The Hot Daddy and His Naughty Girl

"Ahh,,,Daddyhh,,," Key melenguh pelan merasakan sentuhan lembut Glen di area luar lubangnya.

Jari jemari pria itu bergerak lembut mengoleskan krim yang terasa sejuk di area sekitar lubang kemaluannya.

Kedua tangan Key bertumpu pada bahu Glen, merematnya kuat-kuat dengan mata terpejam. Perempuan itu sengaja mengeluarkan suara-suara aneh yang menggoda agar Glen kembali tergoda dan mengulang apa yang mereka lakukan kemarin malam.

"Daddyhh,,,"

Glen menulikan telinganya, berusaha abai seolah ia tak mendengarkan apa-apa. Ia masih fokus mengoleskan salep pada lubang berkedut yang seolah tengah memanggilnya untuk datang.

Menelan ludah susah payah, Glen segera menyelesaikan kegiatannya itu lalu beranjak dari duduknya.

"Beristirahatlah, besok kamu tidak perlu berangkat, daddy akan mengizinkan pada pihak universitas."

Key segera menahan tangan Glen sebelum pria tampan dan seksi itu pergi dari kamarnya.

"Daddyhh,,," panggil Key dengan suara mendayu.

"Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Glen masih mempertahankan suara dan wajah datarnya.

Sedetik kemudian hal yang sangat amat mengejutkan terjadi, tiba-tiba Key menarik tangan Glen lalu meletakkan di salah satu dadanya yang sangat pas di genggaman Glen.

Kedua tangan Key berada di punggung tangan Glen, menekannya supaya telapak tangan besar pria itu menekan dada dengan lembut.

"Eunghh,,,Daddyhh,,," Lenguhnya mengundang has-rat bi-rahi Glen.

Tangan Glen yang satunya terkepal, menahan sesuatu yang siap kapan saja meledak dan menghancurkan Key.

"Kayla Amellyn Victoria Alfonso, ini bukanlah tindakan yang benar," ujarnya dengan tatapan dingin.

Key tidak peduli, ia tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan.

"Ahh,,,Daddyh,,,Lebih kuath"

BRUK,,,

Seperti yang Glen katakan pagi tadi, ia adalah pria normal yang tentu akan sulit menahan diri jika dihadapkan pada situasi semacam ini.

Bibir Glen bergerak mengecupi pipi hingga leher Key, membuat sang empunya menggeliat kegelian dibawah sana.

Senyum penuh kemenangan tercetak dibibir Key.

Sampai kapanpun Glen Victor Alfonso hanya akan menjadi milik Kayla Amellyn Victoria Alfonso, tidak ada seorangpun yang bisa memilikinya selain aku.

Keduanya larut dalam kegiatan panas itu, Key bahkan sudah melupakan ice cream-nya yang sudah meleleh dan membasahi meja nakas di samping ranjangnya.

...***...

...Keesokan harinya...

Pagi yang sangat indah, Key memulai sarapannya jam sepuluh pagi (?) dengan lauk kesukaannya yakni nasi goreng spesial dengan dua telur mata sapi.

Senyuman cerah tak pernah luntur dari wajah perempuan itu. Sama halnya dengan cuaca hari ini, wajah dan suasana hati Key pun ikut terlihat cerah.

Para pelayan sampai dibuat heran, padahal semalam Key terlihat sangat kesal, dan biasanya perempuan cantik itu akan mengalami mood yang buruk hingga beberapa waktu ke depan.

"Apakah kamu melihatnya? Sepertinya hari ini Nona muda sedang dalam suasana hati yang baik," bisik salah seorang pelayan wanita.

"Kamu benar, aku benar-benar beruntung karena sepertinya nona muda sudah tidak mempermasalahkan kejadian semalam. Aku benar-benar merasa khawatir," Balas pelayan lainnya.

Key pergi ke rumah kaca yang ada dihalaman belakang setelah menghabiskan sarapan dan dessert-nya.

Rumah kaca yang dibangun oleh Glen sebagai hadiah ulang tahun Key yang ke-lima belas itu terlihat sangat bersih dengan berbagai tanaman mahal yang mengisinya.

Key sudah jarang datang kemari sejak tiga tahun yang lalu lantaran dirinya yang sibuk dengan kuliah dan misi merebut hati Glen.

Ngomong-ngomong soal Glen, Key sedikit menyesal. Kenapa juga ia tidak melakukan ini sejak lama? Jika tau semudah ini seharusnya Key sudah dari dulu menaiki ranjang Glen dan menggodanya.

Kedua netra bulat itu bergulir kesana kemari memperhatikan satu persatu bunga yang menarik perhatiannya.

"Siapa yang menanam semua ini?" tanya Key.

Wanita dengan seragam maid di belakang Key langsung menjawab, "Tuan khusus mengerjakan lima orang, tiga perempuan dan dua laki-laki untuk mengurus tanaman-tanaman yang ada disini. Mereka semua adalah lulusan terbaik dari Thailand, jadi nona tenang saja, semua tanaman ini aman ditangan mereka."

Key mengangguk pelan. Yeah, itu memang terbukti. Tanaman-tanaman yang ada disana terlihat tumbuh dengan sangat baik, Daddy nya memang sangat luar biasa soal mencari pekerja, Key akui itu.

"Thailand ya? Negara itu,,," gumam Key dengan suara lirih.

"Apakah nona membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan wanita yang masih setia menemani Key.

Yang lebih muda menggeleng, lalu mengibaskan tangannya menyuruh pelayan itu pergi karena ia ingin menghabiskan waktu sendiri.

...***...

...•Alfonso Group•...

"Hah,,," Glen menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, mengundang kerutan penuh tanya di kening sang sekretaris.

Wanita cantik itu nampak gugup, ia khawatir. Apakah dirinya berbuat salah? Apakah ada yang salah dengan surat perjanjian yang sedang Glen periksa atau ada hal lain?

Mengingat bagaimana watak Glen, wanita itu yakin ia pasti akan segera dipecat jika bener Glen menghela nafas seperti ini karena ulahnya.

"Presdir, apakah ada yang salah dari surat perjanjian yang saya buat? Saya akan segera membenahinya bila memang ada kesalahan disana."

Hanya gelengan pelan yang Glen berikan sebagai jawaban. "Pergilah, aku akan memanggilmu jika aku sudah selesai memeriksanya!" perintah Glen.

Wanita cantik itu segera melaksanakan perintah sangat atasan, tak lupa membungkuk sedikit sebelum meninggalkan ruangan sang CEO.

"Aku benar-benar sudah gila," gumam Glen, melempar punggungnya untuk bersandar pada punggung kursi.

Si-al, Glen merutuki dirinya yang entah kenapa bisa semudah itu kehilangan kendali saat berhadapan dengan sisi nakal Key. Padahal biasanya Glen tak bereaksi sama sekali saat beberapa perempuan seksi di club malam menggoda dirinya.

Dulu Glen pikir dirinya adalah pria impot-en, ternyata ia salah. Buktinya senjatanya masih bisa bangun saat digoda oleh Key.

Kring,,,Kring,,,

Telepon ruangan yang ada di meja Glen berdering, membuyarkan Glen dari lamunannya.

Pria itu langsung mengangkat telpon tersebut, bertanya langsung apa tujuan penelpon itu dengan nada datar khasnya. "Ada apa?"

"Selamat siang Presdir, Nona Laura Emilio datang untuk menemui anda, apakah anda bisa menerima tamu sekarang?" tanya si resepsionis dengan sopan.

"Ada urusan apa?"

Hening sejenak, nampaknya resepsionis itu sedang menanyakan pertanyaan Glen pada wanita cantik yang datang untuk bertemu Glen.

"Nona Laura datang membawa makan siang untuk anda, Presdir. Beliau_"

"Bukan hal penting, suruh dia pulang. Saya sedang sibuk," potong Glen dengan cepat.

Cih, apa katanya tadi? Membawa makan siang?

Apakah wanita itu pikir Glen sangat senggang hingga bisa meluangkan waktu untuk hal tak berguna seperti itu? Toh lagipula nanti Glen akan makan siang dengan klien sembari membicarakan bisnis, dan itu jauh lebih penting daripada makan siang dengan perempuan bermarga Emilio itu.

...•Bersambung•...