Wanita Sebatang Kara

Wanita Sebatang Kara

Author:Hawa zaza

Lebaran dalam duka

Lebaran kurang satu Minggu lagi, menatap isi di dalam dompet usang milikku rasanya begitu perih.

Dua puluh lima ribu, lima lembar uang pecahan lima ribuan yang mengisi dompet warna hitam yang aku beli dari empat tahun lalu.

Shanum adalah nama putriku satu satunya, dia anak yang pintar dan juga tidak pernah menyusahkan. Shanum tergolong anak yang cukup pendiam dan lebih suka menghabiskan waktu didalam rumah saja.

Aku sangat beruntung memiliki anak sebaik Shanum di dalam kondisiku yang serba kekurangan.

Tadi siang, anakku itu bertanya tentang baju baru.

Seketika dadaku mendadak sesak, jangan kan baju baru, buat bayar angsuran arisan pun aku masih belum punya.

Lebaran kali ini, sungguh luar biasa ujian yang harus aku jalani.

"Iya, nak!

Doakan ibu ya, besok dapat arisan. Biar bisa beli baju baru buat Shanum, Aamiin!" jawabku sambil terus beristigfar agar rasa sesak ini berkurang.

"Aamiin, aku doakan ibuk nanti dapat arisan.

Shanum pingin beli baju gamis warna hitam. Dan kue lebaran yang ada kejunya itu loh, buk!

Yang kayak mamanya Kako beli. Enak banget kuenya, Shanum pingin makan kue kayak itu." ucap anakku panjang lebar, sambil membayangkan kue nastar yang memang jadi kue favorit nya sejak dulu.

"Iya, nak. Bismillah sayang, semoga ada rejeki ya." sahutku lemah sambil menahan agar air mata ini tidak berjatuhan.

Sudah hampir seminggu aku terus menangis karena dilanda takut, cemas dan bingung akan hutang yang menumpuk, dan sebelum lebaran harus dilunasi. Ya Alloh!

Kembali aku pandangi uang yang tak seberapa itu dengan hati perih. Berharap ada keajaiban akan rejeki tak terduga.

Saat pikiran ini melayang dan terasa kepala hampir mau pecah.

Ponselku berbunyi, ada pesan masuk di aplikasi hijauku.

"Mbak, besok hari terakhir pelunasan ya, karena uangnya harus dibagikan lusa. Aku tunggu, sampai besok sore, harus sudah beres!" isi pesan yang dikirim Bu Desi, orang yang bertugas sebagai bendahara di arisan PKK ibu ibu komplek tempatku tinggal.

"Injih, mbak!

Besok akan aku antarkan uangnya!" balasku singkat. Entah bagaimana bisa aku membalas seperti itu, sedangkan aku sama sekali tidak tau darimana aku mendapatkan uang sebanyak dua juta dalam waktu semalam. "Astagfirullah, kenapa hidupku harus sesulit ini?" batinku menjerit perih.

Tiba tiba bayangan mas Danang hadir di benakku.

Panas menjalar ke sekujur tubuh, amarah terasa meluap bila mengingat nama laki laki itu.

Laki laki yang masih sah sebagai suamiku itu, samasekali tidak pernah perduli dengan nasib istri dan anaknya lagi.

Dia sudah menikah lagi dengan wanita di perantauan tempatnya bekerja.

Seorang janda yang punya anak satu, dan sekarang sudah punya anak lagi bersama suamiku.

"Semoga karma itu nyata, dan kalian orang orang yang sudah dzalim padaku dan juga anakku akan mendapatkan balasan yang jauh lebih sakit dari yang kami alami." doaku dalam sela Isak tangis yang menderas.

Pikiran buntu, kepala berdenyut nyeri, pusing mendera begitu hebatnya.

Bibir tak henti terus beristigfar, berdoa apapun untuk mengharap pertolongan dariNYA.

Tak terasa mata ini pun terpejam, mungkin karena lelah menangis.

"Buk, bangun!

Sudah jam lima, ibuk gak sholat?" tubuhku digoncang pelan oleh anak gadisku. Ternyata sudah subuh. "Ya Alloh, bagaimana ini." batinku kembali cemas, bahkan tubuh ini gemetar karena kembali teringat hutang yang harus lunas hari ini, Sedang di dompet tinggal dua puluh lima ribu saja.

"Buk, kenapa?

Ibuk sakit?" kembali suara anakku menyadarkan diri ini dari lamunan.

"Ibuk gak papa, nduk!

Cuma kayak masih ngantuk saja.

Yasudah ibuk mau mandi dan wudhu dulu.

Kamu sudah sholat?" jawabku menyembunyikan perasaan hancur di dadaku saat ini.

"Shanum sudah sholat dari tadi, Shanum juga sudah nyapu dan cuci piring, ibuk kayaknya lagi capek banget, Shanum gak berani bangunin ibuk. Kan ibuk lagi nyenyak tidurnya, kayak capek banget." jawab gadis cantikku yang sudah bisa bersikap dewasa di usia tiga belas tahun.

"Ya Alloh, maafin ibuk ya nduk?

Ibuk sampai lupa gak siapin makan sahur buat kamu. Tadi Shanum sahur sama apa?" tanyaku dengan rasa menyesal dan bersalah karena sudah lalai pada anak gadisku.

"Gak papa kok, buk!

Shanum bikin mie goreng sama teh hangat tadi.

Lagian ibuk juga harus istirahat. Shanum sudah besar, insyaallah bisa nyiapin sendiri." sahut anak gadisku dengan bangganya.

Aku sangat bersyukur memiliki anak seperti Shanum, selain cantik, dia juga sangat dewasa dan rajin.

"Maafin ibuk ya, nak!

Harusnya kamu gak sahur sama mie instan, ibuk sudah lalai. Maaf!" lirihku yang tersayat mendengar penuturan putri kesayanganku itu.

"Ibuk ini kayak apa aja, insyaallah Shanum gak papa, dan juga Shanum insyaallah kuat puasanya.

Ibuk buruan mandi, keburu siang loh, nanti waktu subuhnya habis." jawab putriku yang sekali lagi mengingatkan aku agar segera menjalankan kewajiban dua rakaat.

"Ya Alloh, astagfirullah.

Yasudah ibuk mau mandi dulu ya!" aku buru buru masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan diri, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh, diteruskan dengan dzikir panjang serta memasrahkan segala beban yang sedang menghimpit jiwa dan pikiran.

Melebur dalam keheningan bersama doa doa penuh harapan terus dipanjatkan, berharap menemukan jalan untuk masalah yang kini sedang ku hadapi.

Hampir satu jam aku menghabiskan waktu di atas sajadah, sedikit ada rasa tentram meskipun pikiran ini terus berkelana memikirkan hutang yang harus segera di lunasi.

Tak sengaja, mata ini menyorot laptop usang milikku sewaktu masih kerja dulu, masih bagus karena memang jarang sekali digunakan.

"Apa aku harus menjualnya?"

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️