Amira dihamili dan dinikahi oleh Gerrard, seorang CEO tampan tapi beristri. Kehidupan Amira mendadak seperti kehidupan tokoh-tokoh di novel online, bergenre pelakor yang sering ia baca.
Ia yang merupakan gadis biasa saja, diminta menjadi istri Gerrard. Sebab istri Gerrard tak bisa mengandung. Amira meminta Gerrard menceraikan istrinya dan hal tersebut dipenuhi. Tanpa mempedulikan perasaan Tiara istri Gerrard, Amira melenggang masuk ke keluarga Gerrard yang kaya raya, dengan kehamilan sebagai golden ticket nya.
Ia menjalani kehidupan bak Cinderella, memiliki mertua yang baik hati, ipar yang manis dan menikmati berbagai fasilitas. Tapi lama kelamaan ia merasa ada sesuatu yang janggal dalam keluarga itu. Tetangga sekitar yang tak mau mendekat, kehamilannya yang tak kunjung melahirkan, suara tangisan bayi setiap malam di dalam rumah.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga sempurna tersebut?. Apa yang sengaja di sembunyikan Gerrard dan keluarganya?. Ikuti saja kisah menarik ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makin Panas
Ciuman mereka makin panas. Gerrard kemudian menarik tubuh Amira dan mendorongnya kesebuah meja.
Ia membuka lebar kedua kaki gadis itu dan tangannya mulai menelusup ke dalam kemeja. Menyentuh dua bongkahan kembar yang ukurannya ternyata cukup besar.
"Nggghhh."
Amira mengeluarkan desah secara alami, sebab tubuhnya kini menerima serangan demi serangan yang terus-menerus dari Gerrard.
Dalam sekejap Amira pun mulai berantakan. Gerrard dengan cepat melepas kancing dari kemeja yang ia pinjamkan pada gadis itu. Sehingga apa yang ia ingin lihat, kini terpampang nyata didepan mata.
"Ssshhh."
Gairah Gerrard semakin naik ke ubun-ubun. Ia kembali mencium bibir Amira, lalu ciuman tersebut perlahan turun ke bawah. Membuat Amira makin tak karuan.
"Pak Gerrard, nghhh."
"Iya sayang."
Gerrard kembali melumat bibir Amira dan mengarahkan tangan gadis itu untuk menyentuh miliknya. Awalnya Amira seperti menolak, namun Gerrard sedikit memaksa.
Benar-benar persis seperti adegan panas di novel online, yang pernah ia baca. Gerrard begitu mendominasi, sehingga Amira tak kuasa untuk menolak.
Disentuhnya benda itu, dan ia pun terkejut dengan ukurannya. Apalagi setelah Gerrard mengeluarkannya dari dalam, dan Amira bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Ia benar-benar terbelalak, karena lagi-lagi sangat akurat dengan apa yang ia khayalkan selama ini.
Gerrard melepaskan semua yang menempel ditubuh Amira, kecuali kemeja. Ia pun lalu menanggalkan apa yang ia kenakan, dengan tetap masih mencium bibir gadis itu.
"Pak, ngghhhh."
Amira benar-benar tidak tahan dibuatnya.
"Ini yang kamu mau dari saya kan?"
Gerrard bertanya masih dengan tatapan matanya yang tajam menembus hati.
"Pak, saya...."
"Ini, atau ini?. Hmmm?"
Gerrard mulai melakukan aksinya dan mencoba memasuki Amira dengan perlahan.
"Hmmh, Paaak, nggghhh."
Nafas Amira seperti tersengal dan tangannya menahan tubuh Gerrard. Gerrard yang bergerak maju dan mundur tersebut pun menyadari satu hal.
"Amira, kamu masih perawan?" tanya pria itu kemudian.
Amira mengangguk dengan wajah yang sedikit meringis, karena Gerrard terus saja melakukan aksinya meskipun pelan. Pria itu kemudian berhenti, lalu menggendong tubuh Amira dan membawanya ke kamar.
Ia meletakkan gadis itu dengan lembut ke atas tempat tidur, kemudian membelai rambutnya sambil berbicara.
"Ini cuma sakit sebentar, sayang." bisiknya.
Ia kembali mencium bibir Amira dan Amira pun membalas semua itu. Ketika Amira mulai terlena, Gerrard kembali mendorong miliknya untuk masuk.
Amira meringis dan agak menolak, tapi kemudian Gerrard menahan kedua tangan gadis itu, lalu mendorong dengan lebih kuat.
"Pak, nghhh."
Gerrard bergerak perlahan sampai Amira kembali nyaman, lalu dengan sekali hentakan maka terbenamlah semuanya.
Amira tak bisa lagi memberontak, ia kini merasakan apa yang selama ini sangat ingin ia rasakan. Sakit, tapi lama kelamaan semua itu terasa nikmat.
Apalagi saat Gerrard mulai kembali bergerak maju mundur, dengan tempo sedang. Amira makin merasa tubuhnya melayang di udara.
Gerrard bisa melihat jika gadis itu sangat menginginkan hal tersebut darinya. Dan Amira sendiri merasakan jika Gerrard juga telah lama menantikan hal yang sama.
"Pak, hmmh, paaak."
Amira meracau tak karuan. Gerrard sangat senang demi mendengar hal tersebut. Karena Amira baru pertama kali, maka ia tak bermain di banyak posisi.
Setelah cukup lama menyatu, akhirnya Amira pun berkata padanya dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Pak, ngghh, saya mau..."
"Saya juga, Amira...."
"Hmmh, ngghhh, aaaahhh."
Gerrard mengerang nikmat, sementara Amira terbelalak matanya dan suaranya tertahan. Ketika semburan cinta itu membasahi dan memenuhi liang rahimnya, semua terasa bergetar serta berdenyut-denyut.
Keduanya pun sama-sama terhempas dalam kepuasan. Amira memeluk Gerrard dan Gerrard mencium bibir gadis yang kini sudah tidak gadis lagi tersebut.
Lalu hening menyeruak, hanya kedua mereka yang saling bertemu satu sama lain. Selang beberapa saat keduanya terlihat sama-sama terlelap.
Ketika bangun di pagi hari, Amira tak menemukan Gerrard disampingnya. Ia mencari ke kamar mandi maupun di luar, tapi pria tampan itu tetap tak terlihat.
Ia hanya menemukan sejumlah uang cash di atas meja makan, berikut secarik kertas berisi pesan.
"Maaf saya harus buru-buru ke kantor, ada masalah peting yang harus di kerjakan. Nanti pintunya di tutup saja kalau kamu pulang, itu akan terkunci otomatis. Saya sudah suruh orang saya menunggu dibawah untuk antar kamu. Kalau kamu masih mau stay di apartemen juga nggak apa-apa."
Amira meletakkan kertas itu, lalu menghitung jumlah uang yang ditinggalkan Gerrard. Ternyata ada sekitar lima belas juta. Amira yang tak pernah memegang uang sebanyak itu pun, langsung kegirangan.
"Sekali doang dikasih lima belas juta?. Apa kabar kalau berkali-kali." ujarnya.
Ia sudah tidak peduli perbuatannya semalam salah atau benar. Ia benar-benar adalah gen Z yang telah terpengaruh racun novel online.
Amira langsung mengamankan uang tersebut dan pergi mandi. Sebab ia harus segera bekerja, sebentar lagi.
Usai mandi, Amira mengganti pakaiannya dengan pakaian semalam. Ia segera turun kebawah lalu mengirim chat pada Gerrard.
"Mobilnya yang mana pak?. Saya udah dibawah sekarang."
"Wait, saya suruh dia dia ke lobi." balas Gerrard.
Tak lama mobil itu pun tiba, dan Amira minta diantar langsung ke kafe. Sebab jika pulang dulu ke kosan, takut terlambat. Saat ini ia masih terikat kontrak dan malas bermasalah dengan Tirani.
Ia tiba di kafe pada beberapa menit kemudian. Tampak wajahnya berseri-seri, sebab ia mengantongi uang lima belas juta dari Gerrard.
"Pagi bestie." ucapnya pada Sheva yang sudah hadir duluan.
"Eh, lo semalam....?"
Sheva langsung bertanya pada Amira mengenai hal yang terjadi semalam. Tapi Amira langsung memberi kode jari di bibirnya sambil mengangguk dan tersenyum.
"Gue baru lihat chat lo sumpah. Semalam gue nggak megang hp, karena dipake sama adek gue main game." ucap Sheva.
"Pantesan lo nggak bales chat gue." ujar Amira lalu mengambil dan mengenakan apron seragam.
"Tapi beneran lo nginep ditempat pak Gerrard?" tanya Sheva penuh semangat.
Tiba-tiba Tirani masuk dan berada diantara mereka semua.
"Ntar gue ceritain." ujar Amira sambil menjauh.
Lalu keduanya pun disibukkan oleh pekerjaan bersih-bersih. Sebab mata Tirani kini mengawasi mereka dari dekat.
Setelah kafe buka dan pelanggan mulai berdatangan, barulah mereka semua bisa lepas dari pengawasan. Tirani sendiri sudah disibukkan oleh hal lain.
Sheva pun buru-buru mendekat, karena sudah sangat penasaran dari tadi. Ia bertanya pada Amira tentang apa yang terjadi semalam.
"Lo nginep di tempatnya pak Gerrard?" tanya nya antusias.
Amira diam menatap sahabatnya itu, tetapi dengan mata yang berbinar dan bibir yang tersenyum. Kepalanya mengangguk seperti menegaskan jika semua itu benar adanya.
"Oh my Gosh, terus, terus, gimana?" tanya Sheva lagi.
Amira kembali tersenyum dengan mata yang kian membesar.
"Otw bunting." jawabnya seraya mengelus perut.
"Hah, serius?" Sheva terbelalak tak percaya.
"Lo di hmm, hmm sama pak Gerrard semalem?" lanjutnya lagi.
"Ya iya dong, mana hot banget lagi." bisik Amira sambil tertawa.
"Bukanya lo bilang kalau lo belum pernah?" tanya Sheva seraya mengerutkan dahi.
"Iya, itu first night gue." jawab Amira santai.
Sheva menarik nafas agak dalam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya..
"Wah, wah, wah, berani juga lo ya Mir. Gue kira omongan kita selama ini cuma di mulut doang." ucap gadis itu.
"Udah terlanjur depan mata, masa iya gue tolak."
Amira berkata seperti tak ada penyesalan sama sekali.
"Oh iya, gue ada ini."
Amira menyerahkan sejumlah uang pada Sheva, dan Sheva pun terkejut melihat semua itu.
"Banyak banget Mir, buat gue?" tanya nya tak percaya.
Amira mengangguk
"Iya dong, masa iya gue ketiban durian runtuh, lo nggak gue bagi." ujar perempuan itu.
Maka Sheva pun kini jadi makin sumringah.
"Makasih, Mir." tukasnya kemudian.
"Sama-sama." jawab Amira.
***