SEQUEL dari kisah sebelumnya yang berjudul BUKAN JANDA BIASA ( Hanya status )
Amelia Putri Al-Hussein, gadis cantik berkacamata yang tidak menyukai orang dewasa justru terjerat cinta seseorang dengan perbedaan usia terpaut 11 tahun.
Doni Alexander, di usianya yang menginjak 36 tahun tak ingin menikah sebelum misinya berhasil. Namun, kini pemikirannya berubah setelah bertemu dengan gadis cantik adik ipar keponakannya.
Akankah keduanya bersatu? dan mampukah Doni menjalankan misinya? dan misi apakah yang sedang ia lakoni?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepi Tanpamu
Gadis cantik yang memiliki belah dagu itu enggan bangun dari tidurnya. Ia semakin menarik selimut tebalnya menutupi tubuhnya.
Sampai dimana dering telepon genggam berbunyi mengganggu waktu istirahat gadis cantik itu. Ia meraba nakas yanga ada di sebelah tempat tidur kemudian mengangkat panggilan itu masih dalam keadaan terpejam.
"Halo."
"Halo calon istri, belum bangun juga? ini udah siang lho, enggak kerja?"
"Aku sudah bangun, Om. Kau yang membangunkan tidurku, ganggu saja," umpatnya kesal.
"Jadi aku ganggu kamu, nih?"
"Sudah tahu ganggu malah nanya, ada apa? mau apa? ngapain pagi-pagi udah nelpon aku?"
"Om cuman mau dengerin suara kamu saja, rindu soalnya. Tapi kalau kamu merasa terganggu dengan kehadiran Om, terganggu dengan panggilan-panggilan dari Om, Om tidak akan mengganggu kamu lagi. Jaga diri baik-baik ya, Om sudahi dulu telponnya. Semoga kamu happy terus dan maaf sudah membuat kamu kesal."
Tuut.... Doni benar-benar mematikan telponnya membuat Amel yang tadi terpejam menjadi membuka mata.
"Maksudnya apa? tumben Om Doni tidak memaksa?" gumamnya bertanya-tanya.
*********
Kota M
Doni yang juga sudah bersiap untuk kerja menatap handphone yang ada foto Amel. "Mungkin dengan cara saya menjauhimu, kamu akan menyadari bahwa kehadiranku membuatmu bahagia."
Doni memasukan benda yang ia genggam ke dalam saku celana dan melangkah keluar rumah. Rumah milik Syafira yang ada di kota M.
"Le, kita berangkat sekarang. Banyak yang harus kita kerjakan di sini." Doni mendekati Leo yang sedang sarapan.
"Bentar, Bos. Makanan belum habis, sayang kalau di buang dan kalau tidak habis nanti makanannya nangis." Leo menjawab dengan mulut penuh makanan.
Doni pun ikut sarapan bersama mengingat ia juga belum makan dari semalam.
"Sebenarnya kita ke kota ini mau ngapain sih bos? kan Cafe aman terkendali tak ada masalah sedikitpun."
"Ada misi yang harus kita selesaikan di sini sampai benar-benar selesai. Pantang bagi BLACK EAGLE pulang sebelum misi berhasil," jawab Doni.
Leo mengangguk-angguk mengerti. Selain bekerja sebagai asisten Doni, Leo juga salah satu anggota BLACK EAGLE pembela kebenaran dan keadilan.
"Pasti Syafira yang menyuruh kita, diakan yang paling tahu segalanya sebelum kita?"
"Yap, tebakanmu benar, Le. Dia kan bos nya dan dia juga yang nyaranin kita untuk menyelesaikan masalah di sini lebih tepatnya masalah para preman jalanan."
"Ok, semoga misi kita berhasil dan jangan lupa ajak tuh si Alex!" lanjut Doni.
"Siap bos."
***********
Kota J
Sudah siang Amel tak melihat Doni, baik di rumah maupun di tempat kerja. Ia merasa ada sesuatu yang hilang di saat Om bujang lapuk itu tidak ada mengganggu.
"Tumben sekali Om Doni tidak terlihat? diakan paling suka ngintilin aku, ganggu, atau jahilin aku." Gumam Amel membereskan setumpuk kertas yang ada di meja kerjanya.
Merasa bosan, Amel ke luar bergabung dengan teman sekaligus karyawannya. Dia duduk termenung menatap bangunan Cafe bertuliskan SC AND R yang ada di depan tokonya.
"Terasa sepi tanpamu, Om." monolog hati kecilnya.
"Mel, loe kenapa melamun?" tanya Sari.
Amel tersadar. "Hah, iya, tidak kenapa-kenapa. Cuman sedikit gak enak badan saja," jawab Amel membenarkan duduknya.
"Pasti karena Rangga ya? oh, iya, loe harus tahu tentang Rangga yang selingkuh dengan teman SMA kita. Tadi, sebelum berangkat, gue lihat Rangga jalan bareng Syifa mesraaaa banget. Gue kira dia selingkuh dari loe, Mel." ucap Sari memberitahukan apa yang ia lihat tadi di jalan.
"Gue udah tahu Rangga selingkuh dan gue udah putus dengannya seminggu yang lalu."
"Pantesan loe murung, yang sabar ya, honey. Loe pasti akan dapat yang jauh lebih baik dari Rangga," Sari mengusap pundak Amel ikut sedih dan prihatin akan nasib percintaan mereka.
Amel memaksakan tersenyum dan hatinya berkata, "Bukan Rangga yang buat gue muram, tapi Om Doni yang tak kunjung datang."
Hari semakin siang dan semakin sore, Amel malah berharap Doni menghubunginya lagi. Namun harapan itu tak jadi kenyataan karena Doni tak kunjung menghubungi.
Amel membuang nafasnya secara kasar. "Ada apa denganku? kenapa aku merasa kesepian meski banyak orang di sini? dan Om Doni, kemana dia? kenapa dia tidak ada? apa dia beneran tidak akan mengganggu ku lagi."
***********
"Apa yang akan kita lakukan mengenai mereka, Bos?" tanya Leo memperhatikan setiap preman jalanan yang sedang memalak.
"Kita bikin mereka mau bertaubat dan buat mereka menjadi preman insyaf."
"Apa mungkin kita mampu mengajak mereka yang notabenya sangat keras dan tidak akan mudah terpengaruh akan bertaubat?" kali ini Alex yang bertanya.
"Kita coba saja dulu. Kalau sudah di coba dan hasilnya tak sesuai harapan tak mengapa, setidaknya kita sudah berusaha demi kebaikan mereka."
Leo dan Alex mengangguk.
"Mana uang jalannya?" pajak preman itu.
"Daripada kalian memalak mending kalian kerja cari uang yang halal," kata Doni.
"Ini juga kerja jadi jangan sok menyuruh kita. Mana uang setoran pajak jalan kesini!" pintanya kembali.
"Kalau kami tidak mau memberikan apa maumu?" tanya Leo.
Para pemalak itu saling lirik memberikan kodenya. "Terpaksa kami akan memberikan kalian pelajaran.
"Pelajar apa? IPA, IPS, MATEMATIKA, atau bahasa Inggris?" celetuk Alex meledek.
"Kalian....! Serahkan uang kalian sebagai pajak jadi kalian boleh pergi dari sini. Buruan!" sentaknya memukul bagian mobil mereka.
*********
Amel merebahkan kepalanya di pangkuan Arman. Dinda dan Arman bingung melihat putri mereka yang terlihat murung dan lesu.
"Tumben manja? ada apa? apa ada masalah di toko?" tanya Arman.
"Tidak ada, Pah. Aku hanya merasa lelah saja seharian kerja."
"Masa? bukannya kamu paling semangat kalau masalah pekerjaan dan tak ada kata lelah. Tapi, hari ini Mama lihat kamu seperti memikirkan sesuatu?" ucap Dinda menelisik wajah Amel yang terlihat murung.
"Gak ada apa-apa, Mah, Pah. Beneran, aku hanya lelah saja."
"Oh." Dinda ber- oh ria.
"Pah, kemarin Doni berpamitan sama Mama kalau dia akan menetap di kota M," ucap Dinda melihat wajah Amel yang terlihat terkejut.
"Beneran?" tanya Arman dan Amel bersamaan.
"Iya, beneran."
"Kok, Om Doni tidak bilang padaku akan menetap di sana?" Amel mengernyit heran dan semakin murung.
"Emangnya harus ya? bukannya kamu bilang, kalau kamu bukan siapa-siapa Doni, lalu kenapa Doni harus bilang dulu sama kamu, Mel?" tanya Dinda.
Amel tak bisa menjawab ucapan Dinda, hatinya risau kalai Doni sampai menetap dan kemungkinan kembali akan jarang.
"Ya bu-bukan apa-apa, setidaknya dia pamitan sama kita semua." Jawab Amel terbata, dan ia berdiri meninggalkan kedua orang tuanya.
Arman dan Dinda saling lirik tersenyum geli.
Amel memukul-mukul bantal. "Bujang Lapuk ngeselin, kurang ajar, brengsekkk, jadi ini alasan Om tidak akan mengganggu ku lagi?"
Hatinya benar-benar kesal dan sesak, ia memeluk bantal itu menelusupkan wajahnya ke bantal. "Hidupku sepi tanpamu, Om."
Bersambung....