NovelToon NovelToon
ARGRAVEN

ARGRAVEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Eva

WARNING ⚠️

Mengandung beberapa adegan kekerasan yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. >>Surreptitious

Surreptitious [dirahasiakan, terutama karena tidak akan di setujui]

***

Pagi sekali Aza sudah siap dengan penampilannya serta keperluannya untuk berangkat ke kampus. Namun, pagi ini ia harus berangkat dengan berjalan kaki karena Rafka ada urusan keluarga.

Setelah mengunci pintu, gadis itu segera meninggalkan rumah kontrakan kecilnya. Ada yang berbeda pada gadis itu pagi ini. Di tangannya ada sebuah paper bag yang berisikan sebuah jaket branded yang ia pinjam dari penolongnya pada malam itu. Ia berniat mengembalikannya. Sudah ia cuci sampai bersih. Sebenarnya pemilik jaket sudah mengatakan kepada Aza untuk membuangnya. Namun, kenyataannya seorang Aza tidak akan tega membuang barang orang lain, apalagi ia mengetahui bahwa harga jaket itu sangat fantastis menurutnya.

"Berani nggak, ya...." Di sela-sela perjalanan, Aza terus bergumam memikirkan sesuatu yang harus ia ucapkan kepada penolongnya alias si kakak misterius yang kalian ketahui bernama Agraven Kasalvori.

Kakinya menendang-nendang kecil setiap kerikil yang ia lihat di jalanan. "Nanti gimana balikinnya? Oh, apa Aza titipin aja ke Kak Ludira, ya?"

"Eh, jangan! Nanti Kak Ludira bisa salah paham ke Aza." Aza terus saja memperkirakan apa yang harus ia lakukan nantinya.

"Nanti Aza minta temenin Vanna aja, deh. Vanna, kan, pemberani."

Masih pagi, jalanan sudah ramai. Baik anak sekolah yang baru berangkat, maupun orang-orang tua yang berangkat kerja.

"Kak, makasih bantuannya waktu itu. Aza nggak tau harus gimana ngomongnya. Andai malam itu kakak nggak lewat di jalan-ih, kok Aza malah kayak curhat!" celoteh Aza sambil memperagakan dirinya saat menyodorkan paper bag yang berisikan jaket itu kepada pemiliknya.

"Ekhem! Sekali lagi Aza. Kak, ini jaketnya makasih, ya. Jaketnya udah Aza cuci bersih. Nggak Aza buang juga. Sayang tau, jaketnya, kan, mahal. Nggak boleh mubadzir, Kak. Tuhan nggak suka." Aza terus berceloteh sampai ia tertawa sendiri.

"Bukan gitu, Za. Itu terlalu berlebihan. Gini aja ... kak, makasih banyak pinjaman dan pertolongannya." Aza berhenti berjalan sambil memejamkan matanya. Tangannya menyodorkan paper bag ditangannya, seakan-akan Agraven ada di hadapannya.

"Haha! Yupiii! lo udah gila apa gimana!" celetuk seseorang. Sudah pasti Vanna orangnya, karena yang memanggil Aza dengan Yupi itu hanya Vanna seorang.

"Vanna?" kaget Aza setelah membuka mata dan melihat orang yang menertawakannya. "Kamu kenapa bisa di sini?" lanjutnya lagi bertanya.

Vanna turun dari mobil milik Papanya. Lalu merangkul pundak Aza yang lebih tinggi darinya. "Gini, ya, Yupi. Kita itu, kan, satu kampus. Jalannya juga searah sama, lo. Nah, masalahnya di mana, nih, gue bisa ada di sini?" balas Vanna dengan wajah datar.

Aza langsung menyengir. "Iya, juga," balasnya tertawa.

"Ayo bareng gue sekalian. Pagi ini Papa gue nggak sibuk, jadi bisa anter gue ke kampus," kata Vanna menarik Aza untuk masuk ke dalam mobil Papanya.

Namun, Aza menolak tarikan itu. "Nggak usah, Na. Ini udah dekat. Itu gerbang udah kelihatan," tolak Aza.

"Dekat mata lo! Kelihatan, sih, iya, tapi jaraknya masih jauh, Yupiii!"

"Nggak usah Vanna. Aza jalan aja," balas Aza lagi.

"Vanna Aza! Ayo masuk, kalian mau telat?" teriak Papa Vanna dari dalam mobil. Aza menatap Rio Papanya Vanna tidak enak.

"Aza jalan kaki aja, Om. Udah dekat-eh, Vanna! Aza bukan kambing tau. Main tarik-tarik aja," dengus Aza cemberut karena Vanna menariknya paksa untuk masuk ke dalam mobil.

"Iya, lo bukan kambing, Za, tapi lo malu-malu kambing!" cibir Vanna.

"Udah. Kalian ini," celetuk Rio Vanna sambil tertawa kecil.

"Papa, kan, tau sendiri si Aza gimana. Susah kalau diajak," gerutu Vanna.

"Maaf, ya, Na. Aza bukannya nolak terus, tapi-"

"Aza merasa nggak enak ngerepotin kalian terus!" potong Vanna dan Rio dengan kompak.

Tidak sekali dua kali mereka mendengarkan alasan itu dari mulut Aza, makanya mereka sampai hafal.

Perihal Rio yang sudah mengenal Aza dengan baik itu, karena Aza sering diajak ke rumahnya oleh Vanna. Itu sebabnya Rio sangat mengenal Aza. Bahkan ia dan istrinya sudah menganggap Aza seperti anak mereka sendiri. Mereka juga sudah berkali-kali menawarkan Aza untuk tinggal bersama mereka. Namun, Aza selalu menjawabnya dengan 'Aza bukannya nolak, tapi Aza merasa nggak enak ngerepotin kalian terus' selalu seperti itu.

Aza tersenyum tidak enak. "Maaf, ya Om, Na. Aza ngerepotin-"

"Nggak usah ngomong, Za. Bosan gue dengernya. Kan, gue udah bilang dari dulu ... lo nggak ngerepotin sama sekali. Gue udah anggap lo itu seperti saudara sendiri," ujar Vanna. Aza tersenyum haru.

"Makasih, ya, Na. Dari dulu kamu baik banget sama Aza."

"Udah dulu melow-melownya. Sekarang kalian kuliah dulu yang bener. Aza, ingatin Vanna, ya. Jangan banyak tidur waktu kelas berlangsung," pesan Rio.

"Siap, Om!" jawab Aza dengan gaya hormat kepada Rio. Sedangkan Vanna mendengus sebal.

Setelah pamitan kepada Rio, Vanna dan Aza segera masuk ke kawasan ASKALA. Tidak banyak orang yang sudah datang, mungkin mereka terlalu pagi berangkatnya.

"Yupi!"

"Hah?" Aza menoleh ke Vanna di sampingnya.

"Gue dari tadi pingin nanya ini sama, lo ...."

"Vanna mau tanya apa sama Aza? Tanya aja, Aza jawab, kok," balas Aza.

"Itu apa? tumbenan lo bawa beginian. Isinya apa?" tanya Vanna karena penasaran dengan apa yang dibawa oleh sohibnya tersebut.

"Oh, ini jaket, Na," jawab Aza sambil menunjukkan isinya kepada Vanna.

"What! Levi's Trucker Jacket. ini original produk branded punya siapa, Za?! Rafka juga nggak pernah pake jaket beginian?" tanya Vanna dengan kekepoan sangat tinggi.

"It's my dream! Levis's Trucker Jacket!" seru Vanna mulai mendramatisir.

"Punya kakak misterius. Aza mau balikin ini nanti, Vanna temenin Aza, ya?" kata Aza menjawab pertanyaan Vanna.

"Kakak misterius? Kakak yang sering disamperin kak Ludira?" tanya Vanna dengan mata melotot. Lalu ia berpindah ke hadapan Aza untuk menghalangi jalan Aza. "Kok bisa? kenapa jaket itu ada sama, lo? Kalo itu punya kak misterius, berarti dia orang tajir, dong! Secara, kan, dia punya jaket itu?" celoteh Vanna dengan heboh.

"Vanna ngomongnya cepat banget kek air hujan jatuh ke bumi. Cepat banget jatuhnya, tapi banyak banget. Nggak bisa kehitung," cibir Aza cemberut sebal.

"Aih, pokoknya kenapa jaket itu ada sama lo, Yupiii?!"

"Panjang ceritanya, Na. Intinya malam itu, kakak misterius udah nolongin Aza. Dia datang udah kayak malaikat tak bersayap, tapi bermobil mewah yang keren banget. Waktu naik mobilnya aja, Aza ngerasa menjadi setumpuk debu yang ngotorin mobil kerennya," cerita Aza sambil membayangkan malam itu.

"Fixed! Dia bukan orang sembarangan! Makanya kak Ludira mepet terus sama dia. Dia orang tajir! Lo tau nggak harga jaket ini nyampe US$89.50 atau sekitar Rp 1.257.922!!" ujar Vanna dengan menggebu-gebu.

"IT'S MY DREAM! IT'S THE FUCKING LEVI'S TRUCKER JACKET! Ini US$89.50 loh!" teriak Vanna. Aza hanya mendengus mendengarnya.

"Aza nggak usah cerita sama Vanna, deh, soal kejadian Aza ngintip kak Ludira sama kak misterius yang lagi pelukan. Nanti, Vanna nanya-nanya, Aza bisa bingung jawabnya," batin Aza melihat Vanna yang masih heboh menjabarkan soal kakak misterius.

"Aza takut ketemu kakak itu. Walau bagai malaikat, tapi matanya tajem banget kalau natap," beo Aza menunduk.

"Terus gimana lo balikin jaketnya?"

"Apa Aza titipin ke kak Ludira aja, ya, Na?

"JANGAN!" jawab Vanna cepat. "Nanti dia bisa mikir aneh-aneh tentang, lo," lanjutnya beralasan.

"Hmm, ya udah Aza aja yang balikin langsung, tapi temenin, ya, Na?"

"Aduh, maaf, ya, Za. Bukannya gue nggak mau nemenin, lo. Masalahnya gue ada janji sama salah satu dosen kemarin," balas Vanna menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Lo tau sendiri," lanjutnya.

"Hm, gitu, ya, Na. Ya udah, deh, Aza sendiri aja."

"Lagian gue juga takut, Za. Kakak itu terlalu misterius!"

"Lebih misterius dari yang lo kira," celetuk seseorang yang melewati Aza dan Vanna.

Laki-laki itu tetap berjalan ke depan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Aza dan Vanna yang nampak kaget.

***

Sekarang ini Aza sedang mencari Agraven di taman belakang. Di tangannya sudah menjinjing paper bag yang berisi jaket milik laki-laki itu.

"Benar-benar misterius. Dicari aja susah banget, padahal Aza udah muter-muter di kampus ini. Mana luasnya melebihi stadion sepak bola," gerutu Aza mulai lelah.

"Dia di manaaaa? Aza capek tau!!"

"Nyari saya?" Suara berat seseorang mengagetkan Aza.

***

Di ruangan khusus terdapat di ASKALA UNIVERSITY, Agraven sedang menyesap rokoknya dalam diam. Namun, tidak dengan isi pikirannya. Ada banyak yang dipikirkan oleh laki-laki tersebut.

Tidak ada yang mengetahui seberapa berat hal yang dipikirkan oleh laki-laki itu. Ia salah satu jenis manusia yang suka memendam dan saat ia keluarkan mampu membuat siapapun terdiam. Laki-laki itu lebih suka menjelaskan dengan tindakan, bukan dengan perkataan.

"Rap! Tadi pagi gue nguping pembicaraan pacarnya Rafka sama Sahabatnya waktu di keridor," kata Galva yang duduk di sofa di hadapannya. Laki-laki itu sama halnya dengan Agraven. Di sela jari tengah dan telunjuknya terdapat sepuntung rokok yang tersisa setengah.

"The fucking! She's mine, not Rafka's girlfriend anymore!" sarkas Agraven menatap Galva dengan tajam.

"Buseeet srepeeet!" Galva langsung menepuk mulutnya sendiri. "Maaf, Rav! gue lupa," lanjut Galva dengan cengiran masam.

"Lo nguping? Mereka ngomong apa?" tanya Agraven merasa tertarik dengan cerita Galva.

"Kepo juga, nih, psiko!" batin Galva.

"Mereka gosipin, lu!" jawab Galva. Agraven menukik alis tebalnya pertanda penasaran dengan kelanjutan cerita Galva.

"Pacarnya Rafka bilang-eh, ralat! p.a.c.a.r.nya lo bilang, mau balikin jaket ke elo! mungkin sekarang lagi nyariin-" Belum selesai Galva bercerita, Agraven langsung pergi tanpa pamit.

"PUNYA SAHABAT GINI AMAT! UDAH PSIKOΡΑΤ GILA! NYEBELIN! MAIN TINGGAL-TINGGAL AJA! PHO! JARANG MANDI! SUKA NUMPANG MAKAN DOANG KALO KE RUMAH GUE!" teriak Galva meluapkan kekesalannya kepada Agraven.

Mumpung orangnya tidak mendengar, Galva bebas menjabarkan keburukan Agraven di belakang orangnya. Kalau di depan, Galva masih sayang mulut.

Lain lagi dengan Agraven setelah keluar dari ruangan khususnya. Kaki pria tersebut melangkah ke tempat yang ingin ia tuju. Yaitu taman belakang. Intuisi. Agraven yakin sesoarang yang ia cari sedang berada di sana.

Benar dugaannya. Seseorang yang ia cari sedang terduduk frustasi di rumput taman. Ia meracau tidak jelas. Bertepatan saat Agraven telah berdiri dibelakangnya, orang itu mengatakan "dia di manaaaa? Aza capek tau!!"

"Nyari saya?" tanya Agraven.

Terlihat orang itu sangat kaget. Dia Azalea.

Gadis itu berdiri dan menoleh ke belakang. Wajahnya masih kaget. Hal itu membuat Agraven merasa gemas. Ada apa dengan dirinya?

"Kak misterius?" ujar Aza dengan polos.

"Damn it!"

"Mau ngapain?" tanya Agraven menormalkan wajahnya.

"Hmm, A-Aza mau balikin jaket kakak. Udah Aza cuci sampe bersih juga, kok. Dan Aza mau ngucapin makasih udah bantuin Aza malam-"

"Lupain. Setelah jam kuliah kamu selesai, temuin saya di halte depan," ujar Agraven memotong ucapan Aza.

Baru saja Aza ingin bertanya, tapi Agraven lebih dulu meninggalkannya.

"Segera lupakan impian indah lo bersamanya." Agraven tersenyum miring dibalik masker hitamnya.

To be continue...

Mau lanjut?

1
Los Dol TV
Keren dan Inspiratif.... semoga sudi singgah ke Karyaku , Rindu Gugat
Neneng Dwi Nurhayati
ini cerita nya Agra sama Ara itu beda agama gmna Kak,
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
opiko
Sudah menunggu dengan tidak sabar lanjutan cerita selanjutnya! Teruslah berkarya, author!
Rosalie: udah up yah🤗
total 1 replies
Rakka
Jangan bikin saya penasaran thor, update secepat mungkin ya! 🙏😊
Rosalie: Silahkan follow akun ini buat dapetin update an terbaru dari cerita ARGRAVEN 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!