Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sanggup
Yudi hanya bisa mondar mandir di luar kamar Rani.
Sementara istrinya sedang sibuk menenangkan Rani yang kacau itu.
Bahkan suara tangisannya menembus keluar pintu kamar, membuat Yudi ikut kacau.
Karena sudah tidak tahan dengan tangisan adiknya, Yudi masuk kedalam kamar tanpa mengetuk pintu.
" Aku akan menemui Hangga sekarang!" ujar Yudi pada istri dan adiknya yang sedang menangis di atas tempat tidur.
" Tidak mas?! Jangan!" cegah Rani dengan suara seraknya yang di paksakan.
" Kau hamil Ran?! mereka harus tau!"
" tidak mas! Tidak!" Ranu histeris,
" kenapa?!!" bentak Yudi habis kesabaran.
" Hangga sudah membuang ku, Hangga sudah menceraikan ku.."
" tapi kau hamil anaknya?!"
" apa bedanya mas? Dia tidak menginginkanku?!!" Rani setengah berteriak, wajah yang putus asa itu benar benar basah, di penuhi lelehan air mata.
" Tidak ada jaminan, meski aku datang kesana dan memberitahukan ini semua, situasi akan berubah mas,
Anak ini ada karena kemarahannya.. Bukan karena ia benar benar mencintaiku.." Rani kembali terisak., hatinya benar benar sakit jika mengingat perlakuan hangga padanya, bahkan rasanya lebih sakit dari pada apa yang Genta lakukan.
" Biar ku besarkan anak ini sendiri mas.. Aku bisa..
aku mampu.."
Yudi menutup wajahnya, ia frustasi.
" lalu apa yang akan kau lakukan dengan perut yang akan membesar itu? Kemana kau akan menyembunyikannya??" tanya Yudi,
" jangan keras kepala Ran.. Mas mohon padamu.. Membesarkan anak sendiri itu tidak mudah??" imbuh Yudi sembari menggeleng gelengkan kepalanya, masih kacau dan kebingungan.
" Aku akan pergi mas, aku akan pergi saat perutku mulai membesar.."
" jangan gila?! Kau mau pergi kemana?! Kau tidak pernah berpisah dariku selama ini, almarhum ibu dan bapak juga berpesan padaku agar aku menjagamu??" air mata Yudi tumpah juga, hatinya sungguh pedih melihat adiknya seperti ini.
" Mana mungkin aku tega membiarkanmu yang hamil besar hidup sendirian ran...??" laki laki itu terduduk di hadapan adiknya sembari menangis, ia sungguh sungguh tidak sanggup membayangkan hal apa yang akan di lalui adiknya.
" Biar dia tinggal dirumah budhe ku saja mas, budhe weni kan tinggal sendiri, anak anaknya sudah menikah semua,
rumahnya juga tidak hanya beda kecamatan, kita bisa melihat Rani sesering mungkin..
kita ungsikan Rani disana sampai dia melahirkan.." sela Rinta tiba tiba, seperti memberi jalan keluar bagi kebuntuan suaminya.
Sore itu mendung, Pak Hermawan baru saja pulang dari kantornya.
Setelah mandi laki laki itu duduk di ruang tengah seperti biasanya, sambil meminum teh buatan istrinya.
" Beberapa hari ini kulihat wajahmu mendung, ada apa ma?" tanya pak Hermawan.
" huhhhh.." tidak menjawab, istrinya itu hanya menghela nafas.
" lha.. Malah begitu.. Ada apa sih maa??"
" Masih ingat mantan menantu kita pa?"
" Kirani??" tanya Hermawan memandang istrinya,
" aku bertemu dengannya.."
" dimana??" laki laki beruban itu terlihat penasaran,
" dirumahnya, Hanum tidak sengaja bertemu dia di luar, karena takut dia menghindar, malamnya aku langsung menuju rumahnya.."
" astaga kau ini ma, apa dia tidak kaget?"
bu hermawan terlihat sedih, ia tertunduk sejenak lalu kembali memandang suaminya.
" Apa benar mereka tidak bisa di satukan lagi? kudengar dia belum menikah lagi,
lalu Hangga.. Dia juga tidak dekat dengan perempuan manapun..??"
sekarang Hermawan yang menghela nafas,
" kau tidak bisa memaksakan keinginanmu pada mereka ma, sadarlah, sudah bertahun tahun mereka bercerai,
jika mereka mempunyai perasaan cinta, pasti akan saling mencari,
tapi kau lihat sendiri..
Hangga yang seperti gunung batu itu, ia bahkan tak berkutik, menyebut nama Kirani sekalipun tidak.."
" lalu kenapa dia belum juga menikah lagi sampai sekarang?
kenapa dia juga tidak menerima itikad baik dari putri pak Darmo rekan bisnismu?
bukankan putri pak Darmo sangat menaruh hati padanya?"
" itulah masalah selera hatinya ma, siapa yang bisa mengatur perasaannya.." ujar Hermawan pasrah.
" kau lihat dia sekarang, hanya mengurusi tanah dan tumbuhan, bahkan kita pun jarang dia jenguk?!"
" biarkan yang penting dia tidak membuat masalah seperti Genta,
bersyukurlah Hangga adalah seorang anak yang pendiam dan bukan pemberontak..
yah.. Semenjak pernikahannya gagal dia sedikit memberontak sih..
bercerai, keluar dari perusahaan, memulai bisnis sendiri.." keluh Hermawan,
" Genta membuat masalah apalagi?" tanya istrinya khawatir,
" dia memasukkan orang seenaknya ke perusahaan, alhasil ribut lah staf staf lain,"
" perempuan?"
Hermawan mengangguk,
" astaga.. Anak itu.. Kukira anak pertama bisa menjadi contoh yang baik, tapi lihatlah.. Ini salah kita terlalu memanjakannya..".
.....