NovelToon NovelToon

Mengejar Cewek Cuek Dan Dingin

cewek bernama salju

Namanya Natasya Olivia elvara Tapi di sekolah, semua orang manggil dia “Si Salju”.
Bukan karena rambutnya putih atau kulitnya super pucat. Tapi karena sikapnya... dingin. Nggak pernah senyum. Nggak pernah basa-basi. Dan yang paling nyebelin: dia selalu nolak semua cowok yang coba deketin dia. Termasuk kakak kelas, cowok-cowok ekskul basket, bahkan anak OSIS yang katanya paling keren sedunia. Semua... mental.
Tapi entah kenapa, aku malah penasaran
{Hari Pertama Masuk Sekolah}
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Aku—david Aditya Mahendra, murid baru pindahan dari Bandung—masuk ke SMA Bhakti Nusa tanpa banyak harapan. Targetku cuma satu: hidup tenang, nilai bagus, dan jangan bikin masalah.
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Tapi semua berubah waktu aku duduk di bangku paling belakang... dan melihat dia duduk sendirian dekat jendela.
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Rambutnya tidak di ikat, seragamnya rapi, dan matanya tajam kayak bisa nembus isi kepala orang. Cewek itu... Natasya
{Jam Istirahat – Di Kantin}
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
"Boleh duduk di sini?”
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
(Tanpa menoleh) “Bangkunya kosong, bukan berarti aku butuh teman duduk.”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
"Berarti kamu butuh teman ngobrol?”
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
"Salah. Aku butuh tenang.”
Pedas. Dingin. Tajam. Tapi aku malah senyum.
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Diem aja, tapi matanya cerewet banget,” gumamku pelan.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
Natasya melirik. “Apa?”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
“Nggak, nggak. Aku cuma heran... kamu kayak es batu. Tapi aku pengen tahu, bisa nggak ya bikin kamu meleleh.”
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
Dia mendengus pelan. “Teruskan. Nanti kamu masuk daftar cowok ke-37 yang gagal.”
Dan itulah awalnya.
Awal dari misi paling absurd dalam hidupku: Mengejar cewek yang bahkan dinginnya ngalahin es krim rasa mint di kulkas sekolah.

Bukan Sekadar Dingin

Sejak hari pertama duduk di sebelah Natasya, aku tahu satu hal: cewek itu bukan cuma dingin... tapi juga bikin penasaran.
Dia seperti teka-teki, dan aku orang bodoh yang terlalu semangat untuk nyelesaiin puzzle yang bahkan belum punya petunjuk.
{Di Kelas – Jam Kos}
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Aku melirik pelan ke sebelah. Natasya menunduk, menulis sesuatu di bukunya. Bukan catatan pelajaran, sepertinya… lebih mirip puisi. Atau mungkin... surat?
Dia cepat-cepat menutup bukunya saat sadar aku ngelirik.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
“Hobi liatin orang ya?”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
"Bukan liatin. Observasi.”
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
"Kalau mau tahu tentang aku, tanya aja. Tapi jangan heran kalau jawabannya gak sesuai ekspektasi.”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
“Jawaban nggak penting. Aku cuma pengen ngerti kamu.”
Dia terdiam. Tapi kali ini, nggak nyuruh aku pergi. Perlahan-lahan, pertahanannya mulai retak.
[Di Kantin – Bareng Teman-teman]
Rajendra Naufal  Atmaja
Rajendra Naufal Atmaja
dav, lo beneran mau deketin Natasya? Dia itu cewek aneh, bro. Nggak pernah ikut kegiatan sekolah. Nggak pernah dateng ke acara kelas.”
salsa  Priscilla  Abraham
salsa Priscilla Abraham
Ada gosip sih... Katanya dulu dia deket banget sama kakaknya. Terus kakaknya kecelakaan. Sejak itu dia berubah.”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
“Kakaknya? Siapa namanya?”
salsa  Priscilla  Abraham
salsa Priscilla Abraham
"Nathan. Mantan ketua OSIS angkatan dua tahun lalu.”
Jadi itu alasannya…
[Malam Hari – Chat Private]
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Hey. Aku cuma mau bilang... kamu kuat. Dan kamu nggak sendiri.
(Pesan terkirim... tapi tidak dibalas)
Esok paginya, aku datang lebih awal ke kelas.
Di atas mejaku, ada secarik kertas kecil:
> “Kalau kamu masih penasaran, jangan cuma nanya orang. Kadang... luka itu lebih jujur saat kamu lihat sendiri.”
Aku senyum pelan.
Cewek ini memang dingin. Tapi sekarang aku tahu, di balik saljunya… ada hati yang cuma butuh dipahami.
Dan aku... masih belum mau berhenti.

Jejak yang Tertinggal

Hari Sabtu. Sekolah libur. Tapi aku malah berdiri di depan gedung tua yang tak jauh dari sekolah—lapangan basket yang katanya dulu jadi tempat favorit Nathan, kakak Natasya.
Informasi itu kudapat dari Nauval—dan sedikit stalking akun Instagram alumni.
Tempat ini sepi sekarang. Rumput mulai tumbuh liar di pinggir lapangan. Tapi di tengah lapangan yang retak-retak itu... masih tergantung ring basket yang terlihat usang.
Dan di sana—aku melihat sosok yang sudah familiar
Natasya. Duduk sendiri di bangku panjang, mengenakan hoodie abu-abu dan celana training. Wajahnya menatap kosong ke arah lapangan, seolah menunggu sesuatu... atau seseorang.
Aku ragu untuk mendekat. Tapi kemudian dia menoleh.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
"Ngapain ngikutin aku?”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
Nggak ngikutin. Cuma... penasaran. Tempat ini penting buat kamu, ya?”
Dia menatap lapangan itu lagi. Kali ini matanya gak setajam biasanya.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
“Dulu, tiap sore aku ke sini. Duduk di bangku ini. Nungguin kakakku latihan. Kadang dia ngajarin aku main, meskipun aku jelek banget main basket.” (senyum tipis)
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
“Terakhir kali dia main di sini... itu juga terakhir kalinya aku lihat dia tersenyum.”
Aku diam. Hanya mendengarkan. Untuk pertama kalinya, Natasya bicara... bukan untuk membentak, tapi untuk membuka sedikit luka di balik dinginnya.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
“Orang-orang pikir aku cuek. Tapi mereka gak tahu... aku cuma gak mau kehilangan lagi.”
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
“Jadi kamu mendingan menyendiri? Biar gak deket sama siapa-siapa?”
Dia mengangguk pelan.
Natasya Olivia derandra
Natasya Olivia derandra
"Kalau gak dekat, gak akan sakit pas ditinggal.”
Aku mendekat. Duduk di sebelahnya.
David Aditya Mahendra
David Aditya Mahendra
“Berarti aku harus duduk di sini setiap hari... sampai kamu sadar, gak semua orang yang datang... pasti akan pergi.”
Dia tak menjawab. Tapi kali ini, matanya sedikit basah.
Dan aku tahu… ini awalnya. Bukan dari sebuah gombalan, bukan dari hadiah, bukan dari rayuan. Tapi dari keberanian buat hadir… dalam diamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!