Sebab , cinta adalah tindakan. Bukan hanya sekedar kata ataupun sebuah janji. Bahkan mengatakan “aku mencintaimu..”
Jadi, mencintai adalah sebuah keputusan besar yang dibuat didalam kehidupan. Saat waktu mempertemukannya dengan keluarga seseorang yang dicintainya. “aku semakin yakin untuk mencintaimu.” Bisiknya dalam hati.
Didalam jiwa, sesungguhnya sayap cinta takkan pernah patah. Kasih selalu disana , apabila ada cinta dihati yang sana pastilah ada juga cinta dihati yang sini. Sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 - Sahur In The PonPes
Satu hari menjelang hari pelaksanaan sahur bersama di pondok pesantren, Asma dan Asyam semakin sibuk memperbincangkan susunan acara yang akan mereka buat sebaik mungkin. Asyam duduk diatas sofa, sedangkan Asma duduk dilantai sambil memperhatikan laptop dari sisi kiri Asyam.
Nadia dan Salwa juga bersemangat mencari catering terbaik dan menghubungi satu-persatu. Syahrul dan Zidan mengecek peralatan dan perlengkapan yang diperlukan saat acara. Sedangkan Ihsan dan Silvi sedang mengurus keuangan di meja Ihsan.
“Alhamdulillah sudah adzan ashar. Baiknya kita sholat dulu. Lagi pula sehabis ini kita juga ada jam mengajar kan ? pasti para santri akan menunggu kita.” Ucap Ihsan , mengingatkan.
“astaghfirullah, kita sampai tak ingat waktu karna sangat bersemangat untuk mengisi ramadhan ini dengan kegiatan yang insya allah baik dan mendapat ridho allah.” Ucap Asma.
“iyah, subhanallah. Semoga apa yang kita lakukan sangat bermanfaat untuk orang-orang disekitar kita dan lelah kita terhitung pahala oleh allah.” Ucap Silvi.
“aamiin ..”
“yasudah, kita sholat lalu bersih-bersih diri dirumah dan kembali lagi ke masjid.” Ucap Syahrul.
“iya . ayuk kita sholat berjama’ah dilantai atas.” Ucap Ihsan.
Mereka kembali untuk membimbing adik-adik dan para remaja mengenal dan memahami tentang ajaran islam. Sore ini tidak ada halaqoh di bagian putri. Silvi menginginkan Asma dan Salwa untuk berbagi cerita kepada adik. Untuk remaja putri akan dibuat satu halaqoh yang akan di bimbing oleh Silvi dan Nadia.
“sore ini, insya allah ka asma akan bercerita lagi untuk adik-adik. Kalian senang kan kalau ka asma bercerita ?” ucap Silvi.
“senaaang ..”
“kalau begitu, gantian saja biar ka salwa yang bercerita.” Ucap Asma.
“tidak. Aku tidak menguasai cerita untuk anak-anak.” Sahut Salwa.
“ka asma saja yang bercerita.” Ucap salah satu santri.
“iya ka asma saja … ka asma saja ..” soraknya.
“baik adik-adik. Semuanya tenang, kali ini kaka akan menceritakan sebuah kisah seoarang nabi yang ditelan oleh ikan paus. Hayo siapa yang tau , siapakah nabi itu ? kalau tidak ada yang menjawab, ka asma tidak jadi bercerita.” Ucap Asma.
“itu nabi yunus alaihi salam, ka asma.” Ucap Salwa sambil mengangkat tangan.
“subhanallah.Iyah benar ka salwa. Dia adalah nabi yunus yang ditelan ikan paus karena meninggalkan kaumnya.” Ucap Asma.
Asma pun menceritakan tentang kisah salah satu seorang Nabi, yaitu Nabi Yunus as yang ditelan ikan paus karena meninggalkan kaumnya karena keputusasaan dan kemarahannya. Kaum Ninawa, yang terdapat di sebuah negeri dikawasan Timur Tengah yang hidup dalam kesesatan dan kebodohan.
Begitu sangat antusias dan fokus, adik-adik mendengarkan apa yang Asma ceritakan. Dengan gaya dan cara bicaranya yang khas saat bercerita.
Tibalah pada hari dimana SITP (sahur in the PonPes “pondok pesantren”) dilaksanakan. Ba’da sholat tarawih, semua berkumpul dihalaman masjid dengan barang-barang perlengkapan yang diperlukan. Dua mobil pribadi telah siap untuk dikendarai dan beberapa motor pribadi yang akan dikendarai oleh para lelaki.
Asyam, Ihsan dan Syahrul yang diboncengi oleh Zidan pun siap memimpin perjalanan. Teman-teman remaja perempuan pun beristirahat didalam mobil kecuali Asma yang lebih memilih membaca Al-Qur’an dengan tiupan angin dipinggir jendela kaca yang sedikit terbuka. Tanpa sengaja, Asyam sejajar mengendarai disamping pintu mobil tempat Asma duduk. Kepalanya sempat menoleh sedikit, dan ditemuinya seorang gadis yang disukainya sedang membaca Al-Qur’an dengan wajah yang teduh. Pandangannya kembali lurus kedepan dan melaju mendahului mobil akhwat.
Asma pun mengangkat pandangannya untuk mengetahui siapa yang tadi berada diluar kaca mobil. Didapatinya punggung lelaki yang dikenalinya dan plat yang bertuliskan “ASY”. Ia langsung menundukkan pandangannya sambil tersenyum dan kembali melanjutkan membaca Al-Qur’an untuk menenangkan hatinya kembali.
Sesampainya di Pesantren Al Karimah, semua kembali bersemangat bertamu menemui Ustadz Syam yang memimpin Pesantren yang berisikan santri-santri yatim piatu.
“assalamu’alaikum ustadz.” Sapa Ihsan.
“wa’alaikumsalam ustadz.” Balasnya.
“maaf hanya saya dan beberapa pengurus yang menyambut kedatangan antum. Santri-santri sudah beristirahat dikamar.” Jelasnya.
“tidak apa ustadz.” Sahutnya.
“mari-mari masuk.” Ucap Ustadz Syam.
Merekapun berkumpul di ruang tamu dengan sedikit perbincangan sebelum menempati kamar tamu untuk beristirahat.
“jadi bagaimana untuk acara nanti ?” tanya Ustadz Syam.
“susunan acaranya akan dijelaskan oleh asma, ustadz.” Ucap Ihsan.
“jadi untuk acara pertama kita seperti biasa pembukaan setelah qiyamullail dan akan dilanjut dengan sahur bersama lalu sholat subuh berjama’ah dan ada pembacaan alma’tsurat sekaligus sedikit materi yang akan disampaikan oleh beberapa teman-teman remaja di masing-masing halaqoh.” Jelas Asma.
“baiklah. Nanti asma akan dibantu oleh adik saya, kholifah.” Ucap Ustadz Syam.
“baik ustadz. Terimakasih.” Ucap Asma.
“kalau begitu, yang perempuannya bisa ikut ustadzah ifah ke kamar putri dan yang laki-lakinya ikut dengan Syahid ke kamar putra.” Jelas Ustadz Syam.
Para remaja pun beristirahat sejenak sebelum bangun kembali untuk melakukan qiyamullail. Terkecuali Asyam dan Ihsan yang masih duduk bersandar di dinding dengan meluruskan kaki dan membaca Al-Qur’an. Semua terlelap dalam mimpi masing-masing, begitu pula dengan para remaja akhwat.
Tak lama, dering alarm dihandphone Asma berbunyi membangun- kannya. Tepat pukul 01.00, Asma sedikit-sedikit membuka matanya yang terpejam dan mulai menggerakkan tubuhnya, lalu bangkit untuk duduk.
...Alhamdulillahilladzi ahyaanaa ba’damaa amaatana wa ilaihinnusyuur“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan) kami kembali setelah kami mati (tidur) dan kepadaNya kami kembali.”...
Asma pun membangukan Salwa dan Nadia selaku penanggung jawab konsumsi. Asma membangunkan untuk memastikan bahwa mereka telah mengabarkan ataupun menginformasikan tentang makanan yang telah dipesan. Asma pun mengoyok halus tubuh Nadia yang tidur disebelah kanannya.
“nadia .. bangun , sudah pukul satu. Kamu harus memastikan makanan yang kita pesan.” Ucap Asma.
“emmhh.. astaghfirullah (bangun dan terkejut lalu mengucak matanya). Iya asma, aku harus memastikan.” Ungkap Nadia.
“yasudah kamu coba hubungi, biar aku yang bangunkan yang lain.” Ucap Asma.
Sementara Asyam, Ihsan dan Zidan sedang menurunkan makanan dari mobil catering pesanan Nadia dan Salwa.
“halo iya, mba. Wa’alaikumsalam. Kami sudah sampai dipesantren , mba. Makanannya sedang diturunkan oleh teman-teman, mba.” Jelas petugas catering yang sedang menerima telefon.
“teman saya menelfon ya, mas ?” tanya Ihsan.
“iya, bang. Dia khawatir kami lupa mengantar.” Jawabnya.
“dimaklumi ya mas, mungkin dia panik dan tidak enak sama pihak pesantren dan para santri kalau makanannya telat datang.” Jelas Ihsan sambil mengoper seikat box pada teman disebelahnya.
“iyah, tidak apa, bang. Saya faham.” Ucap petugas itu.
“Assalamu’alaikum ..” ucap seorang gadis yang datang dengan langkah lari yang kecil.
“wa’alaikumussalam ..”
“nadia .. kenapa lari-larian, apa mau olahraga malam ..” ledek Ihsan.
“bang ihsan ini bercanda saja.” Sahut Nadia.
“nadia mau antar sisa uang untuk melunasi kekurangan yang kemarin.” Jelas Nadia.
“ini ya mas , coba dihitung lagi.” Ucap Nadia memberikan beberapa lembar uang ratusan kepada petugas catering.
“oke, mba. Pas ! terimakasih ya .. “ ucapnya.
“kalau gitu saya pamit dulu . assalamu’alaikum..” ucapnya pada semua.
“wa’alaikumussalam.”
Jarum jam tepat berada pukul 02.00, semua para santri, remaja dan pengurus pesantren telah berkumpul di masjid. Syahrul Ramadhan selaku ketua pelaksana memberikan sambutan. Setelahnya, Muhammad Ihsan Safaraz membacakan surat Ar Rahman ayat 1 sampai dengan 20.
Sedangkan para Remaja Putri dari kepanitiaan sedang menyiapkan dan menyusun nasi box di meja makan di kantin pesantren.
“Alhamdulillah .. kalau gitu, kita ke masjid yuk untuk qiyamullail bersama para santri.” Ucap Asma kepada Salwa yang berada disampingnya.
“iyah .. yuk.” Sahutnya.
“ka silvi , ustadzah ifah kita kemasjid yuk. Semuanya sudah siap kan ?” tanya Asma.
“Alhamdulillah sudah. Kebetulan aku lagi ngga sholat, biar aku jaga disini.” Ucap Silvi.
“biar sama saya juga disini, saya juga lagi halangan.” Ucap Ustazah Ifah.
“baik .. kalau gitu kami duluan.” Ucap Asma.
Barisan telah lurus dan dirapatkan. Dengan penuh ketenangan semua melaksanakan sholat malam yang di imami oleh Ustadz Syamil dengan bacaan QS. Al Muzzammil.
Setelah selesai, Ustadz Syahid pun mengintruksikan para santri untuk menuju kantin untuk melangsungkan sahur. Bagian kanan untuk santri putri dan bagian kiri untuk santri putra. Semua pun melangkah menuju kantin dengan jalan yang berbeda antara putra dan putri.
Dalam perjalanan, Asma yang berjalan didampingi oleh Salwa, wajahnya tampak terlihat pucat dan sesekali Ia memegangi kepala bagian kanannya. Salwa yang menyadarinya, cemas melihat keadaan saudara seimannya.
“asma.. kamu sakit ?” Tanyanya lembut sambil merangkul Asma.
“ngga, sal. Ngga apa-apa.” Ucap Asma.
“kamu istirahat saja dikamar biar nanti aku bawakan makanannya.” Ucap Salwa.
“tidak usah, biar aku kesana saja. Aku masih kuat ko.” Ucapnya sambil tersenyum.
Merekapun melanjutkan langkahnya dan tubuh Asma lunglai terbaring dilantai.
“innalillahi ..” ucap Salwa terkejut.
“bagaimana ini ?” Tanya Salwa yang terlihat panik dan langsung berlari menuju kantin.
Sesampainya, dengan tergesah-gesah dan nafas yang tidak beraturan, Salwa menghampiri Nadia. Nadia terkejut dan terlihat ikut cemas dengan kehadiran Salwa.
“ada apa , sal. Kenapa kamu lari-larian ?” Tanyanya.
“asma .. asmaa ..” ucap Salwa sambil menunjuk keluar pintu kantin.
“asma ? kenapa dia ?” Tanya Nadia.
“salwa .. tenanglah .. asma kenapa ?” Ucapnya.
“asma pingsan.” Jawab Salwa.
“innalillahi ..” Ucap Nadia yang langsung berlari dan disusul oleh Salwa.
Asyam yang melihat kepanikan kedua rekannya langsung berdiri dan sedikit berteriak untuk bertanya kepada Ustazah Ifah yang sejak tadi terlihat berada didekat Nadia.
“ada apa ustazah ifah ?” Tanya Asyam.
“katanya asma pingsan, ustadz.” Jawabnya.
“innalillahi ..” ucap semua.
Terlihat Silvi, Salwa dan Nadia sedang mengangkat Asma yang tak sadarkan diri. Asyam dan Ihsan langsung berlari mendekat namun tak bisa berbuat apa-apa. Para pengurus dan ustazah telah melakukan pertolongan kepada Asma dan membawanya ke Ruang Kesehatan. Tangannya langsung diberi suntikan infus dan diberi alat bantu pernafasan dihidungnya. Asyam dan Ihsan ikut hadir memperhatikan.
“kalau gitu, biar satu orang saja yang menjaga asma. Yang lainnya mohon bantu agar acara tetap terlaksana.” Ucap Ihsan.
“biar silvi saja yang jaga. Kebetulan silvi lagi halangan.” Ucap Silvi.
“tapi kamu juga harus tetap makan.” Ucap Ustazah Ifah.
“iya , ustazah.” Ucap Silvi.
“biar nanti saya bawakan makanannya untuk ka silvi.” Ucap Salwa.
“terimakasih salwa.” Ucap Silvi.
Acara tetap berlangsung sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam agenda yang telah disusun oleh Asma. Namun hingga acara selesai , Asma belum juga sadarkan diri. Dan akhirnya pesantren meminjamkan mobil kesehatan untuk membawa Asma pulang. Para remaja lelaki dan perempuan mengangkut perlengkapan yang masih berada di pesantren , juga membersihkan ruangan-ruangan yang terpakai untuk acara. Sementara Ihsan dan Syahrul berpamitan kepada Ustadz Syam dan Ustazah Ifah untuk pulang.
“terimakasih ustadz atas bantuannya demi kelangsungan kegiatan ramadhan dari para remaja.” Ucap Ihsan.
“sama-sama, ustadz. Jangan sungkan untuk kembali lagi kepesantren ini, barangkali ada yang bisa kami bantu untuk acara-acara para remaja.” Ucap Ustadz Syam.
“insya allah. Kalau gitu, kami pamit dulu. “ Ucap Ihsan.
“saya juga mohon maaf , ustadz. Jika ada kesalahan dalam acara baik kata maupun perbuatan.” Ucap Syahrul.
“kalau gitu , kami pamit dulu.” Ucap Syahrul
“assalamu’alaikum ..”
“wa’alaikumussalam..”
Bersambung .....
Ketegasan sikap seorang pria yang telah beristri sangat diperlukan pada perempuan yang selalu berusaha mendekat, karena ada hati yang harus dijaga, ada seseorang yang harus diutamakan.
Asyam salwa semoga dimudahkan jalan menuju halal
😘😘😘😘