NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:50.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 7. Divi VS Ibu Mertua

Akhirnya Arkael mengalah pada Tuan Argam, acara akad pun tetap dilaksanakan keesokan harinya sesuai rencana kakek. Ditambah lagi, ibu Divi setuju-setuju saja, mengingat kondisi dirinya yang semakin lemah, dia ingin secepatnya melihat anaknya hidup bersama orang yang telah berjanji akan membahagiakan putri satu-satunya.

Acara akad sederhana itu dilaksanakan di kamar perawatan Tuan Argam. Divi tampil dalam balutan dress panjang sederhana berwarna krem yang kalem dan manis, rambutnya yang biasa dia ikat kuncir kuda kali ini digerainya, rambut hitam yang bergelombang jatuh sempurna di atas bahunya. Sapuan make up yang natural dan manis membuat pesona Divi yang selama ini bersembunyi kini pelan-pelan mengintip malu-malu.

Acara akad berlangsung lancar dan cukup khidmat meski tanpa kehadiran Paulina, mama dari Arkael. Sejak Ron mengabarkan soal akad, Paulina terang-terangan menolaknya. Tapi Arkael tidak pernah repot-repot meyakinkan mamanya itu untuk menerima Divi, tidak seperti saat dia berjanji di depan Ibu Divi.

Divi menyalimi punggung tangan Tuan Argam setelah dirinya dan Arkael dinyatakan sah secara hukum agama dan negara beberapa menit lalu.

"Jangan lagi berpikiran kamu nggak pantas untuk cucuku, kamu yang paling pantas untuk mendampingi bocah itu." kata Tuan Argam dengan senyum senjanya yang tulus, tangannya bergerak mengusap puncak kepala Divi dengan lembut.

"Iya, Kakek, terima kasih."

"Dan kamu," Tuan Argam kini beralih pada Arkael, "Awas saja kalau sampai membuat cucu mantuku menangis, akan kakek buat kamu menderita."

"Mana mungkin aku membuat wanita yang aku cintai menangis." jawab Arkael.

Jawaban yang membuat Divi merinding horor. Sumpah, Divi bisa merasakan semua bulu-bulu pada kulit tubuhnya meremang. Apa lagi tatapan lembut pria itu....brrrrr!

* * *

Setelah selesai acara akad, dan berpamitan pada kakek juga pada ibu - yang sudah dipindahkan ke ruangan VIP setelah pertemuan pertama Arkael dengan Ibu - Bimo kembali menyupiri Arkael dan kali ini dengan Divi, mereka langsung menuju sebuah rumah besar bercat putih dengan design fasad yang mewah, melihatnya membuat Divi merinding lagi. Bagaimana tidak, rumah yang nampak di depan matanya kini biasanya hanya bisa dia lihat pada film-film, tapi kini nyata di depan mata.

"Kondisikan ekspresimu." Teguran bernada dingin itu menyadarkan Divi dari kekagumannya. "Semua orang taunya kamu itu istri saya, jadi jangan norak."

Divi mengerucutkan bibirnya.

"Oh ya, saya akan memberikanmu bayaran tambahan, kalau kamu bisa menghentikan seseorang yang akan berusaha menjodohkan saya dengan perempuan-perempuan pilihannya."

Divi mengerutkan keningnya, matanya bergerak ke atas, ia berpikir.

"Tunggu, di kontrak itu, cuma tertulis saya hanya perlu bersandiwara di depan semua orang kan? Kayaknya yang barusan Bapak bilang nggak ada di kontrak deh?"

"Ya makanya saya akan berikan kamu tambahan bayaran setiap bulan."

"Berapa?" tanya Divi, langsung pada sasaran tanpa basa basi lagi.

"Lima belas juta."

"Oke deal!" Tanpa pikir panjang Divi langsung mengulurkan tangan untuk berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan tambahan mereka.

Bimo menggeleng tak percaya, betapa polos dan bodohnya Divi, padahal dia bisa saja mengajukan tawaran yang lebih tinggi mengingat seseorang yang akan dihadapi Divi adalah seseorang yang mungkin akan menguras seluruh energi gadis itu.

Arkael menyambut uluran jabatan tangan itu layaknya kesepakatan bisnis bernilai miliyaran.

"Sekarang katakan, siapa orang yang akan saya hentikan untuk ngejodohin Pak Kael?"

"Mama saya."

"Ok...eh, siapa? Mamanya Pak Kael? Memang Mamanya Pak Kael nggak tau kalo Pak Kael udah nikah? Yah...meskipun pernikahan ini cuma sandiwara, tapi kan yang tau soal sandiwara ini cuma Pak Bimo, jadi-"

"Jadi bisa nggak kamu diem?" Tembak Arkael dengan tatapan sinisnya.

"Saya kan cuma memperjelas aja." kata Divi pelan, tapi masih cukup untuk didengar.

"Mama nggak setuju dengan pernikahan ini karena Mama punya pilihannya sendiri."

"Jadi, meskipun Mamanya Pak Kael tau saya...maksudnya, meskipun Pak Kael udah nikah, Mamanya Pak Kael tetep mau jodohin Bapak gitu? Nggak peduli dengan perasaan pasangannya Pak Kael, gitu?"

"Ya."

"Wah..."

"Perlu saya ingatkan, Mama saya orang yang cukup keras kepala dan menghalalkan segala cara. Kalau kamu bisa menghadapi dan menghentikannya, maka saya juga akan memberikan kamu bonus."

"Berapa?" tanya Divi cepat.

"Sepuluh juta."

"DEAL!"

* * *

Bagian dalam rumah mewah itu jelas tidak seperti rumahnya yang gerah dan sempit. Disini Divi justru merasa sejuk begitu kakinya melangkah masuk melewati pintu yang dibukakan oleh kepala asisten rumah tangga yang dipanggil Bu Ko oleh Bimo. Bagian dalamnya juga luas, Divi yakin bocah-bocah di perkampungan tempat tinggalnya akan betah main bola di dalam sini.

"Selamat datang dan selamat atas pernikahannya, Tuan Muda." kata Bu Ko dengan sopan dan formal.

"Terima kasih." jawab Arkael singkat.

"Selamat datang Nona muda, saya Bu Ko, kepala asisten rumah tangga di mansion ini, jika Nona membutuhkan sesuatu, bisa panggil saya."

"Terima kasih Bu Ko."

"Kamar Tuan dan Nona sudah saya siapkan."

"Kami nggak akan disini lama-lama." kata Arkael dingin, sampai-sampai membuat Divi melirik pada pria itu.

"Baik Tuan Muda. Mari, Nyonya Paulina sudah menunggu di ruang utama." Bu Ko menggeser tubuhnya seraya menggerakkan tangannya.

Arkael menggenggam tangan Divi seraya melangkah di atas lantai marmer itu. Divi bertanya-tanya dalam hati, seperti apa sebenarnya hubungan Arkael dengan wanita yang telah melahirkannya itu sehingga membuat wajahnya lempeng saja tanpa ekspresi. Tapi, Divi cukup menyadarkan dirinya kalau hubungan Arkael dengan anggota keluarganya bukanlah urusan Divi.

Misinya adalah cukup membuat semua orang dimuka bumi ini percaya bahwa dia adalah perempuan paling beruntung karena dinikahi oleh Arkael. Oh, jangan lupakan misi tambahan yang akan membuatnya mendapatkan bayaran tambahan juga bonusnya.

"Nyonya, Tuan Muda dan Nona Muda sudah sampai." Bu Ko memberikan informasi pada seorang perempuan yang sedang duduk sambil menyilangkan kaki dengan gaya duduknya yang elegan, seperti seorang ratu dengan mahkota tinggi bertengger di atas kepala.

Wajahnya menampilkan ekspresi angkuh. Ah, sekarang Divi tahu dari mana Arkael mempunyai ekspresi angkuh dan menyebalkan itu.

"Ah, akhirnya kamu datang juga."

"Ya, hanya mampir." jawab Arkael singkat.

Divi sedikit meringis. Bagaimana mungkin orang yang terlihat sempurna itu mempunyai hubungan yang dingin dengan ibunya?

"Baguslah, Mama sudah menyiapkan acara pertemuan untuk kamu dan Bella nanti malam." Paulina bahkan tidak melirik apa lagi melihat keberadaan Divi tepat disisi Arkael. "Kamu bisa bersiap-siap disini saja supa-"

"Apa Mama perlu kupanggilkan dokter mata? Atau dokter spesialis bagian dalam?" Sela Arkael dingin.

Arkael melangkah begitu pun dengan Divi yang digenggamnya.

"Ini istriku, wanita yang kupilih dan satu-satunya wanita yang aku cintai."

Kenapa setiap kali mendengar Arkael menyebutnya sebagai wanita yang dicintai olehnya, bulu kuduk Divi selalu merinding?

Paulina berdecih seraya membuang muka dari Divi yang tersenyum padanya. Dan alih-alih menyapa menantunya, Paulina malah meletakkan selembar poto di atas meja, seorang wanita dengan rambut hitamnya yang tebal bergelombang, alis matanya yang simetris, bibirnya penuh tersenyum seksi, hidungnya mancung. Saat Divi melihatnya, wanita itu mirip-mirip dengan aktris negara Turki yang pernah Divi tonton dramanya.

"Ma-"

"Sayang," Divi memotong, tangannya bergerak menyentuh bagian depan jas Arkael, meski sebenarnya telapak tangan itu sudah mengeluarkan suhu menyerupai es batu. "Biarkan aku memperkenalkan diriku dulu ya." ujar Divi dengan tenang. Dia tahu, ini adalah saatnya dia menunjukkan kemampuan dirinya, siapa tahu bonusnya bisa bertambah.

"Salam kenal Mama, aku-"

"Nyonya." Paulina mengkoreksi panggilan Divi untuknya.

Divi tetap menampilkan senyum terbaiknya. "Mungkin aku akan memanggil Mama dengan panggilan Nyonya kalau kedatanganku disini bukan sebagai istri Arkael." ujar Divi.

"Oh, bagiku kamu itu bukan istrinya, lagi pula aku tidak merestui pernikahan kalian!"

"Sebenarnya, penilaian Mama nggak terlalu penting untukku juga untuk pernikahan kami, karena yang menjalani setiap harinya, setiap jamnya, menit dan detiknya adalah aku dan Arkael."

"Berani-beraninya manusia strata rendah sepertimu mengesampingkan penilaianku!"

"Ma!"

"Strata rendah?" Divi mengulang, masih dengan nada suaranya yang tenang meski telapak tangannya membeku di dalam genggaman Arkael.

"Kalau begitu, orang dengan strata tinggi yang juga pasti lebih memahami apa itu etika, tidak akan merendahkan orang lain, terutama orang itu adalah istri dari anaknya. Iya kan? Secara, pendidikan orang strata tinggi pasti lebih mahal dari pada strata rendah seperti aku."

"Orang strata tinggi pasti diajari apa itu etika, kesopanan bahkan pasti diajari bagaimana cara menghargai setiap orang baik itu strata rendah, menengah atau pun tinggi. Apa Mama tidak pernah diajari itu dulu? Atau sudah lupa bagaimana menghargai dan menghormati orang lain? Kalau mau, aku bisa memberikan kursus untuk Mama." kata Divi dengan senyumnya yang mengembang.

"Kurang ajar! Kamu berani mengajari saya?!" Paulina meninggikan suaranya kepada Divi.

"Aku nggak mengajari Mama, tapi kadang siapa pun bisa mengingatkan siapa pun yang sedang lupa. Ya kan, sayang?" Divi tersenyum pada Arkael.

"Tentu saja sayang." Arkael mengusap kepala Divi dengan sayang. "Tapi aku rasa, kamu nggak perlu membuang waktu berhargamu untuk mengajari Mama, dia tidak akan peduli dengan etika apa pun."

"Kael!" Paulina berdiri dari posisi duduknya yang elegan. "Apa dia yang membuatmu jadi menentang Mama?"

Arkael mendengkus, "Memangnya sejak kapan aku menurut pada wanita yang ingin membunuhku?"

Hah? Apa barusan dia bilang? Bunuh? Pak Kael mau dibunuh sama Mamanya? Divi menatap Arkael dengan sorot penuh dengan banyak tanda tanya bertebaran.

"Kael, Mama..."

"Aku masih memanggilmu Mama seharusnya bisa membuatmu bersyukur, jadi hentikan semua omong kosong perjodohan yang Mama buat. Atau aku akan melanggar janjiku pada almarhum papa."

Kondisikan ekspresi Div, kondisikan ekspresi! Divi mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terbawa suasana dan menjadi kepo dengan hubungan anggota keluarga ini.

"Mama..."

"Jangan memanggilku Mama! Kamu bukan anakku!" teriak Paulina sambil menatap nyalang pada Divi.

"Ya memang aku bukan anakmu, karena Ibuku nggak akan seperti Mama. Tapi aku menantumu, jadi aku akan mengikuti bagaimana suamiku memanggilmu, Mama."

.

.

.

Bersambung ~

1
Mafaza Nurnadia
Bagus
Ana Susana
👍
Mitha Ali
♥️♥️♥️♥️♥️
Eemlaspanohan Ohan
munkin ibu ina ibunya arkael
Eemlaspanohan Ohan
munkin. bapak divi. bukan bapak kandung. dia menukar arkael dama. divi waktu bayi
Eemlaspanohan Ohan
lanjut semoga alkael mencitai divi
Eemlaspanohan Ohan
kaya nya cuma ibu tiri
Boma
bahagia bgt malah,selamat ya divi ma kael yg bakal jadi ortu
Nurwana
gampang aja divi... klu dah cerai dari arkael, pindah aja yang jauh.... yang penting sekarang ini ibumu sehat dulu.
Boma
apa mulai gila paulina
Boma
ngidam kayanya,moga rencananya lancar
Diny Julianti (Dy)
kasian juga Arkael
Diny Julianti (Dy)
pria kek Arkael hanya dlm mimpi kali ya😁
Diny Julianti (Dy)
kasian divi
Boma
😄😄
Boma
apa idenya nih bikin penasaran
Boma
sukurlah berdamai lgi,moga tak trpisahkan kael dan divi,benar2 ibu durjana,kapan dapat karma tuh mak lampir thor
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!