NovelToon NovelToon
Cahaya Ditengah Hujan

Cahaya Ditengah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: 1337Creation's

"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.

Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?

Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah dipagi hari

Bab 9: Fitnah di Pagi Hari

Pagi itu, Rini sedang menyiapkan sarapan sederhana untuk Aditya dan Nayla ketika suara ketukan keras di pintu depan mengganggu kesibukannya. Suara teriakan mengikuti ketukan itu, membuat jantung Rini berdegup kencang.

"Rini! Keluar kamu! Dasar pencuri!" teriak suara perempuan dari luar.

Rini mengenali suara itu—Ibu Tati, tetangganya yang terkenal suka mencampuri urusan orang lain. Rini segera membuka pintu, dan di depan rumahnya sudah berkumpul beberapa tetangga, termasuk Ketua RT.

“Ada apa ini, Bu Tati?” tanya Rini, berusaha tetap tenang meskipun hatinya gelisah.

Ibu Tati menunjuk wajah Rini dengan penuh amarah. “Jangan pura-pura polos, Rini! Kamu mencuri uang saya, sepuluh juta rupiah! Uang itu saya simpan di lemari, dan sekarang hilang. Pasti kamu yang ambil, karena cuma kamu yang miskin di sini!”

Rini terkejut mendengar tuduhan itu. “Apa? Saya tidak pernah masuk ke rumah Ibu, apalagi mencuri! Jangan sembarang menuduh, Bu Tati!”

Namun, Ibu Tati tidak peduli. Ia semakin berteriak, mengundang lebih banyak warga untuk datang. Bahkan Ibu Ayna, yang rumahnya tidak terlalu jauh, ikut bergabung di kerumunan.

“Jangan pura-pura, Rini,” kata Ibu Ayna dengan nada dingin. “Kemarin saja kamu datang ke rumahku minta beras. Kamu jelas-jelas miskin dan suka minta-minta. Sekarang mencuri pun kamu berani!”

Rini merasa darahnya mendidih mendengar kata-kata itu. Ia mencoba membela diri, tetapi Ketua RT—yang sudah terpengaruh oleh keramaian—ikut berbicara.

“Rini, kami tidak ingin ada pencuri di lingkungan ini. Kalau memang kamu melakukannya, lebih baik akui saja sekarang sebelum masalah ini semakin besar,” kata Ketua RT dengan nada serius.

Rini menggeleng keras. “Saya tidak mencuri! Saya bersumpah, saya tidak pernah mengambil uang Ibu Tati atau siapa pun!”

Tetapi kerumunan terus mendesaknya, dan Rini merasa semakin terpojok. Air matanya mulai mengalir, tetapi ia tetap berusaha mempertahankan suaranya.

“Bagaimana bisa kalian percaya tanpa bukti?” serunya dengan suara bergetar. “Hanya karena saya miskin, bukan berarti saya pencuri!”

Tiba-tiba, dari kejauhan, seorang pria dengan sorban putih berjalan mendekati kerumunan. Itu adalah Ustadz Hazam, seorang tokoh agama yang dihormati di lingkungan mereka.

“Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut di pagi hari?” tanyanya dengan suara tenang tetapi penuh wibawa.

Ketua RT segera menjelaskan situasinya, menambahkan bahwa mereka mencurigai Rini sebagai pencuri uang Ibu Tati. Ustadz Hazam mendengarkan dengan seksama, lalu mengangkat tangannya untuk meminta semua orang diam.

“Baiklah,” kata Ustadz Hazam dengan nada tegas. “Jika memang ada uang yang hilang, mari kita selesaikan ini dengan baik. Tetapi ingat, menuduh tanpa bukti adalah dosa besar.”

Ibu Tati maju dengan wajah penuh emosi. “Ustadz, saya yakin dia yang mengambil uang saya. Lihat saja, siapa lagi yang miskin di sini selain dia? Orang seperti dia hanya tahu meminta-minta dan mencuri!”

Rini menangis mendengar tuduhan itu, tetapi ia tetap berdiri tegak. “Ustadz, saya bersumpah di hadapan Allah, saya tidak mencuri uang itu.”

Ustadz Hazam menatap Ibu Tati dengan mata tajam. Lalu, tanpa berkata banyak, ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil sejumlah uang.

“Ini,” katanya, menyerahkan uang sepuluh juta rupiah kepada Ibu Tati. “Anggaplah ini melunasi ‘utang’ Rini, meskipun saya yakin ini hanyalah fitnah. Jika benar ini fitnah, semoga Gusti Allah membalasnya dengan keadilan-Nya.”

Kerumunan terdiam. Ibu Tati menerima uang itu, tetapi wajahnya terlihat canggung. Ketua RT dan beberapa warga mulai tampak ragu dengan tuduhan mereka, sementara Ustadz Hazam melanjutkan.

“Saudara-saudara, ingatlah bahwa kita tidak boleh menuduh tanpa bukti. Jika memang Rini tidak bersalah, kalian semua yang ikut menuduh akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Mari kita bubar, dan berhenti mempermalukan sesama.”

Kerumunan perlahan-lahan membubarkan diri, meninggalkan Rini yang masih berdiri di depan pintunya dengan air mata mengalir.

“Terima kasih, Ustadz,” kata Rini dengan suara lirih.

Ustadz Hazam tersenyum kecil. “Rini, sabarlah. Ujian ini berat, tetapi Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang sabar dan jujur. Tetaplah kuat demi anak-anakmu.”

Rini mengangguk, meskipun hatinya masih terasa sakit. Ia tahu, perjalanan hidupnya masih panjang dan penuh cobaan. Tetapi dengan kehadiran orang seperti Ustadz Hazam, ia merasa ada harapan untuk melewati semuanya.

---

1
Ana Akhwat
Terlalu banyak dramanya Thor akhirnya pembacanya banyak yang eneg/Pray//Pray//Pray/
♪Ace kei jett♪: Halo para pembaca setia,

Terima kasih banyak sudah mengikuti cerita ini hingga sejauh ini. Aku sangat menghargai setiap masukan dan komentar kalian, termasuk kritik yang membangun. Aku sadar bahwa beberapa dari kalian merasa bahwa dramanya terlalu banyak sehingga agak melelahkan untuk dibaca.

Aku ingin meminta maaf jika bagian itu membuat pengalaman membaca kalian kurang nyaman. Di bab-bab selanjutnya, aku akan berusaha mengurangi unsur drama yang berlebihan dan lebih fokus pada inti cerita utama agar alurnya lebih mengalir dan tetap menarik untuk dinikmati.

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan dan kesabaran kalian. Kritik dan saran kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Semoga kalian tetap menikmati kelanjutannya!

Salam,
[Penulis]
total 1 replies
Hennyda Wati Gmanik
Biasa
Hennyda Wati Gmanik
Buruk
Yati Syahira
cape bacanya
♪Ace kei jett♪: "Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar! Maaf kalau bab ini terasa panjang dan bikin capek bacanya. Aku bakal jadikan ini sebagai masukan supaya ceritanya tetap enak diikuti tanpa kehilangan esensinya. Tapi aku tetap apresiasi banget kamu sudah sampai di sini. Semoga bab-bab selanjutnya lebih nyaman dibaca. Makasih lagi!"
total 1 replies
Yati Syahira
aduuh masa bodoh diem saja di injak injak begitu bisa panggil bosya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!