Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Mencari Jalan Lain
Bersama dengan cita-cita menjadi dokter internasional-mu itu. Tapi ternyata perkiraanku salah. Kau tidak menginginkan Harvard. Lalu kampus mana yang ingin kau pilih?
Usahakan setelah ujian kelulusan ini kau sudah memilih, lebih cepat lebih baik. Agar kita punya lebih banyak waktu dalam Persiapan Study Abroad academy nanti.
"Terimakasih, Sir. Izinkan aku memikirkannya dulu. Aku harus mengambil keputusan yang tepat. Tidak boleh salah pilihan."
Satu jalan tertutup, selalu ada jalan lain yang terbuka. Begitulah kehidupan.
"Baiklah! Atau kampus impianmu tidak ada di daftar ini? Bisa kau katakan sekarang dan aku akan segera meminta staff untuk mencari jalur beasiswa dari kampus tersebut."
Juliet, kau adalah siswa kebanggaan kami! Tentu saja kami akan membantumu dalam menggapai impianmu. Kau tidak perlu khawatir akan kesulitan melakukan ini dan itu.
Juliet sedang berperang melawan hati dan otaknya, memilih manakah keputusannya yang paling benar untuk menghadapi situasi ini.
Sejak dulu aku hanya menginginkan going international to Harvard saja. Benar-benar belum pernah memikirkan yang lainnya.
Apa aku bilang saja jika aku tidak jadi menolak undangan itu?
Tapi jika aku menerima Harvard, Aku kasihan dengan ibu. Itu sama saja dengan mempermalukan ibu.
Bagaimana pun juga dia adalah ibuku, aku tidak mau mereka berpikiran buruk terhadapnya.
Lagipula kenapa kalian melakukan ini padaku?
Tanpa memberitahuku, kau tiba-tiba datang ke sekolah dan mengatakan bahwa aku menolaknya.
Apalagi datang bersama kakak yang tidak pernah bisa menutupi ekspresi dan perasaannya.
Sebegitu tidak senang itukah kau jika aku masuk ke kampus impianku?
Atau ibu bersikap seperti itu karena tidak ingin aku lebih tinggi dari kakak dalam hal pendidikan?
"Sepertinya kau berpikir sangat keras ya. Itu memang harus dipikirkan secara matang, agar kau tidak salah pilihan nantinya. Jadi bagaimana, Juliet?
...
*
*
Tiga Bulan Kemudian...
Di sebuah kamar yang terletak di lantai dua rumah tersebut, terdapat gadis cantik yang masih sibuk berkutat didepan laptopnya. Mengabaikan waktu yang sudah menunjukkan pukul 12.05 tengah malam.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar, mengganggu ketenangan gadis itu.
Tok. Tokk..
"Who's that? Kakak atau ibu? Apa yang mereka lakukan di tengah malam ini?" Juliet terkejut, segera menutup laptopnya, mencegah kemungkinan keburukan terjadi.
"Kak Juliet..." Terdengar suara anak kecil dari balik pintu itu. Juliet pun segera membuka pintunya.
"Loko, ada apa? Ayo masuk!"
"Ini sudah malam, kenapa belum tidur?" Tanya Juliet kembali mengunci kamarnya setelah adiknya masuk.
"Boleh malam ini aku tidur bersamamu?" Tanya Loko meminta izin.
"Kau ingin tidur bersamaku?" Tanya Juliet, dijawab anggukan oleh adiknya.
"Tentu saja boleh. Naiklah ke ranjang!" Juliet kembali ke meja belajarnya.
"Kak Juliet tidak tidur?" Tanya Loko melihat kakaknya tengah berkutat di depan laptop.
"Kakak masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu. Loko tidurlah duluan!"
"Apa itu?" Tanya Loko penasaran.
"Kau ingin tau?" Tawar Juliet.
"Apa boleh aku tau?" Loko yang tadinya sudah berbaring langsung berdiri dan menghampiri kakaknya.
"Tentu saja, boleh! Tapi Loko harus berjanji tidak akan memberitahukan hal ini pada Ibu ya?"
"Okay, aku janji!" Loko menawarkan jari kelingkingnya.
"Anak kecil ini saat manis ya!" Juliet menyambut dengan jari kelingkingnya.
"Aku bukan anak kecil kak. I'm 9 years old now!" Ucap Loko sambil bertelak pinggang.
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!