NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Burung Beo Bernama Lula

Noil dan Flint merenggangkan otot-otot mereka, menggantung di pipa, dan ditarik ke atas menggunakan tali membuat seluruh badan mereka terasa sakit. Fla sendiri turun ke dapur dengan misi membawa hampir seluruh persediaan makanan di kulkas tanpa ketahuan ayah ataupun kakaknya.

Noil menatap setiap sudut kamar Fla, dia mengamati setiap foto di dinding dan di meja belajar, lampu di langit, lampu tidur, puluhan boneka binatang di atas kasur. Lalu, Noil mulai melakukan apa yang tidak boleh dilakukan saat berada di kamar orang lain, diantaranya menggosok surai di karpet, mencoba menelan bola plastik, berusaha memasukkan kepala ke dalam tudung lampu tidur, Noil meloncat kaget ketika melihat dirinya sendiri di cermin.

"Aku tahu yang ada dipikiranmu, tapi jangan pernah naik keatas kasur," kata Flint memperingati.

Kedua kaki depan Noil sudah melompat-lompat di pinggir kasur, dia menyukai kain sprei nya yang lembut dan harum dan kasurnya yang bisa memantul-mantul.

Noil berkata "Kenapa akh tidak boleh naik?"

Flint berkata, "Aku pernah melihat seekor ayam, nekat naik ke atas kasur, berakhir mengenaskan, mereka memukulnya dengan sapu."

Noil mengangkat kakinya dari kasur dengan enggan, lalu dia menunjuk TV.

"Apa itu?" tanya Noil.

"Jangan coba-coba untuk menelannya, itu TV! di sana Amora biasa melihat si singa jagoan halilintar mengalahkan musuh-musuhnya."

"Benarkah? aku tidak melihat apa-apa disini," kata Noil mengetuk-ngetuk layar TV.

"Kau harus menyalakannya dulu," kata Flint, "tapi jangan dinyalakan."

"Kenapa? apa kau pernah melihat seekor ayam yang menyalakan TV lalu dipukul dengan sapu."

"Bukan, karena aku belum pernah melihat ada binatang yang menyalakan TV," kata Flint, "pokoknya jangan pernah menyentuh apapun disini tanpa seizinku."

"Seolah-olah kau tahu segalanya, seolah-olah ini itu kamarmu sendiri," kata Noil.

"Aku sudah tinggal bersama manusia sejak aku kecil, jadi aku tahu semua peraturannya," kata Flint.

Flint lalu berjingkat-jingkat melintasi kamar, membuka pintu dan menjulurkan kepalanya keluar.

Noil berkata, "Masukkan kembali kepalamu, mereka bisa melihatmu."

Flint menutup pintu dan berkata, "Anak itu mencurigakan, kita harus hati-hati, bisa saja dia sengaja menjebak kita di dalam kamarnya, mungkin dia sedang menelpon polisi sekarang."

"Oh, ayolah Flint dia hanya anak kecil," kata Noil, "apa kau tidak melihat matanya, dia bukan penjahat."

"Anak kecil seperti apa yang memasukkan singa ke dalam kamar tidurnya."

"Sebentar biar kupikirkan ...," kata Noil, " mungkin dia mengira aku bukan singa."

"Dia mengira kamu itu apa?"

"Nyonya Maya memanggilku kuda, kupikir dia mengira aku kucing rumahan."

Flint menatap Noil dari ujung rambut hingga ujung kaki, Noil sama sekali tidak seperti kucing rumahan.

"Kita harus mencukur suraimu," kata Flint.

"Jika kau berani macam-macam dengan suraiku, urusannnya bisa panjang."

"Mana ada kucing rumahan yang punya surai selebat itu ... berantakan ... amburadul ...," kata Flint, "oh aku tahu supaya lebih meyakinkan kau harus belajar mengeong seperti anak kucing."

Noil menggeleng tidak mau

"Mengeong lah demi keselamatan kita."

"Aku tidak akan mengeong demi apapun."

"Mengeong kataku."

"Tidak!"

"Sekali saja!"

Fla kembali ke kamar tepat sebelum Noil mencakar Flint karena kesal, Fla masuk dengan menyeret sekeranjang penuh makanan, snack, roti, coklat, es krim, botol air, dan botol-botol susu, dia menumpahkan semuanya ke karpet, hingga menjadi gunung makanan.

Fla duduk di karpet dan berkata, "Kalian tahu, aku bisa melakukan ini, coba lihat!"

Fla mengambil botol susu, dan dengan menggunakan gigi depannya, dia mencungkil tutup botol hingga terbuka, lalu meludahkan tutup botolnya ke lantai, "Hebat bukan? kakakku bilang ini cara yang bagus untuk membuat gigiku rontok, tapi kata ayahku gigiku akan tumbuh kembali, jadi aku tidak peduli."

Fla mengambil satu botol susu lagi dan membukanya dengan giginya, lalu dia menyerahkan botol di kedua tangannya pada Noil dan Flint.

Noil dan Flint mengendus baunya, setelah tahu kalau itu susu sapi, mereka menegaknya sampai habis, setelah semua hal yang terjadi, mengejar kereta, menyangkut, kejar-kejaran dengan polisi, menggantung dan tergantung dengan tali, sebotol susu sapi yang manis membuat Noil dan Flint merasa segar kembali.

Fla menyeret meja kecil beroda dengan TV diatasnya ke depan Noil dan Flint, dia mencolok kabel TV dan menyalakannya.

"Tiga hari yang lalu, aku ulang tahun, jadi ayahku membolehkanku membawa tv ke kamar selama seminggu, kita bisa menonton tv sambil ngobrol."

Fla mengganti-ganti chanel sebelum menemukan satu yang bagus: Acara kartun.

Noil dan Flint melotot, mereka tak percaya melihat ada kucing yang mengejar tikus tanpa pernah berhenti, si kucing terjatuh, tertimpa tangga, ketimpa batu besar, dipukul dengan palu, tapi dia tetap hidup dan terus mengejar si tikus.

Fla menepuk-nepuk leher Flint.

"Tenang saja, dia takkan mati, dia akan hidup lagi, mereka hanya kartun."

Fla lalu beralih mengelus-elus surai Noil.

"Jadi kalian berasal dari mana? aku belum pernah melihat kucing sebesar kamu."

Noil menyikut Flint yang sedang makan roti.

"Apa katanya?"

Flint mendongak dan menggeleng.

Fla mengambil buku gambar dari rak lemari, dia menggambar rumah dengan seekor kucing besar dan seekor kambing berdiri disampingnya, Fla meletakkan pensil dan menunjukkan gambar nya ke depan Noil dan Flint.

"Aku tahu ... aku tahu ...," kata Noil, "dia ingin kita membuat rumah."

Flint menertawainya.

"Kucing paling bodoh seduniapun juga tahu, anak ini ingin kita tinggal di rumahnya, selamanya!"

Noil tak terima.

"Lihat! Gambar kita ada di luar rumah bukan di dalamnya, dia ingin kita keluar dan melihat-lihat rumah."

Fla menggaruk kepalanya, dia bingung harus melakukan apa, sampai dia teringat pada Lula yang digantung didepan rumahnya, dia keluar kamar untuk menjemputnya.

Sementara itu Noil dan Flint terus berdebat.

"Lihat dia pergi," kata Flint, "dia pikir kita tidak mau tinggal bersamanya, dia ngambek, seharusnya tadi kita cepat-cepat mengangguk."

"Ha ... ha ...," kata Noil, "dia keluar karena ingin mengajak kita keluar melihat-lihat rumah, ayo kita ke sana sekarang."

"Ha ... ha ...," kata Flint, "kemana? Ke ruang tamu, dan kau akan bilang ke ayahnya, hai aku kesini hanya ingin melihat-lihat rumah."

Fla kembali ke kamar dengan menenteng sangkar burung di tangan dengan seekor burung beo ada di dalamnya.

"Jadi di mana kucingnya? aku kenal semua kucing di kompleks ini," kata Lula mengumumkan.

Ketika Lula melihat tumpukan makanan di lantai, burung beo itu memekik kesal.

"Ada pesta disini, jangan bilang kucing itu sudah memakan semuanya, sementara aku dilupakan menggigil kedinginan di luar."

"Dia bisa bicara dengan manusia," kata Flint, "gawat jika burung itu mengenalimu."

"Dia berasal dari kota, bisa saja dia seperti nyonya Maya dia mungkin tidak tahu denganku," kata Noil.

"Kita lihat reaksinya saat dia melihatmu," kata Flint.

Fla meletakkan sangkar burung Lula ke lantai. Lula berbalik menatap Flint, reaksinya biasa saja lalu pandangannya tertuju pada Noil, seketika dia membelalak ketakutan.

"Dia tahu!" seru Flint.

Lula menjerit, "Fla Lari! apa kau buta! Itu bukan kucing rumahan, dia ...."

Noil meletakkan telapak kakinya diatas sangkar burung membuat sangkar itu berderit, Lula jatuh tersedak kaget.

"Lima detik," kata Noil.

"Apa yang akan kau lakukan, lima detik apa?" kata Lula mengeluarkan suara seperti tercekik.

Noil berkata, "Aku hanya perlu lima detik untuk meremukkan kurungan ini, menangkapmu dan membuatmu menyesal karena menjadi burung beo yang terlalu banyak bicara."

"Menjauh dariku atau aku akan berteriak, aku bisa menjerit sangat nyaring," kata Lula.

"Oh ya!" kata Noil, "coba saja kalau begitu, kita lihat seberapa cepat kau bisa melakukannya."

"Sebaiknya kau menurut," kata Flint, " singa ini kalau lagi marah suka main cakar, aku saja sudah pernah kena tendang."

Lula bergedik ngeri.

"Apa yang kau inginkan dari Fla? dia masih anak-anak, kau tidak boleh memakannya."

"Kami tidak akan memakannya," kata Noil.

"Kau bohong, jika aku lengah sedikit saja, kau pasti akan memakannya,"seru Lula.

Lula berbalik dan memekik sekencang-kencangnya.

"Polisi !!!polisi !!!"

Noil mengangkat sangkar burung dan mendekatkan Lula ke depan mukanya.

"Berhenti berteriak atau aku akan benar-benar menelanmu."

"Lihat kan kau memang berniat jahat," sahut Lula.

"Aku tidak akan memakannya, anak ini mengira kalau aku kucing rumahan, dan aku ingin tetap seperti itu?"

Fla tersenyum.

"Sepertinya kalian cepat akrab," kata Fla pada Lula, "jadi teman baru kita berasal dari mana?"

Lula menoleh pada Fla lalu pada Noil.

"Anak itu bilang apa?" tanya Noil.

"Benar kau tidak akan memakannya?" tanya Lula.

Noil mengangguk.

Demi meyakinkan Lula, Flint menunjuk Noil.

"Dia ini sudah jadi vegetarian!"

Lula berkata, "Fla bertanya kalian kabur darimana?"

"Kami tidak kabur dari mana-mana," kata Flint, "kami berasal dari Hutan Selatan, kenapa dengan tampangmu, kau ingin menertawakanku."

Lula menggeleng, pipinya menggelembung menahan diri agar tidak mendengus.

"Kami ke sini ingin menyelamatkan hutan kami," kata Noil.

Mendengarnya Lula terjatuh, memegangi perutnya. Lula tertawa sangat keras hingga perutnya sakit.

"Menyelamatkan hutan!" seru Lula, "kalian pasti kabur dari kebun binatang jangan berbohong dan mengarang cerita konyol yang tak masuk akal, dari hutan! mau menyelamatkan hutan katanya, kalian pikir kalian superhero! lucu sekali."

"Burung ini membuatku kesal," kata Noil.

Noil mengguncang sangkar burung hingga Lula terpental-pental. Noil mengancam.

"Kau pikir kami lucu ya, jika aku mencabut semua bulumu hingga habis, beo yang gundul baru benar-benar terlihat lucu."

"Kupikir kita bisa membuat sapu yang bagus dari bulunya," kata Flint.

Lula langsung berdiri demi keselamatan dan masa depannya, takkan ada beo jantan yang akan menyukainya jika dia gundul.

"Jangan pernah menyentuh bulu-bulu indahku, terserah kalian mau berbohong berasal dari mana, aku akan mengatakannya pada Fla."

Lula berbalik pada Fla dan mengarang cerita bohong.

"Katanya mereka berasal dari tempat pembuangan sampah, penuh kutu, kotor dan punya banyak sekali penyakit, kau bisa tertular, aku sudah memperingatkan mereka agar tidak terlalu dekat-dekat, kita harus mengusir mereka pagi-pagi sekali."

Fla berkata, "Mereka boleh tinggal bersama kita selama mereka mau, tapi mereka tetap harus mandi."

"Apa kau yakin?" kata Lula.

Fla mengangguk.

"Oke berhasil!" kata Lula pada Noil dan Flint, "aku sudah membujuknya, kalian boleh tinggal, tapi hanya semalam, besok pagi sekali kalian harus angkat kaki dari sini."

"Aku benar-benar tak percaya pada si paruh bengkok ini," kata Flint.

"Si paruh bengkok ini mungkin bisa membantu kita," kata Noil, "apa kau bisa membaca tulisan binatang?"

Lula melipat kedua sayapnya di dada.

"Apa kau menghinaku? Aku sudah bisa membaca sejak aku bayi."

Noil menggigit plat besi yang menggantung di lehernya dan menempelkannya di sangkar Lula.

Noil berkata, "Apa kau tau alamat ini di mana?"

Lula membaca tulisan cakar binatang di plat besi."

Dari mana kalian mendapatkannya?" tanya Noil.

Noil berkata, "Itu jatuh dari langit Lembah Hantu."

"Kekonyolan yang lainnya," kata Lula.

Lula mendongak menelisik Noil dan Flint, mereka singa dan kambing yang tampak mengenaskan, keduanya sangat kurus seperti kurang makan berhari-hari, badan berbau matahari, kaki seperti di celup dalam tanah liat, dekil, kotor dan menyedihkan.

"Oh ya ampun jangan-jangan kalian benar-benar dari Hutan Selatan!" seru Lula, "bagaimana caranya kalian bisa sampai di sini?"

Flint memperingatkan Noil.

"Jangan bilang padanya," kata Flint, "dia hanya akan menertawakan kita lagi."

"Jadi kau tau tidak! Palltasi 43 itu di mana?" tanya Noil.

Lula menggeleng tidak tau.

"Sudah kubilang dia tidak berguna, ayo kita gunduli kepalanya," seru Flint.

"Apa kalian pikir aku ini buku alamat!" kata Lula, "tapi jika kalian ingin bertemu dengan geng tikus kalian bisa menelusuri gorong-gorong satu persatu."

"Gorong-gorong?" kata Noil.

Flint memekik.

"Tikus!!! Apa maksudmu dengan tikus?" pekik Flint.

Lula berkata, "Semua tikus di kota ini punya nama yang aneh selalu dengan dua huruf belakang yang sama : Bott, Dopp, Monn, Toll....Lopp itu sudah pasti nama tikus."

Flint terguncang mendengarnya.

"Tikus....!!! Seekor tikus!"

"Tenanglah Flint," kata Noil, "mungkin ini tidak seburuk yang kau pikirkan."

"Tidak seburuk yang kupikirkan katamu!" Flint menjerit, "kita berjalan sejauh ini, meninggalkan hutan, mengejar kereta, menyangkut berkali-kali, dikejar-kejar polisi dan itu semua hanya demi bertemu seekor tikus, liat lututku sampai bengkak-bengkak dan itu semua hanya untuk tikus!"

"Bisakah kau pelankan suaramu, ini dirumah orang, tenanglah," seru Noil.

Flint mengamuk.

"Tenang katamu! Aku mempertaruhkan nyawa hanya demi bertemu seekor tikus, tidak bisa kita meminta bantuan pada yang lain, siapa saja asal bukan tikus."

"Mungkin dia bukan tikus biasa ... mungkin dia?"

"Mungkin dia tikus superhero!" kata Flint mengerang, "ayo kita pulang sekarang."

Noil menggeleng.

"Kita tidak boleh pulang, tidak sebelum kita melakukan sesuatu untuk menyelamatkan hutan selatan," kata Noil, "kita tetap harus pergi ke Palltasi 43, menemukan Lopp mau dia itu tikus atau bukan, hanya ini satu-satunya rencana yang kita punya!"

"Berikan padaku undangan konyol itu," kata Flint.

Flint menggunakan gigi depannya untuk menarik plat besi di leher Noil.

"Lepaskan Flint," pinta Noil.

"Tidak mau," kata Flint, "Semua gara-gara undangan aneh ini, berikan padaku biar aku menelannya."

"Kau tidak bisa makan besi ... lepaskan Flint!"

Noil dan Flint baru berhenti berebut plat besi saat mendengar Fla mulai menangis.

"Oke ... oke ...," kata Lula, "kalian berdua sudah membuat Fla kita ketakutan, jangan sampai dia benar-benar menangis, kalau dia menangis, dia akan menjerit."

Lula meloncat anggun turun ke lantai sangkar.

Lula berkata, "Ini kota kawan, bukan hutan, di sini tikus pun bisa melakukan apa saja, kalau mereka cukup pintar dan ya cukup banyak, aku akan membantu kalian menemukan Lopp, asalkan kalian tidak tinggal di sini, setengah jam bertemu kalian sudah membuatku pusing, aku ingin ketentraman!"

"Apa mereka bertengkar?" tanya Fla ketika Lula berbalik padanya.

Lula menggeleng pada Fla.

Lula berkata, "Mereka hanya tidak mau disuruh mandi, mereka ingin pergi ke suatu tempat bernama Palltasi 43, tapi tak tahu harus pergi kearah mana."

"Aku akan menanyakannya pada kakakku," kata Fla.

Lalu, Fla segera berdiri, melintasi kamar dan membuka pintu, ketika hendak menutupnya dia menahannya di tengah-tengah. Fla menengok katanya pada Noil dan Flint.

"Kalian boleh tidak mandi malam ini, tapi besok kalian harus mandi!"

Lalu Fla menutup pintu kamar.

Noil bertanya pada Lula.

"Anak itu bilang apa?"

Lula berkata, "Katanya kalian terlihat hebat sekali!"

Tak lama, Fla kembali memunculkan kepalanya di ambang pintu dan berkata, "Kakakku bilang, Palltasi 43 hanya ada di neraka, pergilah dari kamarku."

Lula menghela nafas, seharusnya dia sudah tahu, kakaknya Fla tidak pernah sekalipun melewatkan kesempatan untuk mengerjai adiknya.

"Pergilah, tanyakan pada ayahmu," kata Lula.

"Akan kutanyakan pada ayah," kata Fla.

Fla membanting pintu kamarnya dan berlari ke lantai bawah. Fla kemudian kembali lagi.

"Kata ayahku, untuk apa aku menanyakan alamat, aku harus bilang apa?"

"Apa saja," kata Lula, "kau bisa bilang, ingin membeli permen di sana, atau ketemu temanmu, atau apa saja asalkan jangan bilang kalau kau ingin membantu seekor kambing dan singa yang ada di kamarmu untuk menyelamatkan hutan."

"Baiklah," kata Fla.

Saat Fla kembali, dia memeluk Buku tebal berwarna kuning di dadanya, dan menjatuhkannya ke atas kasur.

"Ayahku bilang, semua alamat di kota ini ada di sini, dia bilang sebaiknya kita mulai mencari dari daerah kota timur."

"Empat mata lebih baik daripada dua," kata Lula pada Fla, "akan kubantu mencarinya."

Lula membuka pintu sangkar dan melangkah keluar.

Flint terpana. "Si paruh bengkok itu bisa keluar dari sangkarnya sendiri."

Lula menyeringai sombong. "Aku memang bisa keluar masuk sesuka hatiku, Fla tidak pernah mengurungku. Aku sendiri yang mau tinggal di dalam sangkar."

"Dia juga bisa membaca tulisan manusia," kata Noil.

Noil terkagum ketika melihat Lula menunduk membaca setiap alamat di buku telpon.

Lula mendongak dan bertambah sombong.

"Apa susahnya membaca? kau hanya perlu belajar membaca," seru Lula.

Lula bisa membaca lebih cepat daripada Fla, bahkan bagi orang dewasa sekalipun, kepalanya naik turun dengan cepat, dia membuka halaman baru hanya dalam hitungan kurang dari satu menit, masalahnya Buku telepon itu sangat tebal, dan wilayah timur memiliki banyak sekali rumah, gedung dan jalan, jadi butuh sejam lebih hingga Fla jatuh tertidur di kasur sampai Lula menemukan alamatnya.

Lula terbang dan berdiri di pinggir kasur.

"Dapat!" seru Lula.

Mendengarnya Noil dan Flint yang semula terkantuk-kantuk terjaga sepenuhnya.

"Bagus sekali!" kata Noil, "jadi di mana alamatnya?"

"Jadi di mana alamatnya, itu bukan kata rahasianya," kata Lula.

Kata rahasia? Noil menoleh pada Flint.

"Apa kau tahu kata rahasianya?"

Flint menggeleng.

Lula mendesah kesal.

"Dasar tidak tahu tata krama! Kalian benar-benar dari hutan ya?"

Noil dan Flint menganggguk.

Lula berkata, "Aku ingin kalian mengatakan 'tolong kumohon'padaku, baru aku kasih tahu di mana alamatnya."

"Aku takkan mengatakan itu hanya untuk menemukan seekor tikus," kata Flint, "kau saja yang katakan."

"Harus?" kata Noil.

Lula mengangguk.

"Kalian ingin tahu alamatnya, tidak!"

"Tolong ... kumohon ...," bisik Noil sambil mendongak menatap langit-langit kamar.

"Aku tidak mendengarmu," kata Lula.

Noil menunduk berbicara pada kuku kakinya.

"Tolong ... kumohon ...."

"Apa? Lebih keras lagi!" kata Lula.

Noil mulai kesal, jadi dia menaikkan kaki depan kanannya, menunjukkan kuku-kukunya yang tajam pada burung beo itu.

Noil bertanya, "Jadi bulu sebelah kanan atau kiri yang sebaiknya kugunduli lebih dulu?"

Lula terkesiap dan segera bicara.

"Jalan Bolingtook 1326!"

1
walk_ing
senjata makan tuan ini namanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!