RUMAH MAKAN ZOMBI

RUMAH MAKAN ZOMBI

Author:David Purnama

PROLOG

“Jadi datang hari ini Pi yang mau beli tempat kita?”, tanya Cik Eli kepada suaminya.

“Sore katanya Mi”, jawab Koh Jimi suami Cik Eli.

“Sore jam berapa Pi? Ini dari tadi juga sudah sore Pi”, Cik Eli dengan nada ketus.

”Di telpon katanya habis asar Mi”, jelas Koh Jimi.

“Insya Allah lagi? Ini sudah janji yang ketiga kali lho Pi. Jangan sampai mereka tidak jadi datang lagi. Sebenarnya mereka ini niat mau beli atau nggak sih Pi?!”, Cik Eli kesal.

“Ya jadi to Mi. Kemarin kan mereka tidak jadi datang alasannya sudah diberitahu. Mereka sudah DP 50% lho Mi”, jelas koh Jimi menenangkan Cik Eli.

Anak Raja adalah bengkel sepeda motor sekaligus supplier dan juga toko onderdil paling lengkap di kota ini. Bengkel mereka juga salah satu yang terbesar dan teramai yang sudah banyak pelanggan setia. Tentu saja banyak orang keheranan kenapa bengkel tertua di kota mereka tersebut bisa gulung tikar. Kabar burung yang beredar Koh Jimi yang merupakan generasi ketiga dari Anak Raja ingin berpindah haluan bisnis dan memboyong keluarganya pindah ke luar Jawa.

Sudah dua kali ia menunda transaksi, rasa tidak enak kepada kliennya akhirnya terlunasi ketika ia mendapat lampu hijau dari tuannya untuk menyelesaikan pembelian Anak Raja. Sore itu setelah asar Erwin dengan kelegaan kembali menemui Koh Jimi untuk melunasi pembayaran dan menyelesaikan transaksi pembelian Bengkel Anak Raja dengan harga dan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak antara penjual dengan pembeli.

“Ini tempat rencana mau bos jadikan apa?”, singgung Koh Jimi kepada Erwin.

“Masih belum tahu Koh”, jawab Erwin yang memang masih belum tahu tempat yang baru saja dibeli oleh tuannya yang merupakan orang yang sudah punya nama dalam dunia bisnis di negeri ini untuk instruksi selanjutnya mengenai nasib tempat Anak Raja.

Beralamat di Jalan Raya KM 6 yang merupakan jalur penghubung menuju ke kota besar ramai pengunjung menjadikan tempat ini strategis untuk dijadikan magnet bagi mata kendaraan yang berlalu-lalang. Apalagi di sepanjang sisi jalan tersebut hanya ada dua bangunan yaitu bengkel Koh Jimi dan sebuah ruko besar yang sayangnya sudah lama tidak berpenghuni. Di seberang jalan ada dua instansi besar yang memudahkan untuk menandai lokasi Anak Raja.

30 tahun sudah semenjak bengkel ini berdiri. Dimulai dari bengkel sepeda onthel hingga berkembang menjadi bengkel sepeda motor. Koh Jimi adalah generasi ketiga Anak Raja sebelumnya ada orang tua dan kakeknya yang merintis usaha keluarga ini. Tidak sulit baginya untuk mengenang cerita-cerita perjuangan keluarganya terdahulu. Kisah itu terlukiskan dalam album foto yang kini telah terpasang rapi. Mulai dari foto-foto hitam putih, foto berwarna hingga foto digital masa sekarang semua terdokumentasikan dengan baik untuk selalu mengenang keluarga besar bengkel Anak Raja. Keputusan sudah dipilih. Dengan berembuk dengan istri, anak-anak, dan karyawan yang sudah menjadi keluarga sendiri Koh Jimi memutuskan untuk menutup usahanya. Ia pun menjual tanah beserta bangunan Bengkel Anak Raja untuk dijadikan sebagai modal usaha keluarga kedepannya. Ungkapan klise namun benar adanya perjalanan kehidupan seperti bulat roda yang selalu berputar, adakalanya di atas ada juga saatnya berada di bawah. Setelah pertimbangan yang matang akhirnya roda pun harus sengaja diberhentikan dan diganti dengan roda-roda yang baru untuk kembali memulai sebuah perjalanan.