NovelToon NovelToon
Di Bawah Langit Yang Sama

Di Bawah Langit Yang Sama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Cinta Seiring Waktu / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".

Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.

" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".

Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.

Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Detak jam dinding terus berputar seolah enggan untuk berhenti sejenak, membuat waktu begitu cepat berlalu dengan malam yang semakin larut. Helaan nafas panjang dan begitu berat kini terasa sangat melelahkan, namun kedua bola mata itu masih sangat segar dan terjaga bahkanbelum ada tanda-tanda untuk memejam.

Liora melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang kini lampunya telah temaram, sekedar minum susu hangat mungkin bisa menangkan pikiran yang saat ini terasa cukup ramai. Pandangan matanya kini menatap segelas susu hangat dihadapannya dengan kosong, seolah semuanya hanya ilusi semata tanpa perasaan.

Putaran kejadian siang tadi ketika bertemu kembali dengan seseorang yang masih bertahan dihati, pelukan hangat yang selama ini dirindukan kini telah berada didepan mata. Lima tahun berlalu tidak ada yang berubah selain fisik dan juga ego yang semakin turun (sepertinya), ketika semesta mulai menunjukkan tanda-tanda restu dan jarak bukan lagi pembatas namun masih ada luka yang cukup dalam harus segera disembuhkan.

" Kamu kembali... Aku merindukanmu".

Suara itu lirih tangan kanannya memegang dada yang seolah tengah menenangkan sebuah rasa sesak dalam dadanya. Air mata itu kembali tumpah tanpa suara, rasa cinta yang begitu besar mengalahkan luka dalam yang belum sempat disembuhkan secara perlahan.

Seketika bayangan sang papa kini datang seolah segera menyadarkan Liora, tentang

" Restu" yang masih belum ada jalan terbaik akan kembali menjadi sumber masalah untuk keduanya jika memang kembali lagi.

Siang tadi Arga memang mengucapkan kalimat jika ia akan berjuang, namun rasa khawatirnya akan kembali ditinggalkan kini kembali lagi menciptakan keraguan yang semakin besar.

Dulu, aku yakin jika Restu Papa akan hadir dengan seiring berjalannya waktu. Bahkan aku sempat memiliki harapan besar kepadamu Arga...

Tetapi ternyata kamu memilih menyerah, meninggalkan aku seorang diri dan restu itu hilang tanpa jejak...

Lima tahun ini aku bingung, bagaimana cara aku melanjutkan hidup tanpa kamu...

Bagaimana, aku harus menghadapi setiap tantangan yang datang tanpa permisi...

Bagaimana, jika aku ingin makan seafood sedangkan aku tidak bisa mengupas kepiting karena biasanya kamu akan mengupas terlebih dahulu bahkan menyuapiku...

Bagaimana, jika aku pergi keluar tanpa kamu menemani sedangkan aku terbiasa dengan kamu...

Air mata itu kini mengalir begitu deras bahkan sampai membuat pundaknya bergetar, setelah ini Liora akan sering bertemu bahkan berinteraksi dengan Arga.

Bagimana jika ternyata kamu telah menikah Arga? Apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku disini masih menunggu kehadiranmu.

Sepertinya di jam rawan seperti ini memang pemikiran negatif seolah bisa berjalan dengan bebas dikepala manusia yang sedang merasakan lelah, Liora benar-benar kalah kali ini.

Tanpa Liora sadari sejak tadi ternyata ada sepasang orangtua yang sedang memperhatikan sang anak, rasa bersalah semakin menggelayut kedalam hati Pradana dan juga Meta. Sebagai orangtua seharusnya menjadi pelindung untuk anaknya, namun justru sumber kesedihan yang saat ini menghampiri sang anak adalah karena keegoisan mereka.

" Pah, lihat bagaimana rapuhnya anak kita. Bahkan dia menumpahkan kesedihannya seorang diri hanya demi menjaga perasaan kita selama ini". Sebagai seorang ibu Meta memiliki perasaan yang cukup sensitif.

Pradana kini menggenggam tangan sang istri seolah meminta kekuatan, tubuhnya terasa sangat lemah melihat tangisan sang anak yang begitu menyayat hati.

" Mah, Papa benar-benar bersalah. Karena keegoisan papa yang besar kini anak kita justru merasakan sakit seorang diri, Aku gagal menjadi seorang Papa". Kini Pradana menatap kosong tubuh sang anak yang masih bergetar dengan tangisan tanpa suara.

" Cara kita yang salah Pah".

" Papa merasa sudah berusaha melindungi Liora, tetapi ternyata Papa memberikan luka yang cukup dalam untuk anak kita".

Meta menundukkan kepalanya, entah apa yang harus ia katakan kali ini karena memang itu semua adalah kenyataan.

" Cinta Arga dan Liora benar-benar tulus Ma, hanya karena keegoisan Papa yang marah namun salah orang sampai akhirnya membawa kesedihan untuk anak-anak yang tidak tahu menahu".

Udara malam ini terasa dingin namun diruangan makan rumahnya kali ini terasa panas, membuat nafas keduanya terasa sesak seolah kekurangan oksigen.

" Kita sudah tua Pah, semua sudah kita dapatkan sekarang tugas kita hanya membahagiakan anak. Kurangi egomu, memberikan restu tidak akan merendahkan harga diri yang kamu miliki saat ini Pah".

Meta kini mengusap lengan sang suami dengan lembut, menatap dalam kedua bola mata sang suami seolah memberi jawaban yang bijak.

Setelah berperang batin kini Pradana menghampiri sang anak dengan langkah pelan, sedangkan sang istri duduk memberi waktu untuk anak dan Papa itu berbicara dari hati ke hati.

" Adek..."

Suara berat itu kini terdengar lebih dekat membuat Liora kaget, segera menghapus air matanya dan langsung berdiri merubah ekspresi wajah secara ekspres dengan senyuman yang terlihat begitu manis, wajahnya yang sembab tidak bisa menutupi kesedihan yang sedang dirasakan.

" P.. Pa.. Papa? Papa belum tidur? Mau adek buatkan kopi atau teh?" Liora yang sudah terbiasa menyimpan semuanya kini tidak sulit untuk mengatur kondisi perasaannya.

Grreeeppppp....

Dengan gerakan cepat kini Pradana membawa tubuh sang anak kedalam pelukannya, membuat Liora tidak bisa menahan tangisnya yang tadi sempat terhenti.

" Nangis aja dek, Papa disini"

Seolah sebuah hipnotis membuat Liora kini membasahi baju sang Papa dengan air mata, tidak bisa lagi disembunyikan kesedihannya Liora benar-benar sudah kalah kali ini. Lima tahun menutupi seolah semuanya baik-baik saja, ternyata kini harus kalah dengan perasaannya.

" Maaf Papa... tolong ampuni adek Pah..."

Tidak ada jawaban dari Pradana hanya usapan lembut yang dirasakan oleh Liora kali ini.

" Adek kalah papa, ampuni adek yang ternyata masih menyimpan perasaan itu untuk Arga, selama lima tahun adek berperang namun saat ini semesta sedang memiliki rencana lain karena ternyata sekarang dia kembali Paahh".

Tidak ingin menutupi karena pada akhirnya sang Papa akan mengetahui, Liora kini menyampaikan kehadiran Arga yang membuat hatinya gundah.

" Lalu, bagaimana perasaan adek?"

Mendengar jawaban sang Papa membuat Liora mengerutkan keningnya, kini melerai pelukannya dan menatap heran sang papa.

" Maksud Papa bagaimana, apa papa tidak marah?". Bukannya marah atau menjawab pertanyaan sang anak, justru pertanyaan diluar prediksi kini terlontar ringan begitu saja.

" Apa adek masih mencintai Arga? bahkan sampai menangis, bukankah masanya sudah lewat lima tahun lalu?" Arga sengaja ingin mendengar jawaban sang anak.

" Maafkan jika Liora egois Pah, tapi Arga masih jadi yang terbaik tidak ada yang bisa menggantikan" Liora kembali membenamkan wajahnya didada sang Papa, tidak ingin melihat kemarahan Pradana sehingga Liora lebih memilih bersembunyi.

" Minta Arga untuk bertemu Papa besok malam dek, bisa?"

Deggg...

Mendengar ucapan sang Papa membuat rasa takut didalam dada Liora semakin besar, apakah akan ada kejadian lima tahun lalu part 2 ?.

Bagaimana cara Liora mengabari Arga, kini kebingungan dan ketakutan bercampur jadi satu dalam kepala Liora. Menyesal tadi harus mengatakan jika Arga sudah kembali.

Tuhan, tolong kali ini berbaik hatilah kepadaku...

Aku hanya ingin memperjuangkan tanpa harus ada pihak yang tersakiti, mengapa begitu sulit sekali jalannya?

1
Wang Lee
Iklan untukmu
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Wang Lee
Ngak, itu namanya cengeng
Wang Lee
Makanya jangan
Wang Lee
Lagi kok nangis
Wang Lee
Ngobrol saja
Wang Lee
Hehehe
Wang Lee
Usahlah
Wang Lee
Habiskan saja
Wang Lee
Iya...
Wang Lee
Nah....sekarang baru
Wang Lee
Kok bisa begitu
Wang Lee
Jadi elo juga
Wang Lee
Alah elo
Wang Lee
Nah...
Wang Lee
itulah aku
Wang Lee
Makasih
Wang Lee
Justru itu...
Wang Lee
Berubah gimana
Wang Lee
Iya, itulah permasalah kamu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!