disebutkan oleh Anindita tadi, namun senyum gadis itu hilang berganti dengan senyum malu ketika mendengar teriakan 'cie' dari semua orang.

"Kendalikan senyumanmu itu, Chesa. Setelah ini pasti semua orang akan mengira kalian punya hubungan," ujar Anin

"Biarkan saja, apa salahnya tersenyum. Dia tadi senyum padaku, apa aku hanya akan diam? itu akan memberikan kesan kalau aku sombong," balas Chesa tidak peduli dengan gosip yang akan muncul nanti

Pertandingan di mulai!

Peluit berbunyi di babak pertama, dan pertandingan dimulai dengan tensi yang tinggi. Kedua tim bermain agresif, saling bertukar serangan. SMA MANDALA memiliki pemain andalannya, Dika, yang terkenal dengan tembakan tiga angka yang mematikan. Namun, tim TRISAKTI telah mempelajari pola permainan lawan dengan seksama dan fokus menjaga Dika sepanjang pertandingan.

Irfan memimpin tim TRISAKTI dengan umpan-umpan strategis, sementara Raka, pemain center mereka, berhasil mendominasi area bawah ring dengan rebound-rebound penting. Meski begitu, SMA MANDALA terus memberikan tekanan, membuat babak pertama berakhir dengan skor imbang 40-40.

"Tim lawan emang nggak bisa di anggap remeh, tapi tim sekolah kita juga nggak kalah jago," ucap Anin berkomentar

"Kak, apa kamu udah bilang ke bunda kalau aku pulang telat?" tanya Chesa. Jika tidak, sang ibu akan mengomeli dirinya dan mengatakan kalau Chesa sudah tidak sayang lagi padanya karena tidak menyempatkan waktu hanya untuk mengabari ibunya.

"Sudah."

Dalam babak kedua, ketegangan semakin terasa. Tim MANDALA mulai memanfaatkan kecepatan mereka untuk menyerang balik dengan cepat, membuat TRISAKTI sedikit tertekan. Di sisi lain, TRISAKTI mencoba memainkan strategi bertahan dan menjaga penguasaan bola agar tidak terburu-buru. Dan masalah muncul ketika Raka mengalami kram dan harus ditarik keluar. Ini menjadi pukulan berat bagi TRISAKTI karena mereka kehilangan pemain kunci di area pertahanan.

Namun, Irfan tidak kehilangan semangat. Ia mengambil peran lebih besar di lapangan, memimpin serangan, dan memberikan arahan kepada tim. SMA MANDALA mulai unggul dengan selisih 8 poin, tetapi dukungan para suporter TRISAKTI yang memenuhi tribun memberikan energi baru. Penonton terus memberikan semangat dengan sorakan dan nyanyian, memotivasi para pemain untuk terus berjuang.

Di menit-menit terakhir, TRISAKTI berhasil mengejar ketertinggalan. Dengan hanya 20 detik tersisa dan skor 68-68, Irfan mengambil keputusan berani. Ia memberikan umpan kepada Aji, pemain cadangan yang jarang dimainkan, untuk melakukan tembakan tiga angka. Semua mata tertuju pada Aji saat ia melompat dan melepaskan tembakan.

Bola melayang di udara dalam ketegangan. Waktu seakan melambat. Bola masuk ke dalam ring dengan sempurna! TRISAKTI memimpin dengan skor 71-68 hanya beberapa detik sebelum peluit akhir berbunyi. SMA TRISAKTI dinyatakan sebagai juara turnamen, para pemain berpelukan, air mata kebahagiaan mengalir.

Irfan memeluk Aji. "Bagus teman, kita adalah tim yang hebat."