365 Hari Di Pulau Terpencil Bersama Pelukis Wanita Lugu

365 Hari Di Pulau Terpencil Bersama Pelukis Wanita Lugu

Author:Bang Bintang

Sentuhan Rasa Primadona Mantap!

(Suara ombak besar)

Aku terbangun karena serangan batuk hebat, kepala pusing, bahkan semua yang terlihat seakan berputar, dan telinga pun berdengung.

Setelah mengalami kepala kliyengan sampai terasa seperti melayang, aku mengeluarkan air yang ada di dalam kepalaku, dan menjadi sedikit lebih sadar.

"Sial, ini pertama kalinya aku naik pesawat, malah mengalami kecelakaan udara ..."

Aku berbaring di pantai, mencoba beristirahat dan menghela nafas sejenak untuk mengumpulkan kekuatan kembali. Kemudian melihat sekilas pantai yang terdampar ini, aku merasa sedikit bersyukur. Untung saja aku dihempaskan ke pantai oleh ombak, jika tidak, aku pasti sudah menjadi santapan hiu.

Setelah mengumpulkan sedikit kekuatan, aku memungut sebuah tongkat kayu di pantai dan mulai mencari korban selamat lainnya di sekitar pantai.

Dan secara tidak terduga, aku benar-benar menemukannya.

Sepuluh meter di depan.

Seorang wanita cantik mengenakan sutra hitam tergeletak di pinggir pantai. Seluruh tubuhnya basah, rambutnya ditutupi rumput laut, bahkan stokingnya pun robek dan terlihat ada noda darah.

Aku bergegas mendekati dan dengan penuh harapan membalikkan wanita cantik tersebut.

Di pulau terpencil ini, setidaknya jika berdua, mereka masih bisa mengobrol, bermain game dikala bosan, dan berolahraga atau melakukan hal lainnya.

Jika hanya sendirian, sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

"Nona! Nona, bangun." Aku memukul pelan wajah cantik itu dengan tanganku, dan mendengarkan detak jantung di dadanya.

(Suara denyut jantung)

“Masih ada detak jantung!” Aku merasa bahagia, lalu mengubah posisi tubuh wanita cantik ini menjadi terlentang. Setelah itu, aku meletakkan tanganku di dadanya, dan bersiap untuk memberinya nafas buatan.

Aku meletakkan kedua tangan di atas dada wanita cantik itu. Jujur saja, dia memiliki postur badan yang sangat bagus, bagi aku seorang pria normal, sangat wajar jika memiliki pemikiran lain, apalagi disini sama sekali tidak ada orang, membuatku tidak dapat menahan untuk tidak menyentuh *********** yang ranum itu.

Rasanya benar-benar mantap.

Pada saat ini, aku juga melihat jelas siapa nona ini sebenarnya.

Seketika aku terkejut.

Ternyata dia adalah artis yang sangat terkenal, Patricia Kalliste.

Artis ini terbaring di depan aku, dan aku bebas menyentuhnya dengan sepuasnya, membuat hatiku bersemangat.

Biasanya, artis seterkenal ini pasti tidak akan melirikku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, menundukkan kepalaku, dan memberinya nafas buatan.

Aku menggunakan lidah untuk membuka mulutnya, dan tercium aroma air laut.

Mulutnya penuh dengan air laut, aku hanya bisa menyedot air dari mulutnya agar bisa keluar.

Tiba-tiba, terdengar suara loncatan, aku tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang licin melilit lidahku…

Aku merasa terkejut, dan ketika aku melihatnya, ternyata itu adalah ikan kecil.

Sedikit kecewa.

Aku membalikkan tubuh Patricia, menepuk belakang punggungnya dengan kuat, dan pada waktu yang bersamaan memberinya nafas buatan.

Sama sekali tidak ada reaksi.

Aku mulai bengong, mungkinkah dia……

Tiba-tiba, terdengar suara batuk hebat.

Patricia tiba-tiba membuka mulutnya dan menyemprot wajahku dengan air laut.

"Mesum!"

Pakk!

Sebuah tamparan mendarat di wajahku.

Dada Patricia naik turun terengah-engah, menatapku dengan kesal, "Dasar bajingan! Apa yang mau kau lakukan!"

Aku menutupi wajah sambil berkata: "Tolong ya, aku ini sedang menyelamatkan kamu, jika bukan aku yang menyelamatkan kamu, kamu pasti sudah mati."

“Omong kosong, kamu...menyentuhku!” Patricia segera bangkit, tapi dia malah berteriak “aduh” dan kehilangan keseimbangan, lalu terjatuh ke tanah.

"Kakiku..." Patricia merasa kakinya sakit, terlihat darah menetes dari pahanya, ada luka sayatan beberapa sentimeter.

“Lukanya terinveksi oleh air laut, kamu harus diamputasi.” Kata-kataku membuat ekspresi wajah Patricia memucat.

“Bukan urusanmu!” Patricia masih sangat waspada terhadapku, dia menghindari aku karena merasa aku mesum.

Ada rasa jijik terpancar dari matanya.

“Kalau begitu lupakan lah, kita pergi masing-masing saja, dan banyaklah berdoa.” Aku bangun dan tertawa, lalu berbalik badan dan pergi.

"Kamu mau pergi kemana!"

“Bajingan, kamu membiarkan aku begitu saja di sini! Kamu laki-laki atau bukan sih!” teriak Patricia dari belakang.

Hati aku merasa puas, bagaimanapun, bukankah artis terkenal ini tetap harus bergantung pada aku? Lagi pula, tidak ada orang lain di sini, ingin bersikap seperti apa kepadanya bukankah harus melihat situasi hati aku senang atau tidak?

“Kalau begitu kemarilah dan aku akan bantu mengobatimu.” Aku meliriknya.

Patricia mengangguk, namun masih sangat waspada terhadapku.

Aku menatapnya: "Duduklah di atas batu dan aku akan membersihkan lukamu."

“Oh.” Patricia mencari sebuah batu dan duduk.

"Angkat roknya," kataku.

————————

Hi guys! Makasih banget ya sudah mampir di novel terbaruku ini. Novel ini hanya update di NovelToon dan masih on going, kalian bisa baca gratis di sini. Aku akan update 1 bab setiap hari, jangan lupa komen ya. Oh iya, makasih juga atas dukungannya! Tetap ikuti kisahnya smapai tamat ya! Thank you~