NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:382.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Perhatian Shaka

Nimas masih berusaha untuk melepaskan diri dari kedua pria yang sedang tidak sadarkan diri itu. Meskipun mereka sedang mabuk, tapi entah kenapa cengkraman di tangannya begitu kuat. Sehingga setiap pergerakan Nimas menimbulkan rasa sakit di pergelangan tangannya.

"Lepas! Tolong!" Nimas sudah teriak di tengah hujan yang cukup deras. Entah terdengar atau tidak suaranya, yang jelas ia harus tetap berteriak agar mendapatkan pertolongan. Ia masih punya keyakinan masih ada orang baik yang mendengarkan teriakannya.

"Tolong!" teriak Nimas sekali lagi.

"Berteriaklah sekencang mungkin, suaramu akan tetap kalah dengan suara hujan. Ayo kita bersenang-senang di tengah kedinginan ini, Sayang," ucap salah satu dari mereka dengan kurang ajarnya.

"Siapa bilang suaranya kalah dengan suara hujan? Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas, bahkan kata-katamu yang menjijikan itu juga terdengar jelas di telingaku. Lepaskan dia!"

Nimas yang tadinya terus bergerak berusaha keras melepaskan diri seketika terdiam ketika mendengar ucapan dari Shaka.

"Shaka!" ucap Nimas dengan lirih.

Tidak wajar jika kepala Nimas tidak mempertanyakan keberadaan Shaka di sini. Dirinya kabur dari rumah tanpa sepengetahuan Shaka dan ia sempat melewati jalan yang sempit. Bagaimana bisa Shaka menemukan dirinya? Namun, semua pertanyaan yang berada di kepalanya tidak mungkin ia tanyakan sekarang.

"Lo siapa? Ngapain lo ikut-ikutan urusan gue?"

Shaka berjalan satu langkah mendekati mereka. Tidak ada sama sekali raut amarah di wajahnya, namun kembali lagi, tidak ada yang tahu apa yang dirasakan seseorang, perasaan yang digambarkan tidak selamanya terlihat dari wajah. wajah tenang bisa saja menyimpan amarah yang besar.

"Shaka hati-hati." Nimas berucap pelan saat pria itu semakin dekat dengan kedua pria yang sedang mabuk itu.

Shaka sempat menoleh sebentar dan menganggukkan kepala meyakinkan Nimas bahwa ia akan baik-baik saja.

"Lepas ku bilang!" Masih bicara dengan nada tenang, namun penuh penekanan.

Kedua pria itu bukannya mendengarkan ucapan Shaka, justru mereka seakan memancing amarah Shaka. Mereka menampilkan wajah mengejek dan mempererat cengkraman di pergelangan tangan Nimas. Sehingga gadis itu memekik kesakitan.

Bugh! Bugh!

Merasa membuang-buang waktu, Shaka segera memberikan bogeman kepada kedua pria yang berada di hadapannya. Sudut bibir mereka mengeluarkan darah hanya karena satu pukulan dari pria itu.

Satu lagi pukulan lebih keras Shaka berikan hingga kedua pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah.

Tidak mau berada di tempat itu lebih lama dan juga hujan yang semakin deras membuat Shaka menggeret Nimas untuk segera menjauh dari sana. Mengajukan motor dengan cepat agar segera sampai rumah.

Nimas yang berada di belakang Shaka mulai menggigil kedinginan, ia memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. Wajahnya saat ini mungkin sudah memucat, karena memang Nimas tidak bisa terkena air hujan terlalu lama.

Shaka mengerti keadaan Nimas dari kaca spion. Beberapa kali pria itu melirik kaca spion untuk melihat kondisi Nimas yang sudah terlihat pucat. Pria itu semakin khawatir saja.

"Nimas kamu kedinginan? Pegangan Nimas aku akan menambahkan kecepatan. Aku takut kamu kenapa-napa." Shaka bicara sedikit keras agar tak kalah dengan suara hujan dan petir yang terdengar mulai menyambar.

Nimas mendengar ucapan Shaka, namun tidak ada pergerakan darinya. Ia tetap pada posisinya yang memeluk dirinya sendiri. Berusaha bertahan dengan dinginnya air hujan yang semakin deras.

Shaka yang kesal karena ucapannya diabaikan, ia menarik gas dengan kencang dan dalam.

Grap.

Usaha Shaka membuahkan hasil, Nimas yang terkejut karena tarikan gas dari Shaka membuat gadis itu refleks memeluk pinggang Shaka dengan erat. Tak lupa ia tenggelamkan kepalanya di punggung lebar pria berhati baik dan lembut itu.

Tak lama setelah tarikan gas yang Shaka ciptakan, mereka sampai di rumah mewah yang sempat di singgahi oleh Nimas sesaat. Pemilik motor masih setia menunggu di teras dengan duduk tenang seraya menikmati air hujan.

"Pak, terima kasih motornya, ini saya kembalikan. Mari silakan masuk, jangan pulang dulu. Masih hujan," tutur Shaka mengembalikan kunci motor.

"Di dalam motor ada mantel Pak, kenapa hujan-hujanan?"

"Tidak apa-apa, tadi sudah terlanjur kehujanan. Saya juga tidak tahu kalau ada mantel. Mari silakan masuk!" Ajak Shaka sekali lagi.

"Tidak usah, Pak. Saya langsung pulang saja, saya khawatir kalau istri saya sendirian di rumah. Istri saya takut petir." Pria itu mengembalikan dompet yang sejak tadi ia jaga dengan baik.

"Iya, kah? Maafkan saya membuat Bapak terjebak di sini. Ini saya ada sedikit rezeki untuk keluarga Bapak mudah-mudahan berkah." Shaka menyodorkan beberapa uang berwarna merah.

"Wah, terima kasih, Pak. Mudah-mudahan rezeki Bapak juga lancar. Saya permisi, mari Mbak." Pria itu berpamitan pada keduanya yang hanya dijawab anggukan juga oleh keduanya.

"Ayo Nimas, kita masuk ke dalam."

Nimas terpaksa memajukan langkahnya masuk ke dalam rumah itu lagi. Posisi tangannya masih mendekap tubuhnya. Ia begitu sungkan dan malu dengan pria yang saat ini sedang bersamanya itu. Ia sadar ia telah merepotkannya.

"Tas kamu mana?" tanya Shaka begitu sampai di dalam rumah.

"Tadi pagi kamu pas pergi ke kantor nggak nurunin tas aku. Jadi masih di mobil kamu tasnya."

Shaka menepuk jidatnya karena ia melupakan hal sepenting itu.

"Di sini tidak ada apapun. Aku akan menyuruh orang untuk antar mobil ke sini. Kamu duduk dulu di sini, ya."

Shaka menghubungi seseorang lagi, meminta mobil yang ia tinggalkan di jalan untuk ia bawa ke rumah.

"Aku nggak mau nunggu lama. Bawa secepatnya, akan aku kirim lokasinya. Bawakan aku satu set baju ganti juga. Ingat! Nggak pake lama."

Shaka kembali menatap Nimas yang duduk meringkuk di sofa. Kakinya ia bawa ke dapur untuk membuat sesuatu yang hangat.

"Ah sial, tidak ada apapun di sini." Shaka kembali berjalan menghampiri Nimas yang menggosok-nggosokkan telapak tangannya menciptakan kehangatan.

"Kamu tunggu di sini, jangan kabur. Aku akan kembali dengan cepat."

"Kamu mau ke mana?"

Terlihat wajah takut yang tercetak di ekspresi wajah Nimas.

"Sebentar saja, kok. Nggak akan lama. Duduklah dengan tenang."

Shaka melesat keluar rumah. Di luar hujan masih sangat deras dan petir yang tadinya hanya terdengar sesekali saja, kini mulai intens menyambar. Nimas semakin takut dengan suara gemuruh yang bersahutan, apalagi ia sendirian di rumah sebesar ini.

Beberapa saat kemudian, Shaka kembali dengan tubuh yang semakin basah kuyup. Tangannya membawa dua cup teh hangat dan beberapa makanan.

"Kamu udah makan belum? Ini aku ada makanan. Tadi aku pesan makanan online dan aku kirim ke sini, kurirnya bilang nggak ada orang di sini. Makanya aku langsung ke sini tadi. Ini teh hangat dan makanan yang aku pesan tadi. Aku pesan rujak buah dan buah-buahan. Kamu harus makan banyak itu buah kalau nggak mual. Biar ada asupan."

Shaka menghentikan ceriwisnya saat terdengar mobil yang masuk ke dalam halaman.

"Sebentar aku ke luar dulu, ya."

Nimas hanya mengangguk. Ingin sekali rasanya ia menenggelamkan dirinya ke dasar laut yang dalam karena saking malunya.

Jangan lupa ke sini juga, ya.

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!