Arga, seorang remaja yang lahir dari darah daging ayahnya sendiri, tumbuh di rumah besar yang justru terasa asing baginya. Kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi penjara dingin — penuh tatapan acuh, hinaan, dan kesepian.
Ayah yang dulu ia panggil pelindung kini tak lagi memandangnya. Cinta dan perhatian telah dialihkan pada istri baru dan anak-anak tiri yang selalu dipuja. Sementara Arga, anak kandungnya sendiri, hanya menjadi bayangan yang disuruh, diperintah, dan dilukai tanpa belas kasihan.
Namun di balik luka dan penghinaan yang menumpuk, Arga menyimpan api kecil dalam hatinya — tekad untuk bertahan, dan bangkit dri penderitaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Laila di Panggung Sandiwara, Senjata Makan Tuan Sang Ayah
Dini hari setelah pertemuan tak terduga di jalanan, Rendra tidak tidur. Ia tidak lagi mencari hacker. Ia mencari putranya.
Rendra tahu, serangan finansial 80 Miliar yang akan datang akan menghancurkan PT. Adhiyatma Karya dan menyeretnya ke penjara. Ia harus melumpuhkan sumber daya Arga sebelum file itu mencapai Kejaksaan Agung.
Rendra menyerang dua titik kelemahan Arga:
Rendra menggunakan koneksi lamanya di dunia korporat untuk menekan Tuan Dharma (CEO Titan Labs). Rendra mengancam akan membongkar semua file lama Titan yang melibatkan skandal pajak, kecuali Tuan Dharma mengeluarkan pernyataan pers yang mendiskreditkan Aurora Tech dan secara terbuka memutuskan semua hubungan.
Sore itu, berita menyebar: Titan Labs secara resmi memutuskan semua hubungan dengan startup Aurora Tech, menyebutnya "berpotensi merusak reputasi."
2. Menyerang Identitas Online (Reputasi Profesional):
Rendra juga menggunakan pengetahuan lamanya tentang hobi Arga, membocorkan kepada media online bahwa "CEO anonim Tuan Alpha" adalah seorang "mantan hacker amatir yang dikeluarkan dari sekolah karena masalah akademik."
Di gudang Aurora Tech, Alex panik. "Tuan Alpha! Titan Labs memutus hubungan! Dan ada thread di forum hacker yang menyerang reputasi Anda! Rendra tahu Anda adalah Arga!"
Arga, yang sedang memasukkan script terakhir ke dalam file 80 Miliar, tidak terkejut. "Aku tahu dia akan menyerang pribadiku. Rendra tidak bisa melawan software, jadi dia melawan nama. Biarkan saja. Titan Labs hanya buffer."
Sementara itu, Rendra memanggil Laila ke kantornya. Rendra tahu Laila adalah mata-mata Arga, tetapi ia membutuhkan Laila untuk menyelamatkannya dari OPKN.
"Laila," kata Rendra, suaranya kembali tenang dan penuh tipuan. "Aku tahu kau tidak sengaja melakukan ini. Kau dibohongi oleh hacker anonim itu. Dia memanipulasi file teknikmu."
Laila menatapnya dingin. "Saya melihat bukti korupsi dengan mata kepala sendiri, Tuan Rendra."
Rendra menggebrak meja. "Dengarkan aku! Jika kau tidak segera mengadakan konferensi pers dan menyatakan bahwa laporan struktural yang kau kirim ke OPKN adalah manipulasi Tuan Alpha—bahwa kaulah korbannya—maka aku tidak hanya akan memecatmu. Aku akan memastikan lisensi arsitekmu dicabut, dan semua tim intimu di-blacklist dari industri properti di negara ini! Kau akan menghancurkan karier puluhan orang!"
Ancaman itu menghantam Laila. Karier pribadinya ia bisa tangani, tetapi nasib timnya, yang sangat loyal padanya, tidak.
Laila mundur sedikit, mengambil ponselnya, dan mengirimkan pesan darurat kepada Tuan Alpha.
Laila: Dia mengancam lisensi arsitekku dan nasib timku. Dia memaksaku untuk membantah laporan OPKN.
Arga segera membalas: Jangan pernah mundur dari integritasmu, Laila. Tapi jika itu menyangkut timmu, lakukan apa pun yang perlu. Utamakan keselamatanmu. Aku hanya butuh waktu 24 jam lagi.
Dua jam kemudian, Laila berdiri di atas panggung konferensi pers darurat yang diselenggarakan Rendra. Rendra dan Vino berdiri di sampingnya, tersenyum penuh kemenangan.
Laila melihat ke arah kamera. Tangannya mengepal di balik mimbar.
"Saya, Laila Diandra, Arsitek Utama Proyek Zenith, ingin mengumumkan sesuatu," Laila memulai, suaranya sedikit bergetar.
Rendra tersenyum puas. Laila telah menyerah.
"Saya ingin menyatakan bahwa... saya dan tim saya telah menjadi korban manipulasi digital yang serius," Laila berkata. "Sebuah startup bernama Aurora Tech, yang dipimpin oleh Tuan Alpha, telah menyalahgunakan kepercayaan kami dan membuat kami meragukan data internal kami sendiri."
Vino dan Rendra saling pandang, lega. Laila telah membatalkan serangan OPKN.
Laila melanjutkan, dengan pandangan mata yang dingin ke arah kamera: "Namun, setelah audit internal yang kami lakukan sendiri—bukan yang dilakukan oleh Tuan Alpha—kami telah menemukan bahwa masih ada kerentanan data yang serius di PT. Adhiyatma Karya. Kerentanan yang membuat kami tetap pada keyakinan bahwa Audit Keuangan yang menyeluruh dan terbuka adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kepercayaan publik dan Otoritas Pengawasan Konstruksi Nasional."
Rendra terkejut. Laila memang mencela Tuan Alpha, tetapi ia tidak membatalkan isi laporan strukturalnya! Justru, ia mengalihkan perhatian media untuk menuntut Audit Keuangan Terbuka! Sesuatu yang Rendra hindari mati-matian karena akan membuka korupsi 80 Miliar Binar.
Laila telah mengkhianati Arga di hadapan publik, tetapi pada saat yang sama, ia mengkhianati Rendra dengan strategi yang jauh lebih cerdas.
"Terima kasih," kata Laila, berbalik dan berjalan cepat dari panggung, meninggalkan Rendra dan Vino dalam kebingungan di depan lampu kamera yang menyala.
Arga menyaksikan siaran pers itu di gudang Aurora Tech.
"Dia melakukannya," bisik Dina. "Dia menyelamatkan timnya, tapi dia memaksakan Audit Keuangan. Laila sangat cerdas, Tuan Alpha."
"Dia mempertaruhkan reputasinya untuk memberi kita waktu 24 jam lagi," kata Arga, hatinya terasa hangat untuk pertama kalinya sejak ia meninggalkan rumah itu. Laila telah membuktikan bahwa dia layak dipercaya.
Arga melihat jam digital di server utamanya. Waktu kritis sudah tiba. Meskipun Titan Labs telah mundur, Arga tidak akan goyah.
"Rendra sedang sibuk merayakan 'kemenangan' palsunya. Dia tidak tahu badai sesungguhnya baru saja dimulai," kata Arga.
Arga menekan script terakhir yang telah ia persiapkan. Script itu tidak hanya mengirim file 80 Miliar, tetapi juga semua bukti pendukung (rekaman chat Binar, file transfer, dan laporan pajak) yang menunjukkan Rendra telah menutup mata terhadap korupsi Binar dan Vino selama bertahun-tahun.
"Alex, kirimkan file ini ke Kejaksaan Agung dan Komite Pencucian Uang. Gunakan encrypted protocol tertinggi," perintah Arga.
"Terkirim, Tuan Alpha," kata Alex, matanya bersinar.
Arga bersandar di kursinya. Senjata terbesar telah diluncurkan.
"Permainan sudah selesai, Ayah," bisik Arga. "Kau memilih hartamu dan keluarga barumu daripada anak kandungmu. Sekarang, kau akan kehilangan semuanya."
Saat fajar menyingsing, Arga menatap ke luar jendela gudang. Ia bukan lagi Arga, engineer yang terbuang. Ia adalah Tuan Alpha, bayangan yang telah menjadi badai.
Dihina, disakiti, diabaikan — hingga akhirnya ia memilih pergi, membawa luka yang berubah jadi kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, dunia berbalik.
Anak yang dulu diremehkan, kini berdiri di atas cahaya keberhasilannya.
mari masuk ke dunia Tuan alfa