Prolog
"Lepas saja pakaianmu itu.." pria itu secara sadar mempermalukan seorang Ratu dihadapannya, "Biarkan aku melihat semuanya."
Penuh dengan pakaian dan armor yang sudah koyak menunjukkan tampilan yang begitu memalukan bagi sang penguasa neraka itu.
"Jangan... Coba-coba... Beraninya menghinaku..." Ucap sang ratu dengan dengan terengah-engah.
"Heeeeh..." pria itu melirik tubuh molek sang ratu dengan tatapan cabul.
Si Pria tiba-tiba merubah tatapannya menjadi tatapan sadis, ia mengangkat dagunya setinggi langit.
"Harapan mu sudah habis... Makhluk jalang sepertimu tidak pantas memimpin pasukan iblis..." tambah si pria.
Sang Ratu menyerang pria itu. Ia mengarahkan naginata nya dengan harapan dapat menusuk si Pria. Dengan mudahnya pria itu menangkis serangannya. Membuat senjata sang Ratu terlempar jauh. Menggunakan kekuatan magisnya, pria tadi membesarkan tangannya lalu memukul Ratu Iblis dengan keras.
Duar!!
Suara gemuruh terdengar kuat. Segalanya hancur menyisakan tahta iblis saja. Pria tadi melirik ke arah Ratu yang tidak berdaya.
"Bagaimana?" tanya si Pria dengan nada mengejek, "Sayang sekali jika harus kalah di sini kan?"
Tidak disangka sang ratu iblis kembali bangkit. Dengan bertumpu pada sayapnya ia berusaha berdiri. Dengan penuh luka dan hanya berbekal keyakinan ia menantang sang Pahlawan untuk terakhir kalinya.
"Selesaikan s-saja di sini..." ucap sang Ratu lemas.
"Masih belum menyerah? Tidak kusangka... Meski kau tahu akan berakhir di atas tahta mu sendiri..." pria yang dipanggil pahlawan oleh orang-orang itu kemudian melesat ke arah sang ratu. Menghunuskan pedangnya ke dada ratu. Membuatnya terhempas ke arah tahta iblis yang kemudian pecah berkeping-keping.
"Heh... Phyra... Phyra... Phyra.." pahlawan itu berjalan mendekati Phyra yang sudah tak sanggup untuk berdiri.
Sreett
Dengan sengaja ia menyeret pedangnya. Ia menatap Phyra dengan tatapan sadis. Di detik-detik ini Phyra sang ratu sudah merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir.
"Tidak heran Dewa marah denganmu... Makhluk lemah sepertimu tidak pantas memimpin pasukan iblis..."
"T-tolong... Ampuni aku... K-kamu bisa mengambil alih kerajaan iblis jika kamu mau..." rintih Phyra, "K-ku mohon..."
Ia terus memohon kepada sang Pahlawan untuk mengampuninya. Namun Pahlawan sama sekali tidak mempedulikannya.
"Kau tahu, Phyra... Aku tidak tertarik dengan kerajaan bodohmu..." ucap dingin sang pahlawan sembari menodongkan pedang ke leher Phyra.
"Ada kata-kata terakhir?"
"A-ayah..."
"Owwhh... Anak papa.." pahlawan kembali mengejek Phyra. Ia seketika mengambil langkah terakhir.
Sruakk
Gludug gludug
Sesuatu menggelinding di tanah. Seketika keadaan menjadi sunyi. Cairan merah segar mengalir deras. Bau yang familiar mulai mengisi seluruh tempat.
"Sayang sekali... Belum sempat nyoba tubuh seksinya..."
Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Melihat ke atas sang Pahlawan menutup matanya. Ia bergumam seakan-akan tengah berbicara dengan sesuatu.
"Sesuai perintah..." sang Pahlawan tersenyum lebar, "Hahahahaha..."
Di tempat lain ribuan Tahun Kemudian...
Kriiing
"Woahh..." seorang wanita mengusap matanya, ia melirik jam, "Udah pagi yah.."
Ia kemudian mematikan alarmnya. Duduk di kasurnya ia melirik teman sekamarnya yang masih tertidur di ranjang seberang.
"Hihi... Kayaknya dia begadang lagi..." ia tersenyum.
Beranjak dari ranjangnya ia menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya. Setelah masuk ia lantas melepas piyama nya.
"Hi... Otot!" di depan cermin ia berpose layaknya petarung, "Tapi dada ini agak kurang pas sama ototnya."
Brusshh
Suara air mengalir terdengar nyaring. Ia mulai menjalankan ritual sucinya... mandi. Kurang lebih ia menghabiskan hampir setengah jam di sana.
"Laa laa laa~"
Menapakkan kaki keluar dari kamar mandi nya ia lalu membuka lemari baju.
"Hari ini..." ia mengambil seragam nya, sebuah atasan berdasi dengan celana panjang.
Dengan segera ia mengenakannya.
"Moga aja dadaku nggak keliatan," ucapnya sambil memegang dada besarnya.
Seusai berpakaian dan berdandan ia pergi mengambil ransel nya.
"Waduh... Udah mau telat!" ia melirik ke arah jamnya sekali lagi.
Ia lantas keluar kamar, menutup pintu lalu berlari menuju pintu depan gedung asrama. Di sepanjang koridor ia banyak melihat murid perempuan lainnya. Banyak murid yang ia temui memiliki tampilan yang beragam. Ada yang manusia, ada juga yang merupakan ras elf sama sepertinya.
"Arya!! Kamu telat juga ya!" sapa salah satu murid perempuan lainnya.
"Iyaaa.." balas Arya, "Harus cepet nih!"
"Iyaa, aku juga!!" sahut beberapa murid lainnya.
Mereka berlari bersama menuju ke arah pintu keluar.
Tiba-tiba ada gadis yang melompat untuk menumpang ke pundak Arya.
Bruakk
"Aduhh... Kamu ngapain?" tanya Arya sambil terengah-engah.
"Gendong dong~"
"Nggak! Turun," Arya merasa keberatan.
"Ayolah badan elf kamu kan kuat... Masa ngangkat manusia sekecil aku nggak bisa."
Dengan kekuatan fisiknya Arya melempar tubuh gadis yang menumpang itu.
Bruakk
"Aduhh... Kamu jahat!" sepertinya gadis itu marah.
"Maap... Kita beda mapel!!" teriak Arya meninggalkan gadis itu.
Setelah berlari beberapa menit Arya sampai di pintu utama gedung asrama. Keluar dari sana ia berhenti sejenak karena terpukau dengan pemandangan indah yang menanti dirinya.
"Woahh..." ia menganga.
Arya melihat pemandangan yang luar biasa indah. Daratan hijau membentang, tembok besar gagah berdiri kuat, bangunan desa dan kota, kasti-kastil berdiri kokoh, kerajaan tinggi nan besar seakan-akan mengangkat langit, hutan, sungai dan pegunungan semuanya ada di sana.
Tempat indah inilah yang disebut...
...[Land of Fairytale]...