Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok
"Cel, kita makan dulu ya, gue belum sempet makan siang tadi" ucap Aidan sambil melirik kaca spion.
Yura menganggukan kepalanya.
Aidan sesekali celingak-celinguk mencari warung makan "makan apa ya? Lo mau makan apa cel?" tanyanya bingung, kalau saja ia sendiri, Aidan sudah pergi nyari warteg, tapi ini beda cerita ia sedang bersama Yura. Takutnya nih boncel jelmaan botol Yakult tidak mau makan di warung pinggir jalan.
"Kan Lo yang mau makan, kok malah nanya gue sih bang?"
"Ye, kan apa salahnya gue nanya boncel!"
"Terserah Lo bang. Kan Lo tau gue ini pemakan segala. asal jangan Lo kasih makan gue tai, daging mentah, bangke, sama kacang-kacangan aja. Gue masih terima."
Aidan terkekeh mendengar perkataan Yura, memang gadis ini itu tidak memilih-milih makanan hanya saja Yura ini tidak bisa memakan jenis kacang-kacangan, dia alergi dengan makanan tipe itu dan Aidan sangat tau itu.
"Bang, bang, makan bakso aja gimana. Noh, noh. Gue kepingin banget makan bakso itu" Yura menepuk-nepuk kedua bahu Aidan dan setalahnya menunjuk warung bakso yang terlihat lumayan ramai.
"Tapi gue belum makan nasi boncel..."
"Aelah, lu makan bakso juga kenyang bang. Kuy lah, gue kepingin banget tu makan bakso disitu, kata temen-temen gue disitu baksonya enak."
Aidan berdecak, namun tetap menepikan motornya di area tempat parkir warung bakso tersebut.
"Weh, buruan turun dah bang, gak sabar gue. Wih dari jarak sengini aja aroma kuah baksonya kecium banget dah, seakan-akan memanggil nama gue" seru Yura dengan mata berbinar yang terus memandangi warung bakso tersebut, jangan lupakan hidungnya yang menghirup dalam-dalam aroma kuah bakso yang memang sangat wangi tentunya akan memikat siapapun yang lewat di jalan itu untuk mampir.
"Aelah, sabar napa cel. Buka helmnya dulu. Lo mau masuk pakai helm juga?" tanya Aidan yang melihat helm Yura belum di lepas sama sekali.
"Eh, iya lupa" Yura malah nyengir kuda.
Aidan pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan tidak sabaran dia membukakan pengait helm Yura.
Sementara di tempat lain ada dua pemuda berboncengan menaiki motor metik terlihat sekali kalau keduanya sedang berburu makanan, lihat saja motor mereka sudah seperti warung keliling.
"Sek-sek wa!" ucap Tio di boncengan sembari memukul-mukul pundak Dewa yang sedang fokus menyetir. Ia tidak memperdulikan Tio karena pria itu sudah entah keberapa kali menyuruhnya untuk berhenti hanya untuk membeli makanan, lihat saja di bagian depan motornya sudah berapa bungkus makanan yang di beli Tio. Ada rujak cingur, ada sate Madura, ada soto ayam, ada nasi padang. Sudah seperti warung keliling saja itu motor di buat Tio seorang.
Plak!
"Sek loh wa!"ucap Tio sedikit ngegas dan karena tak kunjung berhenti Tio mememukul helm Dewa dengan sekuat tenaga.
"Anjir! Apaan lagi dah yo! Kamu mau beli apa lagi?! Apa kurang banyak ini hah?!" dengan perasaan jengkel Dewa pun berhenti.
"Kalau mau ngomong jorok Ojo setengah-setengah wa, neng Gon ku kalau mau ngomong anjing yo anjing, Ojo di ganti-ganti hurufnya" protes Tio dia sedikit gemas dengan orang-orang yang ingin berkata kasar tapi segala di ganti hurufnya menurutnya kayak gimana ya kayak mau memaki tapi setengah-setengah.
Dewa memutar bola matanya malas, mungkin sudah keseratus kalinya Tio berkata seperti itu. "Kamu mau apa lagi?"
Tio menepuk jidatnya sebelum berbicara, ia hampir saja melupakan tujuannya menyuruh Dewa berhenti "delok arah jam telu."
Bukannya menuruti ucapan Tio, Dewa malah terlihat berpikir keras namun sepertinya ia tidak berhasil mendapatkan jawabannya "telu itu berapa yo?"
Lagi-lagi Tio tepuk jidat "tiga!" ia pun menggerakkan kepala Dewa dengan paksa, mengarahkan ke arah yang ia tangkap tadi.
Dewa langsung mendapatkan apa yang di maksud Tio, lalu menyipitkan pandangannya berusaha menajamkannya. "Bang Aidan bukan sih?" tebak Dewa ia sedikit menyerongkan tubuhnya agar bisa berbicara pada Tio di belakang.
Tio mengangguk, "arek wedok anyar endi mene iku wa?"
"Pakai bahasa Indonesia yo, saya gak ngerti bahasa planetmu." ia kembali menghadap depan. Maaf maaf saja Dewa ini orang Aceh, tidak paham dengan bahasa Jawa hanya sedikit yang ia tau.
Tio berdecak, ia lupa kalau Dewa ini tidak terlalu mengerti bahasa Jawa "perempuan cantik itu siapa?" ucap Tio dengan logat Jawa medoknya yang masih tidak bisa hilang.
Dewa menggeleng "emang dia udah bisa move on dari Bripda Cicil?" ia kembali menyerongkan tubuhnya.
Karena sepengetahuan mereka Aidan itu termasuk dalam cowok-cowok galon. Alias gagal move on, apa lagi mantan Aidan salah satu polwan bagian unit satlantas di kantor tempat mereka bekerja.
Tio mendengus "satu tempat kerja, tiap hari ketemu, yakin wes move on?"
Dewa tidak menjawab ia kini kembali fokus menatap kedepan, tepatnya kearah Aidan yang sedang bersama seorang gadis, yang tidak lain tidak bukan adalah Yura.
"Tekani wa, tekani!" putus Tio sudah kepalang penasaran.
"Nanti kita di semprot sama Bang Aidan yo."
Tio berdecak, "Wedi banget kamu loh wa, wa. Wes Ra Popo, eneng aku tenang aja" ia menepuk dadanya.
Dewa akhirnya mengangguk, ia menyalakan mesin motornya dan menghampiri kedua sejoli itu.
"Bang Aidan!" sapa keduanya. Aidan terlonjak kaget mendapati 2 anggotanya itu ada di hadapannya begitu pula Yura, ia memutar tubuhnya menghadap Dewa dan Tio.
Tio dan Dewa malah melongo melihat siapa gadis yang bersama dengan kanit mereka itu.
"Eh, ternyata dek Yura" ucap Tio seraya tersenyum manis.
"iya mas." ucap Yura berusaha ramah.
"Kirain tadi bawa wedok anyar endi ndan, ternyata Tonggo ne dewe."
Aidan berdecak "Lo bedua mau ngapain kesini?!" tanya Aidan dengan suara yang tidak bersahabat.
"Ndak ngapa-ngapain ndan. Tadi kita cuma lewat, eh liat komandan nggawa wedok anyar, ya kita deketin arep di jek kenalan ngono" jelas Tio ia kembali tersenyum manis pada Yura.
Sudah sejak lama Tio ini naksir dengan tetangga Aidan satu ini. Tepatnya saat Mama Aidan mengundang mereka untuk acara makan-makan ulang tahun Aidan, tapi ia tidak berani mendekati Yura karena gadis ini lebih banyak diam jika di dekati oleh orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Terlihat seperti alergi dengan pria asing. Sudah beberapa kali juga ia meminta tolong pada Aidan untuk membantunya mendekati Yura, tapi Aidan malah menolaknya dan menyuruhnya usaha sendiri.
"Bang Aidan sama Yura abis dari mana?" tanya Dewa penasaran.
"Dari fo–" belum selesai Aidan berbicara mulutnya sudah di bekap oleh Yura.
"Abis jemput gue dari kampus" Yura berkilah, ia belum siap jika ada orang lain selain keluarga mereka yang tau kalau dirinya dan Aidan akan menikah. Ya walaupun cepat atau lambat mereka pasti akan tau juga sih, tapi untuk sekarang biarkan saja dulu seperti ini, cukup mereka dan keluarga saja yang tau.
Aidan mengernyitkan dahinya bingung dengan Yura yang malah berbohong.
Semantara Dewa dan Tio hanya manggut-manggut mempercayai, tidak ada rasa curiga sedikitpun karena yang mereka tau keduanya hanyalah sebatas tetangga dan sudah seperti saudara sendiri.
"Yo wes lah, kita bali disik ndan, keburu adem makanan kita" ucap Tio, Sebanarnya ia masih ingin berlama-lama disana, masih ingin menatap wajah Yura sang pujaan hati. Namun karena tadi mereka sudah membeli makanan, ia harus segera pulang.
"Hm, Sono balik, makan yang banyak, entar malam mau ngepet lagi." usir Aidan.
Tio dan Dewa mendelikkan matanya.
"Iyo, kita jaga lilin, komandan yang keliling." ucap Tio tanpa ada takutnya. Lihatlah sekarang gantian Aidan yang mendelikkan matanya menatap Tio.
Bukan takut Tio malah menarik sebelah kantung matanya dan menjulurkan lidahnya tanda mengejek.
Yura menahan tawa melihat tingkah Tio yang tidak ada takut-takutnya.
sementara Dewa segera menghidupkan mesin motornya dan melesat menjauh dari hadapan Aidan, ia tidak ingin kena imbas dari tingkah Tio yang sering membuat Aidan naik darah.
Selepas kepergian kedua anggota Aidan, aidan menatap Yura "kenapa Lo gak bilang sama mereka kalau kita habis dari foto pengajuan?"
Yura berdecak "mesti banget nih bahas itu di sini? Katanya laper, yuk masuk keburu makin sore" Yura langsung berjalan memasuki warung bakso dan di ikuti Aidan.
...Maaf baru bisa update🙏, udah 3 hari sakit belum sembuh-sembuh😷...
gak kerasaaaaa😛