Generasi Awal Klan Pratomo
Kita ke tahun 1900an
Pertemuan GKRM Haryo Pratomo dengan gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover sangatlah diluar Nurul. Pasangan beda bangsa dengan kondisi Indonesia masih dijajah Belanda, membuat hubungan keduanya ditentang pihak kerajaan Yogyakarta.
Namun Haryo sangatlah keras kepala. Dia tetap memilih Carlotta sebagai pasangannya. Keduanya diuji saat Haryo diharuskan menikahi seorang gadis ningrat Jawa.
Bagaimana sikap Haryo?
Ini adalah generasi awal klan Pratomo
Jika ada salah sejarah, mohon dimaafkan karena cerita ini fiktif belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Rumah Surtini
Daniel dan Haryo menatap Carlotta dengan tatapan berbeda tapi intinya sama Apa maksudnya ?
"Carlotta..." Daniel menegur putrinya.
"Maaf Papa... " Carlotta menggigit bibir bawahnya.
Haryo hanya menghela nafas panjang. Ampun deh gadis ini sangat blak-blakan tapi mending jujur sih daripada bicara di belakang.
"Kenapa kamu ingin ke Den Haag?" tanya Daniel. "Karena Haryo mau ke Den Haag?"
"Aku kangen sana, Papa. Karena aku tidak boleh pergi sendirian, dan mas Haryo hendak kesana terus Papa dan Mama juga sudah kenal... Kenapa tidak aku pergi dengan orang yang kalian tahu dan kenal..." ucap Carlotta dengan penuh percaya diri.
"Oh my God... Tidak seperti itu konsepnya, sayang. Papa dan Mama baru kenal Haryo hari ini ... Ijin papa baru turun kalau memang Haryo memenuhi syarat.." ucap Daniel pada akhirnya karena tahu putrinya sangat super ngeyel dan keras kepala kalau sudah punya karep ( kemauan ).
Haryo melirik ke arah Carlotta yang dibalas dengan kedipan genit sebelah mata gadis itu membuat pipi pria Jawa tersebut merona.
Ya Allah ... Berani sekali genit di depan ayahnya.
Menjelang sore, Haryo pun berpamitan usai acara minum teh bersama dan Carlotta mengantarkan pria itu hingga ke depan pintu gerbang.
"Kapan aku bertemu dengan kakakmu?" tanya Carlotta.
"Bagaimana jika besok? Kamu ke gereja?" tanya Haryo.
"Yes. Bagaimana habis misa pagi? Kita naik mobil dan aku yang menyetir..." senyum Carlotta.
Haryo melongo. "What?"
"Oh mas Haryo, jangan macam terkejut seperti itu. Mobilku itu sudah sering aku setir kalau Papa malas nyetir. Jadi kita bertemu di keraton?"
Haryo menggelengkan kepalanya. "Aku yang akan kemari dan aku yang menyetir..."
Giliran Carlotta melongo. "Memang mas Haryo bisa nyetir?"
"Kita lihat saja besok... Aku pulang dulu Carlotta." Haryo menuntun sepedanya.
"See you tomorrow, mas Haryo" senyum Carlotta sok imut.
Haryo tertawa melihat gaya Carlotta yang centil tapi tetap sophisticated, elegan tapi tidak murahan. Gadis yang menggemaskan.
"Bye Carlotta."
***
Hari Minggu ini Carlotta sudah bersiap usai mengganti gaunnya dari gaun gereja menjadi gaun santai tapi tetap anggun.
Carlotta von Hoover
"Kamu jadi pergi dengan Haryo?" tanya Caroline saat melihat putrinya menunggu kedatangan Haryo.
"Jadi Mama... " jawab Carlotta.
"Jangan lupa bawakan ini untuk kakaknya Haryo... Mama membuatnya tadi pagi ..." Caroline menyerahkan kotak makanan dari kaleng.
"Apa ini Mama?"
"Bitterballen dan Oliebollen. Pasti mereka suka ..."
Tak lama Haryo pun datang dengan sepeda onthelnya dan mengenakan pakaian santai tapi tetap tidak menghilangkan aura ningratnya.
"Maaf sedikit terlambat, ban sepeda aku kempes jadi harus dipompa dulu..." ucap Haryo dengan tatapan tidak enak.
"Kamu hanya terlambat lima menit Haryo. Ohya, apa benar kata Carlotta, kamu bisa menyetir Buick?" tanya Caroline.
"Bisa Tante..." jawab Haryo sambil menuntun sepedanya masuk ke dalam garasi.
"Bagaimana jika saya saja yang menyetir, Ndoro. Bukan apa-apa... Saya lebih hapal tekniknya..." tawar Pak Trisno.
"Nah iya. Sama Trisno saja lah. Biar kalian semua santai..." ucap Caroline.
Carlotta menatap Haryo yang akhirnya mengangguk. "Oke mama, kita sama pak Trisno..."
"Good. Bawa ini jangan lupa Carlotta..." Caroline menyerahkan kotak makanan itu.
"Oom Daniel kemana Tante, aku mau pamitan karena mengajak pergi Carlotta..." tanya Haryo membuat Carlotta yang hendak pergi, tertegun mendengarnya.
"Papanya Lotta sedang kumpul-kumpul dengan teman-temannya di restauran dekat Tugu. Jadi tidak ada di rumah ... Biasa kalau hari Minggu ..." jawab Caroline.
"Kalau begitu aku pamit dulu Tante... Nanti usai makan siang kami pulang..." pamit Haryo sementara pak Trisno sudah siap di Buick.
"Jangan malam-malam ya..." senyum Caroline.
"Tidak Tante. Kami sudah sampai rumah menjelang asar ... " senyum Haryo.
"Pergi dulu mama..." Carlotta mencium pipi ibunya dan berjalan menuju mobilnya.
"Permisi Tante Caroline..." pamit Haryo.
"Hati-hati."
***
Haryo mengacuhkan pandangan orang yang mana dia duduk bersama seorang gadis Belanda yang disupiri oleh orang Jawa. Carlotta tampak senang bisa bersama Haryo dan menikmati pemandangan menuju Sleman. Jalan yang lengang karena hari Minggu, membuat perjalanan mereka lancar sebab banyak orang memilih untuk beristirahat di rumah.
Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir satu jam, mereka pun tiba di sebuah rumah dengan halaman yang asri dipenuhi berbagai tanaman baik itu bunga maupun buah-buahan. Mobil Buick itu masuk ke dalam halaman rumah yang memiliki jalan dengan kerikil hingga menimbulkan suara spesifik dan membuat penghuni rumah pun keluar.
Surtini melongo saat melihat dari jendela ada mobil asing di depan dan lebih terkejut lagi saat tahu siapa yang di kendaraan itu. Wanita berkebaya dan bersanggul sederhana itu pun keluar menyambut tamu-tamunya.
"Assalamualaikum mbak Tini... " senyum Haryo sambil membantu Carlotta turun dari mobil.
"Wa'alaikum salam... " jawab Surtini bingung karena dia tidak menyangka jika gadis yang ditaksir adiknya ayu tenan.
"Siapa yang datang, Jeng Tini?" tanya Wicaksono sambil menggendong Atmaja. "Lho mobilnya Meneer Daniel?"
"Deloken ( lihat ), adikku gowo anake Meneer Daniel ( adikku bawa anaknya Meneer Daniel )" ucap Surtini.
"Ya Allah, ayu tenan..." gumam Wicaksono yang langsung mendapat pendelik dari Surtini.
"Mas !"
"Kulonuwun ..." salam Carlotta sambil tersenyum manis.
"Carlotta, perkenalkan ini mbakyuku, mbak Tini dan ini suaminya Mas Wicaksono, lalu ini anak mereka, Atmaja, biasa dipanggil Atan ... " senyum Haryo sambil memperkenalkan Carlotta ke keluarganya.
"Halo mbak Tini, mas Wicaksono, saya Carlotta von Hoover... Maaf mengganggu hari Minggu ini. Soalnya mas Haryo bilang kalau mbak Tini ingin bertemu saya..." senyum Carlotta manis. "Oh ini ada kue buatan Mama saya ... Masih hangat. Atan mau?"
"Ya ampun mamamu sampai repot-repot... Yuk masuk dulu. Eh sopirnya namanya siapa?" tanya Surtini.
"Pak Trisno..." jawab Carlotta.
"Pak Trisno, Monggo pinarak ( silahkan duduk )" panggil Surtini sambil menunjuk kursi teras.
"Njih Ndoro ..." jawab Pak Trisno sopan dan tidak enak karena tahu nyonya rumah itu siapa. Duh memang keluarga yang sangat humble.
"Yuk masuk ... Kita minum teh dulu atau..."
"Air putih dulu mbak, haus aku..." jawab Haryo sambil mengambil kendi dan menuangkan isinya ke dalam gelas belimbing yang tersedia di meja makan lalu menenggaknya hingga habis. "Carlotta mau?" Haryo mengisikan gelasnya dan memberikan pada gadis itu.
"Heh ! Mbok nganggo gelas anyar ! Kuwi kan bekasmu ! Nek Kowe flu piyeee ? Nular-nulari ( pakai gelas baru ! Itu kan bekasmu ! Kalau kamu sakit flu gimana ? Nulari )" omel Surtini yang gemas dengan kelakuan adiknya yang sangat santai.
"Tidak apa-apa, mbak Tini. Mas Haryo tidak flu kok..." senyum Carlotta sambil minum air putih dari gelas yang sama yang dipakai Haryo.
Surtini menepuk jidatnya. Alamat wis !
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂💕
🌹☕ ❤