NovelToon NovelToon
Waffle Caramel

Waffle Caramel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Teen School/College / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:751
Nilai: 5
Nama Author: Rheanzha

Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.

Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekolah Baru, Penampilanku yang Baru

Mentari sekarang tepat bertengger di atas kepala, hiruk-pikuk di jalan-jalan kota masih sama. Padat dengan kendaraan yang hilir-mudik setiap harinya. Begitupun dengan Rin dan Raka, yang beberapa saat yang lalu berada di kepadatan itu.

Sebuah pagar terbentang dan menjulang, sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Saat pagar itu dibuka, terpancar kemewahannya, halaman depan yang luas dihiasi dengan deretan bunga mawar dan lainnya, dan bangunan rumahnya memiliki keunikan arsitekturnya sendiri.

"Kak Rin, kamu pulang dengan siapa? Papa? Mama?" tanya suara lembut yang bertanya kepada Rin.

"Seira? Kok kamu dirumah, apa nggak sekolah? Kakak nggak sama papa atau pun mama, Kakak dengan kak Raka tadi."

"Seira tadi sekolah kok, hanya pulangnya aja yang cepat, oh ya, Kakak bermalam nggak nanti?" tanya Seira Nanva, adik perempuannya Rin.

"Nggak sore nanti kami pulangnya, Kakak mau ke kamar ya" ujar Rin berlalu meninggalkan adiknya.

"Ah Kakak, padahal Seira mau ngajak kakak main." gerutu gadis itu sambil menggembungkan pipinya.

"Ya sudah deh." keluhnya.

Rin segera menuju kamarnya, mencari dan mengemas beberapa barang yang dibutuhkannya, kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dilemaskannya seluruh tubuh dan otot-ototnya, membuat saraf-sarafnya melemas. Satu hembusan nafas yang panjang membuat Rin terlelap tidur.

Denting jam yang terus bergerak selaras dengan detak jantung Rin yang masih terlelap. Matahari telah jauh tergelincir, sesuai dengan janjinya tadi, Raka yang habis dari tempat kerjanya dulu, menjemput Rin. Semua barang yang dibutuhkan Rin telah dimasukannya ke mobil, selesai itu mereka pergi kembali kerumah mereka.

Hampir 1 jam perjalanan pulang mereka, akhirnya mereka tiba di rumah. Seusai memasukan mobil ke garasi, Raka langsung mengurung diri di kamarnya dan akhirnya terlelap tidur. Rin meletakan barang-barangnya ke kamarnya, sehabis itu dia menemui Nana yang sedang melatih Dinda dan Ratih bersama dengan Sari dan Anna. Seusai berbicara dengan Nana, Rin kembali ke kamarnya tanpa menghiraukan kehadiran yang lainnya.

Ke eso kan harinya, sesuai dengan apa yang dibicarakan Rin kemarin, Nana menemui Rin. Rin segera melajukan mobilnya ketempat yang akan ditujunya, Akademi Roswaal. Rin dan Nana berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke ruang kepala sekolah berada. Sekumpulan siswa-siswi yang bertujuan keruangan praktikum dilewati oleh mereka berdua. Suara bisik-bisik terdengar dari mereka.

"Lihat mereka berdua, mereka pasti model."

Dan juga ...

"Yang cowoknya tinggi, keren, ganteng pula."

Siswi-siswi itu berbisik, dan yang siswanya mengagumi Nana. Dinda yang kebetulan ada diantara siswa-siswi itu sontak menoleh kearah yang diributkan teman sekelasnya, dan tanpa sengaja dia melihat Nana yang berjalan dan diributkan oleh temannya itu.

Mengetahui Nana di sekolahnya, Dinda menghampiri mereka, Dinda bertanya kepada Nana dan Rin kenapa mereka ada disini, dan Rin hanya menjawab:

"Punya sedikit urusan dengan kepala sekolah disini."

Kemudian Dinda kembali ke teman sekelasnya, sedangkan Rin dan Nana melanjutkan tujuannya.

Dinda dihujani dengan banyak pertanyaan oleh teman sekelasnya.

"Mereka teman kerjaku, yang cowok itu Bos ditempat kerjaku."

"Oh iya, kamu kerja kini ya, siapa? Siapa namanya?" antusias kawan sekelasnya, sambil melanjutkan perjalanan mereka keruang praktikum.

"Yang cewek Nana dan yang cowok kami memanggilnya ‘Lead’ di tempat kerja."

Jawab Dinda yang memang sudah diingatkan oleh Rin kalau diluar tempat kerja jangan memanggil nama lengkapnya, cukup dengan Asta, jika ada yang bertanya cukup bilang Lead ditempat kerja. Dinda tidak tahu kenapa Rin bersikeras dengan hal tersebut.

"Ah, padahal pengen tahu namanya." gerutu cewek yang ada disebelah Dinda.

"Benaran kamu ngak tahu namanya?"

Dinda menggeleng dan menjawab:

"Kalau mau tahu datang aja ke tempat ku kerja, tapi hari ini tutup."

...***...

Rin terus melanjutkan mobilnya, urusannya di Akademi sudah dia selesaikan, sekarang Rin membawa Nana ke butik teman mamanya, untuk mengambil pesanan seragam kafenya. Setelah itu Rin mengajak Nana ke Mall, untuk membeli bahan-bahan kafe yang sudah habis ataupun yang tinggal sedikit lagi.

Setelah selesai membeli kebutuhan kafe, Rin singgah ke optic, dia mencari kacamata untuk dia di sekolah. Setelah usai mendapatkan kacamata yang diinginkannya, Rin mengajak Nana untuk istirahat disebuah resto yang tak jauh dari lokasinya kini.

Setelah puas beristirahat, Rin dan Nana memutuskan untuk kembali. Matahari sudah siap bersembunyi di ufuk barat, langit jingga senja melukiskan pemandangan dirinya.

Barang-barang yang dibeli mereka dibawa mereka ke dapur kafe. Dinda dan Ratih masih berlatih bersama Sari dan Raka di kafe, sedangkan Anna lagi menyiapkan bahan makanan untuk mereka makan malam nanti dirumah.

Waktu terus berlalu dan malam pun semakin larut, keadaan sunyi membuat hawa terasa aneh di sekeliling. Keheningan malam tetap bertahan pada kesunyiannya, udara dingin perlahan menjadi sedikit hangat, embun di dedaunan perlahan gugur keatas bumi, Rin yang sudah bangun dari subuh sudah menyelesaikan tugasnya dengan di bantu Nana yang sudah terbiasa untuk bangun lebih awal sejak dulu.

Hari ini adalah awal kehidupan Rin disekolah barunya. Rin masih menggunakan seragam lamanya, celana hitam panjang dan kemeja kotak, namun tidak seperti dulu, Rin menambahkan sweater di badannya, dan juga Rin menata rambutnya, gaya rambut yang dibuat bak model, kini terurai turun, poni panjangnya hampir menutupi seluruh wajahnya, dan dibaliknya terdapat kacamata yang dibelinya kemarin, kesan yang ditampilkan Rin seperti seseorang yang tak pernah lepas dari buku dan buku.

Rin keluar dari kamarnya, berencana untuk sarapan terlebih dahulu. Yang lainnya juga sudah didapur membantu Bu Tika. Suara yang sedikit hening di dapur mendadak pecah dengan gelak tawa mereka, saat Rin muncul di depan mereka dengan penampilan itu.

Rin tidak menanggapi serius tentang mereka yang menanggapi penampilannya, Rin sadar akan resiko jika penampilannya seperti itu. Seusai sarapan Raka menawarkan diri untuk mengantar Rin, yah walaupun sekolahnya tidak terlalu jauh dari tempatnya, namun Raka tetap memaksa sekalian ada yang ingin dibelinya nanti.

Setiba di sekolah Rin langsung menuju ruang kepala sekolah untuk menanyakan kelasnya, setelah diberi tahu beberapa hal, Rin menuju ruang guru, menemui wali kelasnya. Setelah bertemu dengan Rin, Ambar yang merupakan wali kelasnya dan juga guru mata pelajaran pertama.

Suara bel menggema di koridor sekolah, jam pelajaran pertama baru saja dimulai. Rin dan Bu Ambar segera menuju kelas di lantai dua beberapa saat kemudian mereka tiba di depan kelas 2-2, Ambar menyuruh Rin untuk menunggu sebentar hingga dia suruh masuk.

Suara hening dari dalam kelas sontak terhenti saat pintu kelas itu berdecit ketika Ambar membukanya. Ambar segera menuju ke mejanya, walaupun masih terdengar suara bisik-bisik dari siswanya, Ambar segera angkat bicara, setelah formalitas awal kelas dilakukan.

"Baik anak-anak semuanya harap tenang." ujar Ambar.

"Hari ini kita kedatangan teman baru. Nak, ayo masuk." tutur Ambar menyuruh Rin untuk masuk.

Mendengar itu Rin langsung masuk ke kelas menuju ke dekat meja Ambar. Belum juga berdiri disebelah wali kelasnya, seisi kelas mulai riuh, bukan apa, mereka melihat sesuatu yang menggelitik perut mereka.

“Eh ... cupu ....” tutur mereka diiringi gelak tawa melihat penampilan dari Rin.

Rin sudah tahu apa yang akan dilakukan orang lain saat melihat penampilannya.

Brakk ...

Seketika seisi kelas terdiam melihat Ibu Ambar yang memukul meja, bahkan Rin pun kaget dibuatnya.

"Gila, ternyata dia termasuk guru killer, yang disembunyikan dibalik senyuman dan sikap ramahnya." besit Rin di dalam pikirannya.

Kemudian Ambar menyuruh Rin untuk mengenalkan dirinya.

"Nama saya Rin. Rin Astav, salam kenal." ujar Rin sembari memberi senyuman.

"Baiklah, silahkan duduk disana, untuk tanya-jawab perkenalannya, kalian bisa melakukannya selesai pelajaran. Kita lanjut pelajaran yang minggu lalu." tutur Ambar memulai pelajaran.

Bel istirahat berbunyi menandakan akhir dari pelajaran Bu Ambar. Rin langsung menghilang dari kelas bersamaan dengan Bu Ambar yang keluar dari kelas. Mengetahui bahwa Rin sudah tidak ada dikelas lagi membuat sebagian dari yang dikelas kecewa, belum bisa mengintrogasi bermacam pertanyaan pada si cupu Rin.

Kabar tentang murid baru yang ada dikelas 2-2, sampai juga dikelasnya Dinda, tepat disebelahnya. Kawan sekelasnya heboh dan ingin tahu tentang murid pindahan itu.

Salah satu siswi yang dari kelas Rin main ke kelasnya Dinda memberi tahu temannya itu, bahwa murid pindahan itu seorang cupu kutu buku, salah satunya menanggapi dengan menanyakan namanya. Rin Astav itulah yang terucap olehnya, mendengar nama yang tak asing ditelinga Dinda, dia langsung gabung dengan obrolan mereka.

"Kalau boleh tahu, anak pindahan itu dimana sekarang?" tanya Dinda.

"Kalau nggak salah mungkin di UKS, soalnya dia nanya ke anak kelas kami lokasi UKS nya, ada apa memangnya?" ujar teman sekelas Rin yang baru.

"Oh nggak ada, Cuma mau mastiin sesuatu aja, thanks ya." tutur Dinda berlalu meninggalkan kelas menuju ke UKS.

Tok.

Tok.

Tok.

"Permisi."

"Kamu pasti Rin Astav V. kan?"

"I, iya Bu, saya Rin, emm ...."

"Nggak usah canggung begitu, saya Luna, saya dokter disekolah ini."

"Ba-baik Bu."

"Kan sudah saya bilang nggak usah canggung, lebih baik kamu seperti biasanya aja."

"Ma-maaf, maksud Ibu apa?"

"Maksud saya, kamu lebih baik kembali seperti Rin yang biasanya aja, nggak usah memaksakan diri seperti ini kalau kamu kesini oke." tutur Luna sambil melepaskan kacamata yang Rin pakai dan mengacak-acak rambutnya.

"Ibu tahu dari mana?"

"Kalau itu ra-ha-si-a. Kalau berdua, panggil kakak aja ya ngak usah pake Ibu, oke, soalnya aku belum nikah ni." tutur Luna berekspresi sedih.

"Oke deh, Kak."

Luna segera mengukur tubuh Rin sesuai permintaan Kepsek dan juga sebagai data bulanan kesehatan siswa, sekolah. Tidak beberapa lama setelah Luna mengukur tubuh Rin, suara ketukan pintu terdengar, dan seorang siswi masuk dengan sedikit tergesa.

"Ada perlu apa?" tanya Luna ke siswi itu yang tak lain adalah Dinda, sambil menata rambut Rin.

"Eh, ah, itu ... heh, apa yang sedang Ibu lakukan dengan itu." tutur Dinda yang kaget dengan apa yang dilihatnya.

"Oh ini, kamu bisa lihat kan Ibu sedang merapikan rambutnya, memangnya kenapa?"

"Dia itu seorang siswa kan, dan Ibu disini sebagai seorang guru kan, ah lupakan deh, saya kesini mau tanya apa ada murid pindahan bernama Rin Astav datang kesini?"

"Ya, tadi dia datang kesini."

"Sekarang orangnya dimana Bu?"

"Orangnya ya, hemmp, dimana ya dia sekarang, disini mungkin." jawab Luna yang masih memainkan rambut Rin.

"Orangnya disini, mungkinkah dia?"

Luna menanggapi hanya dengan senyuman. Dinda segera menghampiri mereka. Dinda menyaksikan secara seksama terhadap orang itu.

"Astaga, kamu tidak pernah bosan buat orang lain jadi bingung dan heran ya Rin. Kenapa kamu ngak bilang kalau kamu mau pindah ke sekolah ini kemarin kita ketemu, dan juga kenapa anak-anak kelas kamu bilang kalau murid pindahan itu cupu kutu buku?" beribu pertanyaan dilontarkan Dinda ke Rin.

"Kenapa kamu ngak seperti dirumah atau di kafe aja sih saat ke sekolah?" celoteh Dinda makin menambah panjang daftar pertanyaan untuk Rin.

"Eh, anak gadis nggak boleh mencari tahu ataupun ngebongkarin apalagi kepoin anak cowok, kalau rahasiamu yang di kepoin gimana?" tutur Luna menyikapi pertanyaan-pertanyaan dari Dinda.

"Nggak apa ni Rin dibiarkan aja?"

"Nggak apa kak, lagian juga dia sudah ku kasih tahu saat berada ditempat kerja, ya kalau dia bongkar, ya mudah aja, dia tinggal saya pecat habis itu ku sekap aja." ujar Rin dengan senyuman jahil bersarang di bibirnya.

"Boleh juga tuh." tutur Luna mengiyakan pernyataan Rin.

"Eh tunggu, tunggu, kalian ngomong apaan sih, aku nggak akan nyebarin tentang kamu kok, aku cuma penasaran dan bingung aja dengan Rin. Oh ya aku mau tanya hubungan kalian apaan sih, Ibu dipanggil kakak kan barusan, mungkin kalian ini keluarga?"

"Kalau itu, ra-ha-si-a. Oh ya ni (memberikan selembar kertas data ke Rin) segera kasih ke Kepsek oke."

"Sip deh Kak. Kami permisi Kak."

Rin segera meninggalkan Luna dan menuju ke ruangan kepsek dan tidak lupa dengan penampilan Rin yang cupu kontras dengan penampilan gadis yang bersamanya. Tidak beberapa lama saat setelah meninggalkan UKS, bel pelajaran berikutnya berbunyi, mendengar itu Dinda segera meninggalkan Rin dan kembali ke kelas.

"Pulang nanti kita bareng ya, jangan tinggalin oke." teriak Dinda sambil berlalu meninggalkan Rin yang menuju ruang Kepsek.

Setelah urusannya selesai dari ruangan kepsek, Rin segera kembali ke kelas walaupun tahu jika dia sudah sangat-sangat terlambat masuk ke kelasnya.

"Maaf Pak saya terlambat, soalnya saya tadi –" ucapan Rin langsung dipotong.

"Segera ke tempat duduk kamu, saya sudah diberi tahu kepsek tadi, jadi segera ketempat duduk mu." ujar guru yang mengajar kelas Rin, dan kembali melanjutkan materi pelajarannya.

°

°

1
Hafin lubi
eh kukira berpenampilan coolkids
Mary_maki
Cerdik dan mengejutkan
Shinn Asuka
Gak nyangka! 😱
Dwi Rhea: apa nih yang nggak disangka?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!