Mendadak Nikah

Selesai sarapan pagi, Oma mendatangi Lingga di kamarnya dan memberikan sebuah gaun cantik untuk cucuc menantu kesayangannya itu. Bagaimana tidak menjadi kesayangan? Lingga berhasil membuat Oma Anna jatuh hati padanya. Buat Oma Anna, Lingga adalah wanita yang cocok mendampingi Hendiko.

"Lingga," panggil Oma yang amsuk begitu saja ke kamar Lingga.

Oma Anna begitu terkejut karena Lingga sedang mengganti sprei sendiir tanpa bantuan asisten rumah tangga yang cukup banyak di rumah ini. Lingga begitu terkejut melihat Oma Anna yang tiba -tiba saja masuk dengan paper bag di tangannya.

"Oma ... Bikin Lingga jantungan saja," ucap Lingga pelan.

"Kamu ngapain sayang? Bukannya suruh Mey atau lainnya," titah Oma Anna pada Lingga.

"Tidak perlu Oma. Kalau kamar pribadi alagkah baiknya di bersihkan sendiri lebih afdol. Lagi pula, kalau ada sesuatu yang berpindah tempat, Lingga tahu, dan Mas Diko tioak akan marah menualahkan siapa pun di rumah ini, cukup Lingga yang di marahi," ucap Lingga dengan senyum.

Lingga menyelesaikan sedikit lagi pekerjaannya memasukkan sarung bantal dan gulingnya. Lalu menghampiri Oma Anna.

"Kamu jangan terlalu cape Lingga. Kamu harus cepat kasih Oma cucu, kalau bisa langsung dua atau tiga seklaigus, biar ramai," cicit Oma penuh harap pada Lingga.

Permintaan Oma Anna tidak akan mungkin terkabul dalam waktu dekat. Posisi Lingga hanya pelengkap sekaligus pekerja saja, bukan istri sungguhan yang di nikahi secara wajar.

"Hemmm Oma. Oma ada apa kesini? Ada perlu apa? Atau ada yang bisa Lingga bantu?" tanya Lingga pelan.

"Ini untuk kamu," ucap Oma sambil memberikan paper bag itu pada Lingga.

Lingga menerimannya dan menatap sebuah gaun yang sangat cantik warnanya. Tapi entah, bentuknya seperti apa.

"Makasih Oma. Tapi gaun ini untuk apa? Memang akan ada acara?" tanya Lingga pelan.

"Kamu sekarang masak untuk makan siang, lalu kita pergi ke kantor suami kamu untuk membawakan makan siang untuknya. Setelah itu kita pergi jalan -jalan. Temani Oma jalan -jalan disini. Oma terlalu lama berada di Belanda," ucap Oma pelan.

Lingga hanya menatap Oma Anna dengan bingung. Padahal Hendiko sempat bicara untuk tidak mendatangi kantornya. Tapi ini permintaan Oma.

"Oma memanggil saya?" tanay Leo yang masuk ke kamar Lingga karena panggilan Oma lewat Mey.

"Lingga mau masak dan ingin mengantarkan makan siang untuk cucu tersayangku. Kamu antar Lingga ke kantor Hendiko dan antar saampai ruangan Hendiko, pastikan Hendiko menemui Lingga," titah Oman Anna dengan suara lantang.

"Siap Nyonya besar," jawab Leo dengan lantang sambil menatap Lingga yang terlihat manis juga sedang menatap dirinya. Padahal Leo sudah bersiap menerima Lingga bila sewaktu -waktu Hendiko menceraikan dan mengusir Lingga dari rumah besar ini. Tapi, dewi fortuna ternyata lebih sayang pada Lingga, membawa Oma Anna datang ke rumah besar ini dan menyukai Lingga yang sederhana itu.

"Kalau begitu Lingga masak dulu ya, Oma. Oma mau makan siang juga kan?" tanya Lingga dengan suara lembut.

Oma Anna mengangguk, "Tentu Oma makan masakan kamu. Terus Oma makan apa?"

Lingga terkekeh sendiri, sikap Oma terkadang seperti anak kecil yang emminta makan pada Ibunya.

"Oke Lingga masak sop buntut, pasti enak," ucap Lingga dengan penuh semangat.

Lingga bergegas keluar kamar menuju dapur untuk segera memasak.

Kini, di ruangan itu hanya ada Leo dan Oma Anna.

"Benar Lingga kekasih Hendiko? Atau ia hanya gadis bayaran yang di paksa untuk menjadi istri bayangan Hendiko?" tanya Oma Anna pada Leo dengan tatapan tajam.

"Soal itu, Leo tidak tahu Oma. Kemarin Leo hanya di suruh emmbawa gadis itu ke ruang make up untuk di rias sebagai pengantin wanita. Tuan Hendiko terpuruk saat tahu, Nona Anggie meninggalkannya, Oma," ucap Leo kemudian dengan jujur.

"Oma tidak suka dengan Anggie. Wanita itu penuh dusta. Kamu tahu, Anggie itu sedang hamil dengan lelaki yang selama ini membiayai hidupnya. Anggie itu bukan kalangan atas, tapi ia berpura -pura sepadan untuk mengambil hati Hendiko. Ia rela menajdi wanita simpanan bos besar agar bisa meningkatkan valuenya dan saat bos besar itu tahu, Anggie akan menikah dengan Hnediko, ia sengaja membuat Anggie hamil agar rencananya gagal total. Jadi untuk apa cucuku memikirkan wanita busuk seperti Anggie. Lebih baik Lingga, jelas memang bukan keturunan kelas atas tapi bisa mengambil hati Oma menjadi suka padanya," ucap Oma Anna dengan jelas dan tegas.

"Iya Oma. Nona Lingga memang punya pesona unik yang tak bisa di ungkapkan dengan akta -kata," jawab Leo jujur.

"Jangan bilang kamu juga suka pada Lingga. Ingat, dia istri tuan kamu. Akan Oma pastikan, Lingga akan tetap menjadi istri Hendiko, dan Hendiko tidak akan bisa menceraikan Lingga sampai kapan pun," tegas Oma pada Leo membuat lelaki yang sudah lama menjadi asisten Hendiko itu bergidik negri melihat kemarahan Oma Anna. Nasihat Oma Anna bukan main -main, kalau sampai Leo berani menggoda istri tuannya itu, ia tidak hanya berhadapan dengan Tuan Hendiko tapi juga denagn Oma Anna yang memiliki banyak amta -mata tersebar di kota ini. jangan salah sepak terjang Oma Anna itu tersembunyi dan terselubung. Bahkan rencana Hendiko saja sudah bisa di ketahui dan di prediksi oleh Oma Anna jauh hari.

"Iya Oma. Saya hanya kagum pada Nona Lingga bukan berarti saya suka. Gadis itu sungguh menarik walaupun sederhana," puji Leo.

"Penglihatan kamu sungguh baik jika melihat yang bening. Tapi tidak dengan cucuku yang bodoh karena cinta. Di kasih apa sama Anggie? Sampai tak mau mencari wanita lain? Lingga yang tampil sempurna saja tidak di lirik, tapi Oma yakin, kalau Hendiko mulai mengangumi Lingga," tegas Oma dengan suara lantang.

***

Lingga sudah berkutat dengan berbagai bahan makanan dan peralatan dapur. Menu makan siang hari ini adalah Sop Buntut Sapi, bakwan jagaung, sambal dan emping manis.

Semua hasil masakannya sudah Lingga siapkan di meja makan, dan para asisten sudah emnyiapkan lat makan lainnya. Lingga sedang memasukkan makanan itu ke dalam kotak makan dan membuat sup buah dalam kotak bekal terakhir sebagai pencuci mulut.

Lingga menyuruh asistennya untuk memnaggil Oma Anna untuk segera makan siang bersamanya. Lingga sudah mempersiapkan makan siang untuk Hendiko, suaminya.

"Wahhh ... Ini baru nikmat. Wanginya sampai ke atas.Oma sampai gak bisa tidur, pengen cepat nyicipin Sop Buntut Sapi buatan kamu, Lingga," puji Oma Anna dengan tulus dan senyum merekah.

"Oma itu paling bisa mujinya. Sampai Lingga mau terbang ke angkasa ini. Cobain dulu ya, Oma, enak atau tidak," pinta ingga pada Oma Anna.

"Pasti enak. Oma yakin sekali," ucap Oma Anna pada Lingga.

Oma Anna menarik kursi makan dan mulai mencicipi Sop Buntut Sapi buatan Lingga yang benar -benar nikmat sekali. Dagingnya selalu empuk sehingga Oma bisa menikmatinya tanpa harus ketakutan tak bisa mengunyah.

"Tuh kan ... Enak banget," puji Oma yang lalu mengambil nasi dan bakwan jagung serta emping manis.

"Empingnya jangan banyak -banyak Oma, nanti asam urat," cicit Lingga menasehati.

Oma Anna menoleh ke arah Lingga dan tersenyum.

"Iya Lingga. Terima kasih sudah di ingatkan, Oma suak kalap," ucap Oma Anna tertawa.

Hubungan emosional Oma Anna dan Lingga semakin erat. Keduanya semakin mengenal satu sama lain lewat hati. Oma Anna semakin suka dan kagum pada Lingga, hingga Oma Anna punya rencana besar untuk membuat Hendiko melupakan Anggie selamanya dan fokus pada Lingga.