Millisanna

Millisanna

Author:Wishtana

Bab 1

Peringkat nilai untuk hasil ujian tengah semester pertama sudah ditempel dimading utama dimana para murid dari kelas 1 sampai 3 berkumpul semua disana.

Kelas 11

Alfhazriel Satria Aryanzha   11-3   99,8

Millisanna Alsari Salsabila  11-3    99,0

-

-

"Yah kayak biasa Azriel dari awal masuk dia peringkat pertama seangkatan"kata salah satu anak disana pada temannya.

"Ya sih tuh anak emang jenius. Kayaknya Tuhan gak sengaja numpahin banyak kejeniusan pas bikin tuh orang, belajar aja kagak tapi pinternya kebangetan"kekeh temannya itu.

"Gue yang sekelas sama dia pas kelas 10 juga ngeliat tuh orang jarang masuk kelas, kalo masuk pun cuma tidur dikelas"sahut anak lain.

"Tapi tuh cewek anteng ya diperingkat dua, gak bisa ngalahin si Azriel terus kasian banget"

"Huuh bener, dari awal masuk sampe setiap olimpiade gak pernah ya ngalahin Azriel, kasian banget"

Murid-murid itu tertawa setelahnya, merasa lucu dengan si perempuan malang itu yang mereka tak tahu kalau orang yang dibicarakan berdiri tak jauh dari mereka menatap mereka.

Anna menatap orang-orang yang mentertawainya itu dengan tersenyum kecil lalu berbalik menuju kelasnya.

Aku tak marah, aku memang pecundang.

Masuk ke kelas dan disana hanya ada Alfhazriel yang tidur dimejanya yang berada dipojok paling belakang samping jendela, jauh sekali dengan meja Anna yang berada dibarisan tengah jajaran kedua.

Membuka bukunya kembali belajar, membaca buku tebal yang hanya berisi rumus-rumus kimia.

Benar-benar gak berguna. Udah belajar terus, les sampe malem pun tetep aja gak dapet rangking satu, gak guna banget emang.

Setetes air mata lolos buru-buru Anna menghapusnya dan kembali fokus dengan bukunya.

***

Anna sampai dirumah jam 8 malam. Sudah ada ibunya yang duduk disofa ruang tengah menatapnya.

Terbiasa, Anna mendudukkan dirinya disofa kosong sebrang ibunya setelah menyalami sang ibu. Ibu menyodorkan hasil ujian tengah semester nya yang rata-rata nilainya diatas 96, berikut dengan peringkatnya ditulis angka dua disudut atas kanan disamping namanya.

"Dua lagi? Betah kamu disitu?"tanya ibunya.

Anna tak ingin menjawab ia memilih menunduk memainkan ujung rompi abu dengan corak kotak kotak seragamnya.

"Gak ada kemauan untuk maju kamu? Puas kamu di angka 2?"tanya ibunya lagi.

Sang ibu menghela nafas kesal menatap sang anak kedua itu dengan kesal. "Kenapa kamu gak bisa dapetin angka 1 setelah mama masukin kamu ke tempat les ini itu? Mama udah bantu kamu ini itu, dan balasan kamu cuma bisa dapet peringkat 2?! Bukan cuma disekolah tiap olimpiade juga kamu gak pernah juara!! Apa mau mu sih?! Mau mama tambahin jam belajar kamu?! Oke mama tambahin! Dihari libur juga kamu harus les, soal ekstrakulikuler kamu itu, urus aja jadwalnya sendiri"

Sang ibu pergi masuk kamar meninggalkan Anna disana sendirian menatap kertas selembar hasil ujiannya. Mengambilnya dan menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah membersihkan diri Anna duduk dimeja belajarnya mengambil papan tulis kecil yang ia gantung didinding atas meja belajarnya. White board itu berisi jadwal Anna sehari-hari dan Anna harus merombaknya karena sang ibu menambahkan durasi waktu lesnya.

Anna menatap bangga dengan hasilnya. Papan tulis digarisi kotak-kotak dan disetiap kotak-kotak itu tertulis semua kegiatan yang harus Anna kerjakan. Dengan sedikit hiasan seperti gambar bunga-bunga kecil warna warni berserta lebah dan kupu-kupu dan lain sebagainya.

Walaupun terlihat sangat cantik, tapi jika membaca jadwalnya membuat si pembaca bergidik ngeri karena disana 97% ditulis dengan kata belajar.

Tak peduli jika dirinya seumur hidup hanya belajar, Anna menggantung lagi papan tulis itu dan mengambil buku yang akan membantunya belajar hari ini.

Jadwalnya kali ini belajar sampai dirinya mengantuk. Tapi karena Anna tidak akan merasakan kantuk jadi ia berniat akan berhenti saat jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.

'woylah?! Yang bener!!'

Anna mulai mendengar suara dari balik tembok kamarnya membuatnya mengambil headphone warna ungu mengkilap dan memasang dikepalanya menutupi kedua telinganya dan menyetel lagu yang biasa menemaninya belajar dan menghalau suara teriakan adiknya yang sedang bermain game online itu.

Jam 12 malam Anna menutup bukunya dan melepas headphonenya naik keatas tempat tidur bersiap untuk tidur. Menatap langit-langit kamarnya yang ada tempelan plastik bintang yang akan bersinar jika gelap.

Beralih mengambil satu-satunya boneka dikamarnya yang berada disudut kasur atas samping tembok, boneka koala warna biru dengan hidung ungu dan kedua mata yang berupa jahitan garis tebal karena tersenyum.

Anna menatap boneka satu-satunya itu. "Kau harus bangga. Kau sudah bekerja keras"kata Anna pada boneka itu dengan tersenyum tapi air matanya turun dari mata kiri nya.

Menaruh kembali boneka itu ketempatnya dan mengusap matanya.

"Ya kau sudah bekerja keras, berbahagialah"gumamnya pada diri sendiri.

***

Pagi hari. Semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk sarapan. Ada ayah yang membaca koran ditemani secangkir kopi hitam, sang ibu yang bolak balik mengurus keluarganya yang sedang sarapan, Aris kakak laki-laki Anna sedang asik memakan nasi goreng, begitu juga dengan ketiga adiknya, Anna, Sarah, dan Idris.

"Ayo Idris berangkat"kata ayahnya yang siap berangkat seperti biasa bareng anak bungsunya karena memang searah dengan kantornya, dimana sekolah Idris terlewati mobil ayahnya sebelum sampai kantor.

Keduanya pamit setelah keempat anaknya dan sang istri menyalami ayah.

"Mau bareng gak? Mumpung baik nih"tawar Aris pada Sarah.

Tempat kerja Aris searah dengan Sarah, tapi baru kali ini kakaknya itu mengajak Sarah, biasanya mah bodo amat.

"Hayu lah, hemat ongkos"kata Sarah bangkit dari duduknya menyalami sang ibu dan mengikuti Aris yang sudah pergi duluan.

Anna yang terakhir berdiri dari duduknya, menyalami sang ibu untuk pamit berangkat sekolah.

"Jangan lupa les kamu"ingat ibunya.

Anna hanya mengangguk, mengucapkan salam dan berjalan keluar rumahnya. Menutup gerbang rumahnya Anna menatap tetangga seberangnya.

Disana terlihat seorang anak berseragam SD dengan semangat naik keboncengan sang ayah yang akan mengantarnya dengan motor.

"Hati-hati ya"pesan sang ibu.

Anna tersenyum kecil melihatnya, mengunci pagar dan berjalan ke gerbang perumahan nya yang langsung disambut dengan jalan raya besar.

Kenapa tak ada yang mengajak Anna untuk berangkat bersama atau mengantarnya, ada jawaban simpel dan masuk akal untuk pertanyaan tersebut. Sekolah Anna berlawanan arah dengan tujuan mereka.

Berdempetan diangkot sudah biasa bagi Anna. Fokusnya pada seorang siswi SMA yang berbeda seragam dengannya, dengan buku terbuka diatas pahanya dan wajah yang menunduk dan bibir yang berkomat kamit pelan tanpa suara membuat siswi itu terlihat luar biasa dimata Anna.

Anna memang penggila belajar, tapi tak pernah ia sampai belajar diangkutan umum, memang terlihat keren tapi Anna tak mau, karena ia tak bisa fokus dan alasan pribadi lainnya adalah ia tak mau terlihat sok sok-an.

Karena dulu Anna pernah belajar diangkutan umum dibicarakan sok sok-an oleh beberapa pelajar yang satu kendaraan dengannya dan itu membuat Anna trauma, tak ingin lagi berperilaku yang sekiranya dianggap sok sok-an oleh orang lain.

***

Turun dari angkot dan bergabung dengan murid-murid lain yang berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolah, Anna berjalan dengan tenang sendirian.

Tin tin.

Anna melirik kebelakang sedetik kemudian menyisi memberikan jalan pada anak-anak geng yang membawa motor itu.

Keempat motor sport itu berhenti diparkiran yang biasa mereka gunakan, bahkan ada aturan tak tertulis kalau space itu adalah milik mereka pribadi.

Anna tak memperhatikan, ia tak peduli karena sudah menjadi pemandangan setiap kali berangkat sekolah Anna berjalan ke koridor dan menaiki tangga utama menuju kelasnya berada.

Azriel melepas helmnya kemudian merapikan rambutnya sambil berkaca dispion lalu menatap teman-temannya yang sudah siap ke kelas masing-masing itu.

"Gue mau tidur dikelas aja kali ini"kata Azriel pada teman-temannya itu.

"Oke. Kita-kita mau ke kantin, isi bahan bakar dulu biasa"sahut Milan salah satu dari 4 teman yang berangkat bareng Azriel.

Mereka pun berpisah dikoridor, keempat temannya terus berjalan kearah kantin sedangkan Azriel naik tangga menuju kelasnya.

Masuk kedalam kelas pemandangan yang selalu sama selama ia menghabiskan setengah semester awal kelas 11nya kembali ia lihat.

Duduk di bangkunya Azriel menatap punggung gadis yang selalu mengikat rambutnya dengan ekor kuda itu sedang membaca buku sesekali mencatat sesuatu dibuku catatannya.

Selalu seperti itu membuat Azriel merasa aneh, sedikit kesal, tapi kasihan juga membuat Azriel membuang wajah dan memilih menaruh wajahnya dilipatan tangan diatas meja.

"Gue gak peduli"gumamnya kemudian menutup matanya mencoba tidur.

***

Anna dan Azriel dipanggil keruang guru saat istirahat. Bukan karena membuat masalah tapi karena mereka akan mengikuti olimpiade seperti biasa.

Guru pembimbing olimpiade menjelaskan ini itu sembari memberikan masing-masing untuk mereka sebuah tumpukan soal-soal olimpiade sebelumnya.

"Saya berharap banyak sama kalian, terutama kamu Azriel"kata guru bernama pak Sugeng itu menatap kesal Azriel.

"Kamu emang nakal, berandal tapi jangan sampai kamu kehilangan peringkat satu kamu. Awas loh!"ancam pak Sugeng yang hanya diangguki malas oleh Azriel.

Lalu pak Sugeng menatap datar Anna lalu menghela nafas lelah membuat Anna menunduk menggigit bibir bawahnya dan memilin ujung rompinya.

Azriel menatap gadis itu lewat ekor matanya dan menghela diam-diam.

"Kamu yang paling saya wanti-wanti. Pertahankan peringkat mu itu tapi kalau bisa naikin dan kalahkan nih berandal, tapi kalau malah turun kamu emang gak becus"kata pak Sugeng menunjuk-nunjuk Anna.

"Sudah sana istirahat, masih ada waktu 15 menit buat jajan"kata pak Sugeng mengakhiri perkataannya.

Azriel langsung berdiri dan berlalu tanpa membawa tumpukan soal miliknya, sudah biasa karena Anna tanpa diminta gadis itu akan membawakan milik Azriel dan miliknya sendiri. Selalu seperti itu sejak mereka mengikuti olimpiade pertama mereka sebagai tim dikelas 10.

Anna berjalan dibelakang Azriel menjaga jarak dengan membawa tumpukan soal dihadapannya, menatap punggung Azriel yang terlihat sangat kokoh membuat Anna kagum dan juga benci.

Ya Anna membenci laki-laki didepannya. Laki-laki itu terlalu sempurna membuat Anna melarat karena tak bisa mendapat nilai sempurna yang diinginkan orang-orang disekitarnya dan itu menghancurkan hidupnya yang membuat Anna terbiasa direndahkan.

Azriel berbelok karena akan ke kantin sedangkan Anna lurus terus menuju kelasnya.

Masuk kekelas menaruh kumpulan soal miliknya dimejanya kemudian kembali melangkah menuju meja Azriel yang ada dibelakang.

Tak langsung kembali ke mejanya, Anna mendekati jendela dan membukanya menatap keluar melihat sekelompok anak laki-laki sedang bertanding basket dan diantara yang sedang main ada Azriel disana, karena Azriel memang anak ekskul basket yang berprestasi juga karena sering mendapatkan mendali dan menjuarai turnamen bahkan pernah dipilih sebagai pemain terbaik.

"Ternyata memang ada orang yang istimewa"gumam Anna.

Anna membandingkan Azriel dengan dirinya. Azriel sangat tampan dan tinggi seperti idol idol Korea, Anna tidak terlalu cantik hanya rata-rata tak terlalu tinggi juga. Azriel diekskulnya begitu berprestasi bahkan menjadi pemain terbaik, Anna mengikuti ekskul bela diri tak pernah diturunkan saat ada pertandingan tak mungkin menjadi atlet terbaik ia hanya menjadi orang yang membantu menyiapkan keperluan para anggota yang akan bertanding.

"Selamat Anna kau akan menderita, jangan sampai bunuh diri ya"kekehnya pada dirinya sendiri.

Menutup jendela dan berjalan ke mejanya untuk kembali belajar.