7 Dream
Perkenalan
Apakah kalian pernah berpikir bagaimana rasanya punya tujuh anak laki-laki yang super aktif dan memiliki kepribadian yang sangat beragam? Kalau seandainya kalian benar-benar dapat kesempatan untuk merawat mereka, apa yang akan kalian lakukan? Bisakah kalian merawat mereka dengan tulus dan penuh kasih sayang, meskipun mereka lebih sering membuatmu merasakan pening yang tak tertahankan? Atau, kalian akan menjual mereka kepada pengepul barang bekas untuk ditukarkan dengan semangkuk ramyeon seafood super pedas?
Well, kalau kalian masih bingung dengan jawabannya, mungkin apa yang akan aku ceritakan kali ini bisa membantu kalian untuk membuat keputusan terbaik.
Sebelumnya, biarkan aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Ellena Lee, umurku 25 tahun, baru saja menyelesaikan kuliah dan sekarang sedang disibukkan dengan kegiatan baru; mengasuh tujuh anak laki-laki yang hiperaktif dan berisik.
Aku sudah memulai kegiatan ini sejak enam bulan yang lalu; terimakasih kepada kakak perempuanku yang merekomendasikan pekerjaan ini kepadaku, kuharap hidupnya baik-baik saja setelah ini.
Kalau kalian penasaran, aku ini kerja apa, sih? Kenapa aku bilang pekerjaanku adalah mengasuh tujuh anak manusia yang berisik?
Well, aku bekerja sebagai manager dari salah satu boygrup asuhan SM Entertainment, NCT Dream.
Baiklah, sebelum kalian mulai mengikuti kisahku, mari kuperkenalkan kalian terlebih dulu dengan tujuh anak laki-lakiku
Yang pertama adalah Mark Lee. Dia yang tertua dan kebetulan juga menjadi leader untuk 6 anak yang lain.
Di antara mereka bertujuh, Mark Lee mungkin yang paling sabar. Setiap enam adiknya berulah, Mark hanya akan menanggapinya dengan senyuman. Aku hampir tidak pernah melihatnya marah-marah.
Yang ke-dua adalah Hwang Renjun. Si paling tua nomor dua yang kesabarannya setipis tisu wajah.
Berbanding terbalik dengan wajahnya yang polos dan imut, Renjun suka sekali marah-marah.
Dan walaupun badannya kecil, tenaganya sama sekali tidak bisa diremehkan.
Yang ke-tiga, Lee Jeno. Si Samoyed yang selalu tersenyum dalam berbagai situasi.
Walau begitu, sedikit informasi, Jeno suka sekali ngambek. Persis seperti bayi.
Selain itu, Jeno juga sering menggunakan ototnya ketika kalah dalam adu mulut bersama anggota lain. Pokoknya, kalau bertemu dengannya, wajib jaga jarak aman kalau tidak mau lenganmu patah.
Yang ke-empat, si anak tengah, si berisik yang banyak tingkah, Lee Haechan.
Mood maker yang selalu bisa memeriahkan suasana.
Dia mendapatkan julukan fullsun. Tahu kenapa?
Karena setiap ada dia, suasana akan selalu cerah.
Yang ke-lima, si anak tunggal kaya raya, Na Jaemin.
Non-fans melihatnya sebagai pria cool yang tidak banyak tingkah.
Tapi di mata fans, Jaemin adalah member yang tingkahnya paling tidak bisa ditebak.
Kalau sedang dalam mode baterai full, keaktifan seorang Na Jaemin bisa melebihi Lee Haechan yang notabene adalah member paling pecicilan.
Yang ke-enam, Tuan Muda Zhong Chenle.
Si polusi suara yang hobi berteriak hingga membuat telinga orang-orang di sekitar menjadi pengang.
Yang ke-tujuh, yang terakhir, si bontor Park Jisung.
Hobinya agak aneh, yaitu mengobrol dengan pohon.
Meskipun demikian, aku tetap menyayanginya karena dia banyak membantuku mengendalikan situasi.
Iya, walaupun dia yang termuda, tapi menurutku Jisung termasuk yang paling dewasa ketimbang kakak-kakaknya.
Ini hanya perkenalan singkat. Jika kalian ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan sehari-hari mereka, dan bagaimana caraku mengatasi keributan yang mereka timbulkan, silahkan terus ke chapter selanjutnya.
Keributan di Ruang Latihan
Hari ini, jadwalnya anak-anakku latihan dance untuk album baru yang akan rilis bulan depan.
Seperti biasa, jika ada waktu luang, aku akan berada di dalam ruang latihan, mengawasi jalannya latihan agar tidak berubah menjadi ajang main-main.
Tidak usah kaget. Itu adalah suara yang sudah biasa aku dengar.
Ellena Lee
(Menoleh)
Oh, rupanya Hwang Renjun
Dia sedang berkelahi dengan Lee Haechan. Entah apa lagi yang mereka ributkan kali ini.
Hwang Renjun
Sudah kubilang, jangan usil!
(Memukul bahu Haechan berkali-kali)
Lee Haechan
(Melindungi kepalanya)
Ampun, aku janji tidak akan usil lagi!
Hwang Renjun
Janjimu tidak bisa dipercaya!
Hwang Renjun
Nah, rasakan ini!
(Memukul bahu Haechan keras-keras)
Lee Haechan
Noona, tolong aku
(menoleh pada Ellena, memelas minta bantuan)
Ellena Lee
(Memutar bola mata jengah)
Berhenti bermain-main anak-anak, waktunya latihan
Hwang Renjun
Yes, Mom!
(masih memukuli Haechan)
Lee Haechan
Mom, Renjun terus memukulku!
Ellena Lee
Renjun, berhenti memukul Haechan
Ellena Lee
Segera kembali ke posisi kalian yang semula sebelum Jun Oppa kembali
Hwang Renjun
Iya, iya.
(mengalah, melepaskan Haechan dari cengkeraman)
Lee Haechan
(memelas ke arah Ellena)
Ellena Lee
Sana kembali ke tempatmu
Ellena Lee
Sebelum ada yang berteriak dan menyeretmu pergi
seseorang
Lee Haechan, cepat kesini!
Suara ribut yang lain. Tidak usah terlalu heran, karena pada dasarnya mereka bertujuh memang suka berteriak.
Hanya frekuensi-nya saja yang berbeda-beda.
Setelah kuperiksa, ternyata itu suara Lee Jeno.
Lelaki itu sedang melambaikan tangan kepada Haechan sambil mengeluarkan tatapan mematikan plus memamerkan otot-otot besarnya guna mengintimidasi lawan.
Lee Haechan
(Berjalan lesu menghampiri Jeno)
Kau tidak harus berteriak
Lee Haechan
(Berdecak sebal)
Semua orang tahu, tidak ada di antara kita yang lebih lelet daripada Na Jaeman
Na Jaemin
Jangan bawa-bawa aku!
Na Jaemin
Lagipula, namaku Na Jaemin, bukan Na Jaeman!
Lee Haechan
(Tidak peduli)
Lee Jun
(Muncul dari balik pintu)
Bisa kita mulai lagi latihannya?
Kemudian, mereka kembali berlatih.
Aku kembali ke tempat dudukku, mengawasi mereka dengan teliti.
Lee Jun
Jaemin, perhatikan langkahmu
(memperingatkan Jaemin yang melewatkan tempo)
Na Jaemin
Ne
(Berusaha memperbaiki tempo)
Zhong Chenle
Jisung-ah, kau menginjak kakiku!
(Berteriak dengan suara lumba-lumba)
Park Jisung
Oh, maaf
(Menoleh sebentar pada Chenle kemudian kembali bergerak)
Lee Jun
Satu kali lagi dan kita akan sudahi sesi latihan untuk hari ini
Mereka menurut dan latihan dengan fokus.
Sembari menunggu mereka selesai latihan, aku menilik tab di tangan untuk memeriksa jadwal mereka selanjutnya.
Hari ini jadwal mereka tidak terlalu padat. Masih ada waktu bebebrapa jam sebelum menuju jadwal selanjutnya setelah latihan ini selesai.
Lalu aku mendongak ketika mendengar suara Jun Oppa kembali mengudara.
Rupanya, mereka sudah selesai latihan.
Lee Jun
Kerja bagus anak-anak!
Lee Jun
Besok kita bertemu lagi jam sembilan, oke?
Jun Oppa pergi meninggalkan ruangan.
Setelah hening sesaat, Mark berjalan menghampiriku dengan peluh yang menetes membasahi seluruh wajah dan tubuhnya.
Mark Lee
(Duduk di sebelah Elle)
Noona tidak ada pekerjaan lain?
Mark Lee
Tumben sekali mau menemani kami latihan?
Ellena Lee
Pekerjaanku banyak, dan aku tidak mau kalian menambahnya
Mark Lee
(Mengerutkan kening, bingung)
Ellena Lee
Kali terakhir kalian latihan tanpa aku, Jun Oppa mengeluh padaku bahwa kalian sama sekali tidak mendengarkan perkataannya
Ellena Lee
Kalian sibuk bermain
Lee Haechan
(Menggeser posisi Mark, duduk di sebelah Elle)
Itu salah Mark Hyung
Lee Haechan
Dia tidak berhenti tertawa bahkan untuk sesuatu yang tidak lucu
Hwang Renjun
Kau juga berisik
Hwang Renjun
Terus bermain dan menjahili semua orang!
Lee Jeno
Satu-satunya yang diam waktu itu mungkin cuma Jaemin
Lee Haechan
Jun Hyung itu kadang-kadang suka berlebihan
Lee Haechan
Kami cuma main-main sebentar, kok
Lee Haechan
Setelah itu kami serius berlatih
Lee Haechan
Noona lihat sendiri, kan tadi?
Lee Haechan
Kami serius sekali berlatih
Ellena Lee
Berlebih atau tidak, kalian tetap harus mendengarkan apa yang Jun Oppa katakan
Ellena Lee
Bagaimana kalau dia merajuk dan tidak mau melatih kalian lagi?
Lee Haechan
Itu tidak akan terjadi
Lee Haechan
Jun Hyung butuh uang untuk membayar tagihan listrik
(Sambil cekikikan)
Mark Lee
(Terkekeh)
Agak kurang ajar, tapi itu benar
Aku menghela napas panjang. Tidak menyahuti perkataan mereka karena aku terlalu malas untuk berdebat.
Lalu, di tengah keheningan, tiba-tiba saja...
Gara-gara Kimchi Jiggae
Ellena Lee
Ada apa?
(Panik)
Rupanya itu suara Jisung. Jelas aku heran karena anak itu sama sekali tidak pernah berteriak.
Park Jisung
Oh, tidak apa-apa
Park Jisung
Kami, aku dan Chenle, baru saja main batu-gunting-kertas
Park Jisung
Yang kalah harus berteriak sekeras mungkin
Park Jisung
Dan aku kalah
(Sambil nyengir kuda)
Aku menghela napas. Lagi. Kuralat pernyataanku yang sebelumnya tentang Park Jisung. Aku lupa kalau dia juga bisa jadi begitu menyebalkan.
Lee Haechan
Noona, aku lapar
(merengek, menggoyangkan lengan Elle)
Aku menatap Haechan sebentar, kemudian beralih menatap member yang lain dan sekali lagi harus menghela napas; mereka semua menatapku dengan tatapan memelas persis seperti yang Haechan lakukan. Bahkan Jisung dan Chenle yang tadi masih sibuk bermain batu-gunting-kertas dengan hukuman yang aneh pun entah bagaimana sudah ikut bergabung dengan Jaemin dan Jeno; duduk di lantai.
Lee Haechan
Kimchi jiggae!
(bersemangat)
Hwang Renjun
Ayo makan yang lain
Zhong Chenle
Kita sudah tiga hari berturut-turut makan kimchi jiggae
Zhong Chenle
Jangan sampai kita phobia kimchi jiggae nantinya
Lee Haechan
Aku ingin makan kimchi jiggae
(merengek lagi pada Elle)
Hwang Renjun
Jangan terus meracuni kami dengan kimchi jiggae favoritmu itu!
Lee Haechan
Kimchi jiggae enak!
Lee Haechan
Apa maksudmu meracuni?!
Lee Haechan
Jangan sembarangan kalau bicara!
Mark Lee
Apapun itu, tidak peduli seenak apapun, kalau dimakannya berlebihan ya lama-lama akan bosan
Lee Haechan
Hyung~
(menampakkan muka melas)
Lee Haechan
Aku ingin makan kimchi jiggae
Lee Haechan
Sekaliiii saja
Lee Haechan
Besok baru kita makan yang lain
Lee Haechan
Ayolah, Jun...
Hwang Renjun
Kubilang tidak!
Lee Haechan
Aku ingin makan kimchi jiggae!
Lee Haechan
Pokoknya mau kimchi jiggae!
Lee Haechan
Aku tidak akan makan kalau menunya bukan kimchi jiggae!
Zhong Chenle
Hyung, jangan egois!
Zhong Chenle
Kami juga mau makan yang lain!
Lee Haechan
Aku mau makan kimchi jiggae, titik!
Hwang Renjun
Kalau begitu, kau saja yang makan!
Ya Tuhan, bahkan soal menu makanan pun bisa membuat mereka ribut dan menimbulkan kebisingan.
Aku memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam untuk mengusir suara berisik yang berasal dari banyak mulut yang lama-lama terdengar seperti dengungan sekelompok lebah itu.
Aku tidak boleh ikut-ikutan emosi.
Sebagai manajer, bukankah sudah tugasku untuk menjadi penengah saat keributan semacam ini terjadi?
Tapi aku tidak tahan lagi.
Upsiee, aku berteriak kepada mereka.
Seketika hening. Benar-benar hening. Mereka menatapku serempak dan aku membalas tatapan mereka satu persatu. Sejenak aku pikir bahwa aku telah berhasil mengendalikan keadaan; walau dengan cara yang tidak aku sukai. Aku paling tidak suka berteriak.
Saat aku menggunakan waktuku untuk menarik napas sebelum mulai berbicara, mereka sudah lebih dulu memulai start untuk kembali memulai keributan; bahkan kali ini lebih berisik daripada yang sebelumnya.
Lee Haechan
POKOKNYA MAU KIMCHI JIGGAE!
Lee Haechan
KALAU KALIAN TIDAK MAU, AKU AKAN MERAJUK!
Lee Haechan
TUJUH HARI TUJUH MALAM!
Hwang Renjun
SILAHKAN SAJA!
Hwang Renjun
TIDAK ADA YANG PEDULI!
Zhong Chenle
JISUNG, KAU MENDUDUKI KAKIKU!
Hwang Renjun
KITA SEDANG MEMBAHAS TENTANG MENU MAKANAN!
Hwang Renjun
INI ANTARA HIDUP DAN MATI
Park Jisung
Bukankah agak berlebihan?
(berbisik pada Chenle)
Zhong Chenle
Orang-orang ini memang suka sekali keributan
(balik berbisik)
Na Jaemin
Siapa yang tadi teriaknnya melengking sekali?
Zhong Chenle
Itu bukan aku
Zhong Chenle
Mungkin hanya mirip
Hwang Renjun
KEMBALI KE SINI!
Lee Haechan
(pergi meninggalkan ruang latihan)
Ellena Lee
(menghela napas)
Bahkan soal menentukan menu makanan saja mereka harus ribut
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!