SKUAT INDIGO 3

SKUAT INDIGO 3

Author:David Purnama

BAB 1 MENGUSIK KETENANGAN

Sudah cukup lama waktu berpisah dengan peristiwa pertempuran yang menggetarkan dua dunia. Setelah kejadian itu Akbar yang sekarang sudah berkeluarga memutuskan untuk sama sekali tidak lagi bersinggungan dengan dunia lain dimensi. Ia meninggalkan itu semua untuk kehidupan normal layaknya manusia biasa yang menjalani setiap harinya dengan bertemu suka atau pun duka yang dilaluinya.

Akbar kini berjualan di pasar. Ia menemani sang istri yang meneruskan usaha keluarganya. Perempuan yang akhirnya berlabuh di hatinya dan mau menjadi selimut hidupnya adalah Risa. Wanita dari desa tetangga yang akhirnya bersedia dinikahi oleh Akbar setelah melalui banyak perantara sanak saudara yang terlibat dalam perjalanan pengenalan dan perjodohan yang tidaklah memakan waktu yang terlalu lama cukup empat bulan saja. Beruntungnya Akbar dengan karismanya yang belum sepenuhnya memudar meski usia sudah tidak lagi muda. Ia juga akan menjadi manusia terbodoh di bumi jika ia sampai tidak mau dengan Risa seorang gadis yang lugu serta penurut yang disayang oleh keluarganya.

Meski sudah dibuatkan rumah tinggal oleh ayah Risa namun Akbar memilih untuk tinggal bersama ibunya bersama juga dengan istrinya. Alasannya pun diungkapkan karena ibunya sudah mulai uzur jadi ia tidak bisa meninggalkannya dengan jarak yang jauh walau hanya berbeda kelurahan saja. Sedangkan di rumah baru yang sudah disiapkan oleh keluarga Risa yang berdekatan dengan rumah orang tua Risa masih banyak saudara-saudaranya yang tinggal di sekitaran sana apalagi adik-adik Risa masih tinggal bersama mereka. Itulah perbandingannya. Untungnya permasalahan tempat tinggal ini bisa diterima oleh kedua belah pihak keluarga tanpa adanya percekcokan yang berkepanjangan. Lagi pula jikalau rindu dengan jarak yang dekat tinggal saling berkunjung untuk bertemu.

Selain alasan untuk menjaga dan merawat ibunya rumah Akbar juga lebih dekat jaraknya dengan pasar. Dan alasan yang paling utama dengan tinggal bersama ibunya adalah ada orang yang akan membantu Akbar dalam mengasuh buah hatinya dengan Risa yang tidak hanya satu karena setelah setahun usia pernikahan mereka dianugerahkan lah putra kembar kepada pasangan suami istri itu. Bayangkan jika Akbar tinggal di rumah di desanya Risa ia pasti akan sungkan kalau ada apa-apa jikalau harus meminta tolong kepada ayah dan ibu mertuanya. Tinggal dengan ibunya sendiri ia merasa jauh lebih bebas dan bisa lebih santai.

Ron dan Jun dua anak laki-laki Akbar yang sudah bisa berjalan dan berlarian sembarangan memasuki tahun ketiga usia mereka. Sama seperti bocah kecil pada umumnya yang nalurinya hanya ingin bermain dengan mengenal segala sesuatu hal yang baru ditemui disekitar mereka, begitu jugalah anak kembar dengan gaya rambut cepak yang tidak terlalu rapi hasil dari cukuran ayah mereka sendiri.

Ron dan Jun paling senang bermain dengan air. Apalagi air hujan. Sama seperti sekarang ini saat gerimis mulai memanggil mereka untuk keluar dari dalam rumah di sore hari yang sudah mau usang.

“Mas… anak-anakmu mana?”, tanya Risa kepada Akbar.

“Di depan TV”, jawab Akbar ngasal sambil asik main game di HPnya.

“Mana? Tidak ada. Cari sana”, perintah Risa yang meninggalkan Akbar untuk mandi.

Mendengar titah sang istri Akbar pun langsung melihat ke arah luar rumah yang ternyata benar saja anak-anaknya keluar seperti biasanya karena hujan sudah datang. Ia pun beranjak keluar untuk mencari kedua anaknya yang semakin hari polahnya semakin sulit ditebak.

“Ron… Jun… “,

Akbar memanggil nama mereka sembari mengitari rumah tempat biasa mereka berada untuk bermain air dari langit yang bisa menyakitkan kalau terlalu lama dihujani olehnya.

“Ayo pulang… sebentar lagi magrib…. nanti masuk angin kalau hujan-hujanan terus”,

Sayangnya teguran sang ayah itu tidak berbalas. Ia tidak kunjung juga menemukan lokasi dimana si kembar berada. Kalau sudah seperti ini mau tidak mau Akbar harus mengaktifkan mata batinnya untuk menemukan Ron dan Jun. Terlebih lagi di penghujung sore itu ia merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Dan benar saja ketika mata ketiganya dihidupkan ia melihat ada beberapa makhluk-makhluk astral dari dimensi lain yang sudah berada di sekitaran rumah yang sedang mengawasinya. Akbar pun segera mencari buah hatinya dengan menggunakan kemampuannya.

Ron dan Jun ditemukan tengah berada di bawah pohon-pohon pisang. Mereka sedang seru bermain dengan katak-katak siluman yang energinya lumayan besar hingga bisa menyelimuti kedua anaknya untuk tidak terlihat dengan kasat mata. Akbar pun segera menghampiri Ron dan Jun lalu membawa kedua bocah kecil itu dipeluk kedua tangannya untuk dibawa pulang masuk ke dalam rumah.

Para siluman katak itu tidak ada maksud untuk mencelakai kedua anak Akbar. Mereka hanya ingin bermain saja. Bahkan mereka melindungi keduanya dari sosok-sosok jahil yang hendak iseng kepada dua anak yang tidak biasa itu. Akbar sendiri juga sudah tahu kalau katak-katak berpunggung merah itu sama sekali tidak berbahaya. Bahkan Akbar juga sudah menyadari kehadiran makhluk-mahkluk dari alam lain itu dari beberapa waktu yang lalu ketika mereka untuk pertama kalinya muncul menampakkan diri kepadanya. Meski selalu waspada dan hati-hati Akbar pun tetap bersikap sewajarnya saja. Karena di kehidupannya sekarang ini yang jauh lebih berbahaya adalah apabila membuat marah istrinya.