Surga Cinta Impian

Rumah baru yang dibeli Oliver untuk tempat tinggalnya berdua dengan sang istri berada tidak jauh dari kantor. Hal ini menjadi pertimbangan utamanya dalam memilih rumah.

Semua sudah tersedia di dalamnya. Perabotan keperluan rumah tangga juga sudah ditata dengan baik. Semua isi nya merupakan hadiah dari Om William, adik dari papanya Oliver yang memimpin perusahaan tempat Oliver bekerja saat ini.

Tasya bukan anak manja meskipun ia merupakan anak tunggal di keluarganya. Atas didikan ibunya, sebagai anak perempuan ia pun bisa mengerjakan beberapa tugas di rumah dengan cukup baik.

Meskipun soal memasak ia masih belum terlalu mahir. Tapi apa sih yang gak bisa dicontek di zaman sekarang? Begitu banyak resep dan tutorial memasak tersebar di jagat maya. Tinggal menyesuaikan dengan selera dan bahan makanan yang tersedia.

"Malam ini kamu mau makan apa?" Tasya mengajukan beberapa pilihan makan malam sesuai stok bahan yang ada di kulkas.

"Chicken katsu aja." Jawab Oliver singkat. Ia bergegas memasang kaos kaki dan sepatu karena sudah hampir terlambat bekerja.

"Ok sayang." Tasya melambaikan tangannya melepas kepergian Oliver yang berlalu dengan mobilnya keluar dari garasi.

Keseharian Tasya setelah pulang bulan madu masih berkutat dengan pekerjaan rumah tangga biasa. Sesekali ia ngobrol dengan trio sahabatnya di grup chat untuk mengusir rasa bosan.

Ketiga sahabatnya tersebut kini sedang bekerja di perusahaan milik ayah Giselle. Lina dan Rachel juga mengenal gebetan baru mereka dari kantor.

Gebetan Lina merupakan staff marketing dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan ayah Giselle. Sedangkan Rachel mulai akrab dengan sepupu Giselle yang juga bekerja di kantor tersebut.

Sejenak Tasya merindukan kebebasannya beraktifitas di luar. Ingin mengajukan niatnya pada Oliver, ia seketika ciut. Rasanya terlalu dini dia melepaskan tugas rumah tangga di awal menikah seperti ini.

Setelah selesai makan siang, Tasya dikagetkan dengan dering handphone nya sendiri. Nomor baru yang belum dikenalnya. Sedikit ragu ia menjawab panggilan tersebut.

"Halo." sapanya sedikit pelan.

"Bener ini nomor Tasya?" terdengar suara perempuan dewasa dari seberang sana.

"Iya. Maaf ini siapa ya?" Tasya sedikit memberanikan diri karena sepertinya orang ini cukup mengenalnya.

"Ini Tante Mira, istrinya om William. Tadi Tante minta nomor hape kamu ke Oliver." jelas Tante Mira hingga membuat Tasya sedikit tenang. Ternyata bukan orang asing.

"Iya Tante. Ada apa?"

"Kamu sibuk gak? Temenin Tante dong ke klinik hari ini. Tante mau perawatan, tapi temen-temen Tante pada sibuk semua." ajak Tante Mira.

"Aku izin sama Oliver dulu ya Tan." bagaimanapun Tasya harus meminta izin lebih dulu sebelum meninggalkan rumah. Itu pesan utama dari mama Ratih setelah Tasya mengemban tugas sebagai istri.

"Tante sudah bilang kok ke Oliver. 15 menit lagi Tante sampai di rumah kamu ya. Siap-siap dari sekarang." tukas Tante Mira cepat.

"O-Ok Tante." Tasya bergegas menyiapkan dirinya agar tidak membuat orangtua pengganti suaminya menunggu lebih lama.

Ya. Sepeninggal kedua orangtuanya, Oliver diasuh oleh Om William dan Tante Mira. Mereka hanya memiliki satu putri yang sekarang kuliah di Belanda.

Saat resepsi pernikahan mereka kemarin, Om William, Tante Mira dan putrinya Vivian menjadi pihak keluarga utama dari Oliver. Tidak ada perwakilan keluarga yang lain lagi. Hanya ketiga orang itulah keluarga dekat yang dimiliki Oliver.

Sembari menunggu Tante Mira di depan teras, Tasya mengirimkan pesan singkat ke Oliver bahwa ia sudah akan berangkat bersama tantenya. Oliver menjawab dlsingkat dengan satu huruf yang melambangkan persetujuan dari sejuta pria di dunia, hanya huruf Y.