NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:228.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan Luna

Danzel menyelesaikan pekerjaannya di kantor dan pulang setelah jarum jam hampir menunjukkan pukul 12 malam. Wajah lelahnya terlihat jelas ketika turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah. Namun, seperti malam sebelumnya, dia kembali menemukan Luna tertidur di sofa.

Danzel menatapnya sejenak, kemudian mengedikkan bahunya acuh. Tapi, ketika hendak pergi dan berniat membiarkan Luna tidur di sofa, perasaan tak tega tiba-tiba menyerang Danzel. Dia tidak tega membiarkan Luna tertidur di sofa. Bagaimanapun, dia pernah merasakan tidur di sofa. Dan itu sangat tidak nyaman.

Danzel meletakkan tas kerjanya di meja yang berada tepat di depan sofa, kemudian mendekati Luna. Dia kembali terdiam memandangi wajah tenang Luna.

"Jika setiap hari kau tenang seperti saat kau tidur, aku tidak akan terus marah-marah," gumam Danzel.

Dia menundukkan tubuhnya, hendak menggendong Luna ke kamar. Namun, belum sempat tangannya menyentuh tubuh Luna, gadis itu tiba-tiba terbangun. Sontak, dengan cepat Danzel menegakkan kembali tubuhnya dengan perasaan salah tingkah.

"Emmh... kau sudah kembali?" tanya Luna dengan suara seraknya. Dia beranjak dari posisi berbaringnya menjadi duduk. Mengucek matanya pelan, lalu kembali menatap Danzel yang hanya diam tak menjawabnya.

"Kau sudah makan?"

"Hmm." Hanya deheman yang terdengar. Tapi, itu sudah cukup bagi Luna.

Gadis itu meregangkan tubuhnya kemudian berdiri. Dia meraih tas kerja Danzel, lalu tanpa rasa malu mengandeng tangan lelaki itu, mengajaknya ke kamar.

Entah Luna sadar atau tidak atas perbuatannya, yang jelas Danzel tidak suka. Dia dengan perasaan kesal yang tiba-tiba muncul pun menepis tangan Luna. Membuat Luna mendongak menatapnya.

"Aku tahu jalan ke kamar! Tidak perlu menggandeng!" ucap Danzel dingin.

Luna menatap tangannya yang ditepis Danzel. Dalam hatinya, dia merutuki perbuatannya. Tapi, ini murni karena rasa ngantuknya, bukan karena dia sengaja.

Danzel yang tak mau mendengar apapun melangkah terlebih dahulu meninggalkan Luna. Dia tidak ingin mendengar apapun dari gadis itu, yang mungkin akan menyulut amaranya.

Melihat Danzel yang mulai menjauh, Luna dengan segera mengikuti lelaki itu. Langkahnya sedikit berlari agar bisa mengimbangi langkah lebar Danzel. Namun, Danzel yang tiba-tiba berhenti di pertengahan tangga menuju lantai dua membuat Luna tak sengaja menabrak punggungnya. Gadis itu hampir saja terjatuh. Tapi beruntung, Danzel dengan cepat berbalik dan menahannya.

"Kenapa kau ceroboh!" sentak Danzel, melepas tangan Luna ketika gadis itu sudah berdiri dengan benar.

"Kau marah padaku? Jelas-jelas aku hampir terjatuh karena menabrak punggungmu. Kau tiba-tiba berhenti tanpa memberi tahu," ucap Luna. Dia mengusap-usap keningnya yang masih terasa sakit. Punggung Danzel sangat keras, dan begitu sakit saat ia terbentur tadi.

"Kau pikir aku tahu kau berada di belakangku?"

Luna terdiam. Ya, dia tidak bisa menyalahkan Danzel. Laki-laki itu tidak tahu jika dia mengikutinya.

"Ya, itu salahku," ucap Luna dengan wajah yang sedikit ditekuk. Entah kenapa, dia tidak rela mengakui jika itu kesalahannya.

Danzel tak ambil pusing lagi. Dia berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Luna juga kembali mengikuti laki-laki itu hingga mereka memasuki kamar. Luna meletakkan tas Danzel di tempat biasa, kemudian menghampiri Danzel yang duduk di sofa.

"Kau mau mandi?" Danzel tak menjawab, membuat Luna berdecak pelan.

Gadis itu tak bertanya lagi. Dia langsung menuju kamar mandi, menyiapkan air hangat untuk Danzel mandi, lalu keluar.

"Air hangatnya sudah aku siapkan," ucap Luna, kemudian berjalan menuju walk in closet. Dia menggambil pakaian Danzel dan meletakkannya di kasur.

"Ini baju gantimu. Cepatlah mandi. Setelah itu, kita makan bersama."

Danzel yang sejak tadi menunduk menatap handphonenya langsung mendongak menatap Luna. Sorot matanya begitu tajam.

"Kenapa? Apa aku salah?" tanya Luna dengan wajah polosnya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan Danzel. Dia hanya menyuruhnya mandi dan mengajaknya makan bersama. Tapi, laki-laki itu malah menatapnya tajam tanpa alasan.

"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan menyuruhmu mandi dan makan. Kau lakukan saja apa yang kau inginkan. Tapi, aku harus ke dapur. Perutku sudah begitu lapar," ucap Luna, kemudian berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar tersebut.

Danzel baru melepas tatapannya pada Luna setelah pintu kamar tertutup. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, kemudian menarik nafasnya panjang.

"Aku tidak menyangka akan terjebak dengan gadis seperti Luna," gumam Danzel. Dia lalu memejamkan matanya. Tapi, ucapan Luna barusan membuatnya kembali membuka matanya.

"Tunggu! Dia bilang, jika dia sangat lapar? Apa dia belum makan?" gumam Danzel lagi. Dia terdiam memikirkan Luna yang mungkin belum makan karena menunggunya. Tapi, beberapa detik kemudian, Danzel menepis semua pikirannya itu.

"Ck. Kenapa aku harus memikirkannya? Biarkan saja. Bukan aku yang menyuruhnya untuk menahan laparnya," gumam Danzel, kemudian beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi.

***

Luna meminum airnya hingga tandas setelas menghabiskan makanannya. Dia lalu membereskan bekas makannya, kemudian mencucinya. Dia juga kembali membersihkan meja meskipun tidak ada yang kotor di meja tersebut.

"Akhirnya, perutku terisi juga," ucap Luna.

Setelah semuanya beres, Luna kembali ke kamar. Dibukanya pintu kamar dengan pelan, takut menggangu Danzel yang sedang tertidur. Tapi, ternyata dia salah. Danzel belum tertidur. Laki-laki itu sedang serius menatap IPadnya sambil duduk selonjor di atas kasur dengan punggung yang bersandar di sandaran ranjang.

"Kau belun tidur?" tanya Luna sambil menutup kembali pintu. Dan seperti biasa, Danzel tak mengatakan satu kata pun untuk menjawab pertanyaan Luna.

Luna menarik nafasnya sambil terus mengatakan pada dirinya sendiri untuk sabar menghadapi Danzel. Setelah merasa tidak kesal lagi, Luna bergegas menaiki ranjang, berbaring di sebelah Danzel.

Danzel meliriknya sekilas, lalu mendengus dalam hati. Dia benar-benar tidak suka Luna tidur di ranjangnya. Dia harap, gadis itu memiliki malu dan tidur di kamar lain. Tanpa mengatakan apapun, Danzel mematikan IPadnya kemudian berbaring membelakangi Luna.

Luna tersenyum tipis. Dia tahu, Danzel meliriknya tadi. Dan dengan tiba-tiba, Luna memiliki ide untuk mengganggu laki-laki itu. Luna sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat pada Danzel. Jari tangannya menusuk punggung Danzel.

"Danzel," panggil Luna sambil terus menekan jarinya pada punggung Danzel.

"Danzel, kenapa kau selalu diam ketika aku memanggil atau bertanya padamu? Apa aku sangat buruk di matamu?"

"Kau tidak suka aku memberikan perhatianku padamu?"

Danzel sama sekali tak menjawab ocehan Luna. Laki-laki itu tak sedikit pun memiliki niat untuk berbalik menatap Luna. Hal itu membuat Luna menarik nafasnya panjang. Dan dengan berani, dia semakin mendekatkan tubuhnya pada Danzel, kemudian memeluk laki-laki itu dari belakang.

Danzel yang terdiam sejak tadi seketika terkejut. Rahangnya mengeras. Luna benar-benar memancing amarahnya saat ini. Dan dengan tak sabar, Danzel mencengkram tangan Luna yang melingkar di tubuhnya.

"Lapaskan Luna!!" sentak Danzel penuh emosi. Tapi, meski begitu, dia mengurangi kekuatan cengkramannya di tangan Luna, agar tidak menyakiti gadis itu. Dia reflek melakukannya.

"Aku tidak akan melepaskannya," balas Luna kekeh, dan semakin mengeratkan pelukannya. Tapi sejujurnya, dia sangat malu melakukan itu.

"Luna! Kau melewati batasmu! Aku bisa saja menyakitimu!"

"Lakukan saja. Tapi, jangan salahkan aku kalau kesehatan kakek menurun ketika tahu, kau menyakitiku."

Danzel terdiam dengan gigi bergemelatuk. Luna benar-benar membuatnya emosi, sekaligus membuatnya berusaha menahan emosi. Danzel tak mengatakan apapun lagi. Namun, cengkramannya pada tangan Luna masih belum terlepas. Keduanya saling terdiam dengan posisi yang sama. Hingga tanpa sadar, keduanya sama-sama terlelap dalam posisi Luna yang masih memeluk Danzel.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!