NovelToon NovelToon
PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Playboy / Basket / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: cipaaiinee

Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.

Ketua apanya coba, tengil gitu.


"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Seminggu berlalu sejak kejadian Syanza terkena pukulan Pangeran.

Hari ini jadwalnya kelas Syanza olahraga. Namun, tanpa disangka kelas sebelah pun ikut olahraga, katanya karena kemarin libur jadi dipindahkan. Seharusnya mereka belajar bahasa Indonesia, tetapi gurunya tengah melaksanakan umrah.

"Baik anak-anak. Hari ini kalian bermain bola basket, untuk IPS 1 karena tertinggal, kaliam ikut gabung juga bersama IPS 2."

Lontaran sang guru bergender lelaki itu di dengar malas oleh sebagian siswa. Siapa lagi kalau bukan federasi Savero. Bukan karena gurunya, lebih tepat pada materi dan praktik yang akan dilakukan. Setiap hari mereka bermain basket, dan sekarang malah dari dasarnya lagi?

"Bosen anjeng!" gerutu Pangeran. "Pak."

Guru itu melirik pada Pangeran. "Kenapa Pangeran?"

"Bisa langsung skip aja gak, Pak? Jangan basket, yang lebih menantang, kayak jungkir balik 10 kali gitu, atau enggak jalan jongkok keliling lapangan," ujar Pangeran mendapat tatapan horor dari siswi di sana.

Enak saja jungkir balik, itu kelemahan sebagian wanita dalam olahraga. Bukannya jungkir balik, cewek tuh biasanya jungkir samping.

Dan apa tadi? Jalan jongkok? Gila saja. Dijamin besok banyak yang izin karena sakit di bagian paha dan betisnya.

"Kelas sepuluh-"

"Ya lu aja sendiri. Kalau bosen jangan lakuin, gak usah sok ngatur," sahut Syanza saking kesalnya memotong ucapan Pak Roni.

Pangeran memiringkan kepalanya melihat Syanza yang terhalang oleh teman sekelasnya yang lebih tinggi dari gadis itu. Senyuman manis Pangeran terbitkan di bibirnya, lucu sekali Syanza menggerutu tanpa menampakkan dirinya.

Para kaun hawa yang melihat dibuat histeris oleh senyuman itu. Madu pun kalah manis, pikir mereka.

"Apa sih sayang? Kalau ngomong tuh jangan ngumpet dong," goda Pangeran.

Syanza menoleh dan mendapati Pangeran yang tengah menaik turunkan alisnya.

"Jijik. Dikira lo cakep gitu," cibir Syanza.

"CAKEP BANGET!" Pekikan siswi lain membuat Syanza berdecak sebal.

"Tuh mereka aja bilang gue cakep. Lo kali matanya kehalang tai gajah," ucap Pangeran tergelak.

"Bangsat lo, Pangeran!" Syanza memulai aksinya mengejar Pangeran.

Sang kekasih menjalankan reaksinya juga, yaitu kabur menghindari amukan gadis kesayangannya.

Pak Roni menepuk jidatnya, pusing. "Bu Resti, cepatlah kau pulang," ucapnya. Hampir semua guru tahu jika Pangeran dan Syanza seperti tom and jerry. Bagaimana tidak? Setiap hari ada saja gebrakan saling kejar mengejar mengelilingi luasnya sekolah.

"Arjuna," panggil Pak Roni.

"Hadir, Pak," jawab Arjuna mengangkat tinggi tangannya.

"Pimpin pemanasan."

"Dilaksanakan," balas Arjuna.

"Dan kalian yang sudah biasa main basket, ajarin anak-anak cewek yang belum bisa." Perintah itu dituju pada Cakra, Zergan, dan Jarrel. Ada kapten club basket, malah lagi main kejar-kejaran.

"Baik Bapak," jawab Jarrel hormat.

"Yuhuu basket basket," seru Cakra memainkan bola basket itu.

"Ayo ciwi-ciwi jangan malas jangan mager, gerakan tubuh kalian. Jangan cuma tangan aja yang gerak sibuk dandan, badan kalian juga harus gerak dong," sorai Arjuna memulai gerakan pemanasannya.

Pak Roni geleng-geleng melihat keabsurd-an kawanan Pangeran itu.

Di sisi lain, Syanza memegang lututnya karena pegal. Mau dikejar sekencang apa pun, dirinya kalah jika harus menangkap Pangeran.

"Kejar lagi dong, sayang," ejek Pangeran yang menunggu di ujung koridor.

Napas Syanza memburu, antara lelah berlari dan menahan kekesalannya.

"Ck. Tau ah, buang-buang waktu," sebalnya berbalik badan memilih kembali ke temannya yang lain.

Tangan Pangeran yang tengah bertengger di pinggang itu merosot. "Eh? Kok nyerah?" Seru Pangeran menyusul Syanza.

Tidak butuh waktu lama untuk mengejar Syanza. Pangeran menyenggol-nyenggol tubuh wanita itu.

"Pangeran!"

"Yes, I am."

"Jauh jauh sana!"

"Gak mau. Buat apa jauh jauh, orang lo depan mata gue."

"Hihh!"

Lepas sudah tawa Pangeran yang renyah. Membuat Syanza kesal dan mencak-mencak gak jelas adalah kebahagiaannya tersendiri. Kapan lagi coba punya pacar yang bisa diginiin terus.

Sesampainya mereka berdua di lapangan indoor itu, disuguhi tatapan aneh dari yang lain.

"Kenapa lo pada?" Tanya Pangeran.

"Hayo tinggal berdua, yang lain udah berpasangan," ujar Jarrel menatap puas keduanya.

"Hah?! Pasangan gimana?" Syanza melihat sekeliling, dan benar mereka sudah berpasangan dengan teman-temannya. Jadi, sekarang tinggal dirinya yang belum? Eh Pangeran juga.

"Yaudah. Gue emang mau sama pacar nakal gue ini," lontar Pangeran merangkul Syanza dan mencubit pipi tembem itu.

"Sakit, sialan."

"Tuh lihat. Garang betullll!"

Mereka yang menyaksikan pasangan bin aneh itu tertawa lepas. Mereka juga berpikir jika Syanza dan Pangeran sangat cocok. Cocok untuk ditertawakan setiap Pangeran membuat Syanza marah-marah.

"Pemanasan dulu, bos," ujar Arjuna.

"Udah."

"Kapan?"

"Lo gak lihat gue udah keringetan gini dikejar kucing garong," jawab Pangeran menunjukkan pelipisnya yang basah.

Syanza merasa teesinggung dengan sebutan kucing garong yang mengarah padanya. "Barusan lo bilang apa?"

Jarrel dan Cakra menahan tawanya yang hampir bersuara.

Pangeran menunduk dan disuguhi tatapan nyalang dari kekasihnya. "Apa? Gue bilang apa?"

"Jawab yang bener. Bilang apa tadi hah coba ulang lagi," sergah Syanza menyerang Pangeran dengan pukulannya.

"Aduh, sakit elah." Pangeran mencekal kedua lengan Syanza.

"Disuruhnya main basket, bukan ajang adu jatos," celetuk Zergan.

Ghea yang diam-diam mencuri pandang Zergan pun mengalihkan pandangannya. Ghea kira Zergan tidak akan melerai perdebatan Pangeran dan Syanza.

"Ah lu mah ganggu. Lagi mesra gini," sahut Pangeran masih setia memegang pergelangan tangan Syanza.

"Lepas!" Syanza menatap sengit Pangeran.

Zergan membuang napas jengah. Matanya tak sengaja memergoki gadis yang tengah memerhatikannya.

Ghea tersadar. Untuk mengalihkan jika dirinya tertangkap basah, bola basket yang berada di tangannya ia lemparkan pada Syanza. "Sya, tangkap!"

Untungnya Syanza bergerak cepat dan menangkap sempurna bola itu.

"Bagian lo yang belum," imbuh Ghea berusaha tak acuh pada Zergan yang sedang menatapnya.

Syanza mengangguk. Baru akan mencoba memasukkan bola itu ke dalam ring, ada saja gangguan gila yang dilakukan Pangeran padanya.

Lelaki itu mencuri bola basket yang berada di tangan Syanza. Kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Siniin gak?" Syanza berusaha mengambil bola itu.

Pangeran mennyunggingkan senyumnya tipis, dan semakin meninggikan bola yang dipegangnya.

"Pangeran ih!"

"Astaga. Sehari aja gak jahilin temen gue, tipes kayaknya si Pangeran," ucap Ghea datar. Kadang ada rasa iri dalam hatinya. Kapan dirinya mempunyai masa indah di sekolah menengah atasnya ini.

"Kasihan, bos. Dia terlalu unyil buat lo gituin," seru Jarrel.

Tidak ada pilihan lain Syanza melompat ke tubuh Pangeran, dan disambut oleh lelaki itu. Posisi seperti gendongan koala.

"SIALAN LO BERDUA!" Pekik Arjuna merasa panas.

"Omo omo! Sya, lo ngapain?" Histeris Ghea akan posisi temannya.

Tak

Ghea menoleh mendapati Zergan yang menjatuhkan pulpen. Kok pegang pulpen? Yes, karena Pak Roni yang meminta Zergan untuk menilai, sedangkan guru itu kebelet panggilan alam.

Merasa usahanya sia-sia, Syanza turun dan mundur. Tapi, perkataan Pangeran membuatnya terkejut.

"Come on, babe."

Pangeran mengambil ancang-ancang. Kemudian berlari mendekati Syanza, tangan kanannya memegang bola basket dan tangan kirinya  melingkar dipunggung Syanza. Tubuh mungil itu terangkat sempurna.

Merasakan tubuhnya melayang, Syanza refleks melingkarkan kedua tangannya pada leher Pangeran.

Seraya mengangkat tubuh gadis itu, Pangeran mulai melempar bola pada ring basket, dan bola berhasil melewati ring itu.

Mereka yang menyaksikan dibuat terperangah. Dan teriakan histeris bergema di ruangan itu.

"KYAKKKK!"

"ASTAGAA PANGERAN."

"SYA, TUBUH LO ENTENG AMAT KAYAKNYA!"

"MAMAH MAUUU!"

Mereka berdua mendaratkan kakinya. Pangeran menahan tubuh Syanza agar tidak terjatuh. Sedangkan Syanza terdiam dan mendengar denyut jantungnya berdisko.

Pupil mata Pangeran menatapnya dalam dan sulit diterjamahkan.

Syanza mencoba melepaskan diri tapi Pangeran semakin mengeratkan tangannya yang melingkar di punggungnya.

Wanita itu menatap nyalang Pangeran. Tetapi itu tidak ngaruh sedikit pun. Malahan Pangeran menggigit bibir bawahnya melihat bibir Syanza dan mengerucut kesal.

"Give me a kiss, hm?"

Pangeran mengikis jarak wajahnya dengan Syanza.

Teriakan histeris kembali berseru. Banyak dari mereka menutup mata dengan tangannya, walaupun mengintip di sela-sela jarinya. Percuma sekali, ya ampun.

Syanza memejamkan kedua matanya saat dirasa hembusan napas Pangeran menerpa kulit hidungnya.

Dirasa tidak ada apa-apa. Syanza memberanikan diri mengintip. Dan mendapati Pangeran yang menahan tawanya.

"Berharap banget gue kiss?"

Malu. Jelas malu banget.

Dengan amarah yang membuncah, Syanza menjedotkan dahinya dengan dahi Pangeran.

Dug

"Bangsat!"

Akhirnya Syanza terlepas dari dekapan Pangeran. Masa bodoh dengan memar di dahinya, Syanza beranjak pergi dari sana dengan keadaan marah. Benar-benar marah, bahkan untuk membujuknya nanti Pangeran harus ekstra.

Kawanan Pangeran berlari menghampiri ketuanya.

"Bos bos! Amnesia gak? Inget gue siapa gak?" Tanya Jarrel panik.

"Kagak, nyet," balas Pangeran mengusap dahinya.

"Pening gak, Bos?" Tanya Arjuna.

"Jelaslah bego. Lo gak denger suara benturannya?"

Arjuna mendengus. "Nanya doang."

"Pertanyaan yang gak wajib lo tanyakan," sewot Pangeran.

"Lo berdua bisa diem gak anjing!" Zergan sudah capek. Sang ketua sebenarnya siapa sih, kenapa tugasnya malah Zergan yang lakuin.

"Gak usah ngedumel dalam hati juga, Zer," celetuk Pangeran seolah tahu isi pikiran Zergan.

"Gak," balasnya cepat. Ketua beda level ternyata, Pangeran malah lebih bisa membaca pikiran anggotanya.

Cakra yang asik bermain basket pun, menghampiri mereka. Dari pada adu mulut terus lebih baik ia ajak saja untuk meneruskan olahraganya.

"Basket lagi gak, bos?"

"Gasss!"

1
Puji Lestari
bagus... ceritanya menarik
Puji Lestari
lanjut.... ceritanya bagus...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!