Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Titik terang
Tumpukan piring terlihat menumpuk di dapur. Marni buru-buru membawanya ke sumur. Dengan cekatan jari lentiknya bergerak membersihkan piring-piring tersebut satu persatu sambil bersenandung. Suara merdunya terdengar hingga ke luar rumah.
Surti tampak bergidik ngeri saat mendengar suara Marni.
"Ya Ampun kok bisa merinding gini ya," Surti meraba lehernya kembali
Iapun buru-buru berlari pergi hingga menabrak Amar.
"Maaf le, kamu gak papa kan?" tanya Surti
Amar segera bergegas masuk dan menuju ke dapur. Langkahnya terhenti saat melihat sang istri bersenandung. Ia berdiri di depan pintu dapur dan mengamati istrinya. Tiba-tiba Marni berhenti bernyanyi dan menghampirinya.
"Maaf, apa suaraku membuat mu terganggu?" tanya Marni yang disambut gelengan kepala Amar
Pria itu kemudian mengajaknya untuk makan bersama. Dengan cekatan Marni segera mengambil nasi dan menuangkannya ke piring Amar.
Wanita itu tak berhenti tersenyum di meja makan. Selesai makan Amar mengajaknya untuk sholat dhuhur berjamaah di rumah.
Hati Marni benar-benar berbunga-bunga saat sang suami mengajaknya sholat bersama. Ia tak berhenti tersenyum, ia merasa jika dirinya adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.
Bagaimana tidak, ia memiliki suami yang tampan dan sangat mencintainya serta mertua yang baik hati.
Selesai sholat Amar sengaja melanjutkannya dengan membaca Alquran. Marni memilih menjadi pendengar saja. Wanita itu mendengarkan dengan seksama suara merdu Amar yang membuatnya merasa mengantuk.
"Kalau kamu ngantuk, tidur saja. Jangan dipaksakan," tandas Amar
Marni pun mengangguk, setelah mencium punggung tangannya ia kemudian merebahkan tubuhnya diatas ranjang diikuti oleh Amar yang berbaring di sampingnya sambil memeluknya dari belakang.
Tidak menunggu lama Marni pun terlelap. Amar pun melepaskan pelukannya dan mengusap lembut rambut panjang Marni.
Wajah cantik Marni begitu menggoda saat ia tengah tertidur. Bibir tipis merahnya mengatup sempurna membuat Amar begitu tergoda untuk melum*tnya.
Namun suara Paijo membuatnya mengurungkan niatnya.
"Ayo le," ajak Paijo
Amar pun segera bangun dan mengikuti sang ayah. Keduanya melangkah pergi menuju ke kediaman teman Paijo yang memiliki istri dengan tanda lahir seperti Marni.
Tiga puluh menit berkendara mereka pun tiba di sebuah rumah yang lumayan besar di desa sebelah.
Paijo segera mengetuk pintu rumah itu, dan seorang wanita paruh baya keluar dan mempersilakan mereka masuk.
Wanita itu kemudian mempersilakan keduanya duduk. Di temani sang suami, wanita itu mulai bercerita tentang tanda lahir yang dimilikinya. Hampir sama dengan Marni hanya saja warna toh di tubuh wanita itu sudah menghitam, sama seperti Kartini.
"Tiap orang memiliki tanda lahir yang berbeda bentuk dan letaknya, namun punya istri mu itu adalah yang paling berbahaya,"
*Glek!
Ludah Amar tersangkut di tenggorokan. Mendengar cerita wanita itu saja sudah menakutkan. Lalu bagaimana dengan milik istrinya yang di bilang paling ganas dan berbahaya?.
Wanita itu juga bercerita jika ketiga anaknya selalu berumur pendek, mereka meninggal secara misterius dengan ciri khas tubuh membiru. Awalnya mereka kejang-kejang tanpa sebab kemudian diakhiri dengan tubuh membiru setelah mereka meninggal.
Meskipun belum tahu apa penyebab kematian tiga suami Marni sebelumnya namun Amar mulai membanding-bandingkan wanita di depannya itu dengan istrinya Marni.
"Kamu beruntung karena tahu lebih awal, setidaknya kamu bisa mengambil langkah untuk mengobatinya," ucap suami wanita itu
Wanita itu kemudian mengambil sebuah kertas dan memberikannya kepada Amar.
"Heran ya le, di jaman modern seperti sekarang masih ada aja hal-hal mistis seperti ini," pungkas wanita itu
"Awalnya Saya juga tidak percaya. tapi setelah kejadian semalam mau tidak mau percaya atau tidak percaya aku harus mencari obat untuknya. Aku mau istriku sembuh, tidak bertingkah aneh lagi seperti semalam," sahut Amar
"Aneh gimana le?" tanya wanita itu sambil menurunkan kalender kertas yang menempel di dinding
"Kliwon masih lama lek tauhid Tuhannya hidup saat malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon," imbuhnya
"Memangnya kamu liat apa?" tanyanya lagi
"Istri saya seperti kesurupan, ia tiba-tiba nembang jawa yang terdengar aneh padahal ia itu orang kota dan tidak fasih dalam bahasa Jawa, kakinya juga pincang dan jalannya di seret," sahut Amar
"Jangan-jangan istrimu itu ngelmu," jawab wanita itu dengan mata melotot
"Ah gak mungkin lah Bi, Marni itu rajin sholat," sanggah Amar
"Emangnya kenapa kok istrimu itu tiba-tiba nembang?" tanya wanita itu lagi
" Waktu itu ada Banaspati Bi," ucao Semeru bergidik ngeri mengingat kejadian semalam
"Astaghfirullah!" seru wanita itu menutupi mulutnya
Wajahnya seketika berubah ketakutan mendengar cerita Amar.
"Le, ini bukan hanya perkara toh Brahma yang dimiliki istrimu, tapi ada banyak hal yang ia sembunyikan. sebaiknya kamu segera pulang dan tanyakan kepada istrimu tentang masa lalunya. Jika ia tidak mengaku maka tanya keluarganya atau tetangganya, atau siapapun yang menang istrimu dengan baik. Karena kunci untuk menyembuhkannya adalah dari masa lalunya,"
Keduanya kemudian mengakhiri pembicaraan mereka dan Amar pun berpamitan. Amar tidak mau menyiakan waktu.
Sekarang saatnya untuk mengorek informasi tentang keluarga Marni dari wanita itu.
"Le, jangan sampai lupa pesan bibi. sebelum kamu berhasil mengungkap masa lalu istrimu maka kamu akan kesulitan untuk melakukan tindakan selanjutnya," ujar wanita itu
"sementara sampai kamu belum berhasil, Jangan tidur sama istrimu di malam sasak dan Jumat Kliwon. kunci dia di kamar. Tapi jika kamu penasaran dan punya keberanian kamu bisa tidur di bawah kolong tempat tidurnya," imbuhnya.
Waktu pun mulai beranjak. malam sudah kembali datang menyelimuti belahan Bumi. Usai berwudhu Amar membaringkan tubuhnya di samping Marni yang sudah terlelap.
Ia mulai gelisah, ia takut kejadian semalam akan terulang. Amar pun bangkit dan menatap kalender yang tertempel di dinding kamarnya.
"Sabtu pahing, berarti selasa kliwon masih tiga hari lagi," jemarinya bergerak diikuti pupil matanya lalu berhenti di tanggal tiga puluh
Itu artinya toh itu akan hidup tiga hari lagi jika apa yang dikatakan wanita itu benar. meskipun mendengar ceritanya saja sudah membuatnya ketakutan, namun tekadnya sudah bulat untuk membuktikannya besok.
*Klotak, klotak!
Suara seperti malam sebelumnya terulang lagi. Kali ini dibarengi dengan suara pasir yang dituang.
. Amar segera menatap keatas, suaranya begitu rusuh terdengar seperti suara hujan. Ia takut kejadian semalam terulang lagi. Tangan Semeru gesit membuka laci mejanya.
Ia mengambil sebuah kertas pemberian Ustadz Gani. Suara di atap kamar masih terdengar. Mata Semeru kini berfokus pada ventilasi jendela kamarnya. Detik demi detik berlalu namun tak ada cahaya Banaspati di sana.
Ia berusaha mengabaikan suara di atap kamarnya dan berusaha tidur. Namun baru beberapa langkah ia harus menarik mundur langkahnya. Di depannya istri cantiknya tengah terlentang dengan mata melotot.