NovelToon NovelToon
Aku Di Sini Istriku

Aku Di Sini Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nadya

Demi menjalankan wasiat dari almarhum Om nya Kean rela menikahi Tasila yang merupakan istri dari sang om yang ditinggal meninggal. Kean rela menikahinya secara diam-diam demi bisa merawat dan menjaganya karena sejak ditinggal meninggal oleh sang Om Tasila menderita obsessive compulsive disorder.
Dengan sabar dan ikhlas Kean berusaha mempertahankan pernikahannya walaupun beberapa kali ia merasakan sakitnya tak dianggap. Namun, Kean tak menyerah! Demi mendapatkan hati istrinya Kean rela melakukan apapun bahkan hal-hal konyol yang sebenarnya bukanlah ciri khasnya sebagai seorang CEO muda yang cool.
____
Mampukah Kean mendapatkan hati Tasila seiring berjalannya waktu? Dan mampukah ia membuat sang istri benar-benar sembuh dari penyakitnya?
•••••••
(SEQUEL The Waits Gets Duda Elegan-Bisa dibaca terpisah)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Orang Lain

"Kok bisa si Bi, Tasila sampai keluar sendirian?" Kean menatap Bi Siti setengah marah.

"Maaf Den Bibi lagi masak jadi Bibi gak tau kalo Nyonya keluar." Bi Siti menunduk merasa bersalah.

Kean menghela nafas gusar.

"Yaudah mulai sekarang Bibi lebih hati-hati lagi ya, jangan diulangi lagi."

"Iya Den maaf."

"Yaudah Bibi lanjut urus rumah, Tasila biar saya yang jaga."

"Iya Den, Bibi permisi." Bi Siti pun berjalan keluar kamar.

Kean mendudukkan dirinya di atas sofa dekat ranjang Tasila berbaring. Ia memperhatikan perempuan yang kini sedang berbaring menutup mata di depannya itu dengan perasaan campur aduk.

Cerita kakek Tasila tiba-tiba saja teringat dibenaknya hingga membuatnya semakin prihatin dengan kondisi perempuan cantik itu.

"Sejak kecil Tasila jarang sekali mendapatkan perlakuan baik dari saudara-saudaranya termasuk neneknya sendiri. Ayah ibunya pun seiring berjalannya waktu selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, ditambah waktu Tasila remaja ayahnya mengalami stroke sebelum akhirnya meninggal dan disusul dengan sang ibu yang menderita penyakit kanker.

Dia pun tinggal bersama pamannya namun, lagi-lagi nasib baik tidak berpihak kepadanya. Di rumah sang paman Tasila malah dijadikan babu tanpa upah oleh Bibi dan sepupunya.

Saat bertemu dengan Gezze dia seperti mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Dicintai dengan hebat oleh laki-laki yang tepat. Dia seperti baru saja merasakan kehidupan yang sebenarnya.

Di puncak-puncak kebahagiaannya tiba-tiba saja laki-laki yang sangat dia sayangi pergi. Otaknya berusaha ikhlas namun hatinya tak bisa berbohong bahwa dia merasakan kesedihan yang amat begitu dalam.

Tanpa Gezze, Tasila sangat takut akan kembali ke fase kehidupannya yang lama. Selalu di remehkan, direndahkan, selalu dianggap salah. Dia belum siap kehilangan kebahagiaannya yang baru Ia rasakan seujung kuku itu. Istilahnya dia baru saja memulai namun sudah game over ditengah jalan.

Jadi jelas saja OCD yang dia derita pasti karena rasa depresi dan rasa shocknya. Serta paksaan takdir yang begitu kejam ini seolah merenggut kesehatan sikisnya hingga hal-hal yang sudah tidak ada selalu Tasila anggap ada."

Kean memejamkan matanya yang terasa mulai berair. Sungguh berat kehidupan seorang Tasila hingga harus mengalami goncangan ujian yang bertubi-tubi.

"Menganggap orang yang telah tiada tetap ada. Sama halnya seperti para pengidap OCD yang ketakutan dengan hal-hal yang kotor. Namun bedanya yang Tasila takutkan yaitu kehilangan. Pada dasarnya Tasila memang belum siap kehilangan sosok Om Gezze di dalam hidupnya."

Memang pada awalnya Kean merasa bingung saat sang psikiater mendiagnosis Tasila mengalami OCD karena yang Kean tau OCD itu penyakit yang mana penderitanya kebanyakan akan merasa takut pada suatu hal seperti takut kotor, tidak suka berantakan, mengumpulkan barang-barang aneh, bahkan konon katanya ada yang memiliki OCD menghitungi rambutnya sendiri.

Sedangkan Tasila dia termasuk tipe OCD akibat depresi dan rasa shocknya. Rasa shock dan depresi yang bercampur memaksa hatinya untuk percaya pada halusinasi otaknya dan berharap bahwa real life yang di alaminya tidak benar-benar terjadi.

Hingga dunianya seolah jungkir balik yang awalnya fakta menjadi kebohongan. Hal itulah yang membuat Tasila selalu mengclaim bahwa suaminya masih hidup. Hingga untuk membuktikannya atau lebih tepatnya memaksa menghapus bukti real, Tasila selalu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang selalu Ia lakukan untuk melayani suaminya seolah suaminya masih hidup.

Dan tindakan itu di luar dari kendali otak normalnya. Tasila tidak bisa menghentikan tindakannya karena saat OCD nya kambuh dirinya seolah masuk ke dunia yang berbeda. Ia tiba-tiba linglung tanpa sebab dan otaknya menjadi sangat agresif dan pemaksa.

Apa yang terjadi jika Ia tidak melakukannya? Tasila akan merasa sangat cemas bahkan kecemasannya itu bisa saja sampai membuatnya menjerit-jerit ketakutan seperti waktu Bi Siti menyembunyikan boneka gajahnya.

"Eugghh..."

Kean terbangun dari duduknya mendengar lenguhan itu.

"Alhamdulillah kamu udah sadar."

"Kean?" Tasila terbangun dari posisi tidurannya sambil memegangi pelipisnya.

"Tiduran aja kalo pusing." Saran Kean.

"Bi Siti mana? Kok kamu di kamar saya?" Kean terdiam dan bingung harus menjawab apa.

"Ke?" Kean tersadar dari lamunannya.

"I__iya?"

"Pintunya buka. Kita bukan mahram gak pantes kita berduaan di tempat yang tertutup." Pinta Tasila.

Kean hanya mengangguk dan berjalan menghampiri pintu seraya membukanya.

"Saya panggil Bi Siti dulu ya. Kamu belum minum obat, kan?" Tasila menggeleng.

Kean pun pergi dari kamar Tasila dan bergegas mencari Bi Siti. Kean pun akhirnya menemukan Bi Siti di dapur sedang memasak beberapa lauk.

"Bi, saya titip Tasila ya. Bibi kasih obat gih, dia belum minum obat, kan pagi ini?"

"Belum den. Iya nanti bibi anter obat buat nyonya sekalian sarapan juga."

"Okeh makasih Bi, saya ke paviliun dulu. Kalo ada apa-apa kabarin saya."

"Siap Den."

****

Clek...

Bi Siti berjalan memasuki kamar Tasila sambil membawakan sepiring nasi dan lauk.

"Sarapan dulu Nya." Tasila yang nampak sedang duduk bersandar pada headboard kasur pun menoleh.

"Bibi kemana aja? Kenapa tadi waktu aku pingsan Kean yang jagain aku? Gak boleh loh Bi perempuan dan laki-laki yang bukan mahram berada dalam satu ruangan tertutup hanya berdua."

"T__tadi Den Kean bibi temenin juga kok di sini. Tapi bibi keluar sebentar buat ambil sarapan ya Nyonya." Tasila menghela nafas mendengar penjelasan Bi Siti.

"Yaudah tapi lain kali jangan gitu lagi ya Bi. Kean itu orang lain di rumah kita, bahkan dia tergolong sebagai tamu."

Bi Siti menunduk dan mengangguk patuh.

"Iya Nya maaf, bibi janji gak akan ngulangin lagi."

"Yaudah sini makanannya aku makan sendiri, bibi boleh istirahat."

Entah kenapa hati Bi Siti mendadak terasa sesak seolah Bi Siti berempati terhadap Kean. Seorang suami yang diasingkan oleh istrinya sendiri.

Bi Siti tidak dapat membayangkan bagaimana sakitnya hati Kean jika saja laki-laki itu mendengar ucapan Tasila tadi yang mengatakan bahwa Kean adalah orang lain di rumah ini.

"Bi? Kok bengong. Aku udah izinin bibi istirahat loh."

"Ah, iya Nya Bibi permisi dulu."

1
Marya Dina
ayo tas kean.. ikur kenangan tipis2 dulu nnumbuhin rasa2 dulu
seneng klo udh liat begini
semangat othorr💪💪💪🤭
Marya Dina
gak pp sila goda aja kean terus
semoga kebahgiaan menghampiri kalian .
Marya Dina
cie ciee tasila seneng kan.
mooga bisa nerima kean.. sila..
Marya Dina
yes . akhirnya biar tasila tau...
mau liat bucin nya mereka lgi.
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Marya Dina
sy udh baca sampe 7bab. tapi kyak nya d baru y thor kemren d hapus
larasatiayu: bc pnyaku jg dong
Marya Dina: eh iya yak q baca sampe rasa syukur..🤭
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!