Kembalinya Sang Pewaris

"Dimana sekarang kamu dan anakku Saraswati?"

Batin pak Adrian mulai berkecamuk, saat baru saja dia mengetahui kebenaran bahwa ternyata Casandra sudah berani menyembunyikan rahasia terbesar dari hidupnya tentang siapa jati diri anak angkatnya itu.

"Bagaimana pak? apa kita akan melanjutkan misi kita?" Tanya Arka.

"Lanjutkan Arka, lanjutkan sampai bukti-bukti itu sudah sampai di tangan saya."

"Oya, tolong kamu selidiki juga dimana kini Saraswati berada."

"Saraswati? siapa Saraswati itu pak?'' tanya Arka

Pak Adrian nampak terdiam, hatinya sedang tidak baik-baik saja, dia berusaha memberanikan diri berbicara pada Arka tentang masa lalunya.

"Dia adalah istri siri saya yang pertama." Pak Adrian kembali terdiam, entah kenapa dadanya tiba-tiba saja terasa sesak kala mengingat kembali Saraswati.

"Dia sudah lama saya tinggalkan, waktu itu orang tua saya menyuruh saya untuk menikah dengan Casandra, saya tidak tahu kalau saya akan terjebak dalam pernikahan ini."

"Keluarga Casandra sudah berani membohongi saya dan juga keluarga besar, mereka sengaja menutupi Casandra yang sedang berbadan dua saat menikah dengan saya, saya benar-benar bodoh! saya benar-benar sudah tertipu." Arka masih fokus mendengarkan pak Adrian berbicara.

"Jadi? bukankah itu impas, kalian berdua memang benar-benar pantas mendapatkan karmanya." umpat Arka di dalam hatinya.

Arka adalah seorang anak yatim, dulu Ayahnya pernah menjadi korban tabrak lari oleh keluarga Adrian, sampai pada waktu itu polisi bisa mengungkap siapa sebenarnya orang yang sudah menabrak ayahnya.

Sekarang didepan matanya dia baru melihat orang-orang yang sudah menghilangkan nyawa ayahnya mulai mendapat balasannya.

Arka sengaja bekerja di perusahaan pak Adrian hanya karena ingin balas dendam atas kematian ayahnya.

"Arka, ambil ini, ini adalah pentunjuk untuk mencari Saraswati dan juga anak kandung saya." sebuah map baru saja pak Adrian serahkan pada Arka, disana map itu langsung di terima oleh Arka.

"Baiklah, saya akan segera mencari ibu Saraswati pak." Arka segera pergi dari ruangan itu, menuju keruangannya.

"Aku ingin keluarga Adrian hancur, dia pikir setelah bertemu dengan istri siri dan anak kandungnya nanti, dia akan diterima begitu saja, tidak bisa! kemana anda dulu pak Adrian, saat ayahku menghembuskan nafas terakhir dan berpesan pada anda untuk bertanggung jawab agar membesarkan putranya?"

"Dengan mudahnya anda melupakan anak itu, dan andai bapak tahu anak itu sekarang sudah tumbuh besar, bahkan sekarang dia sudah menjadi asisten pribadimu."

Arka kembali teringat tentang masa kecilnya, Arka kecil hanya dibesarkan oleh ibunya saja, sejak kecelakaan itu terjadi dia mengalami trauma yang mendalam atas kehilangan ayah yang disayanginya.

Mungkin sekarang Tuhan sudah menjawab doa-doanya, sekarang dirinya sudah mulai diperlihatkan atas semua karma-karma yang sudah keluarga Adrian lakukan terhadap dirinya dan juga ibunya.

**

Sore itu seperti biasa Saraswati pasti sedang duduk didepan teras rumahnya, sudah menjadi kebiasaannya sepulang dirinya bekerja dia pasti akan duduk di teras menunggu putra satu-satunya pulang kerumah kecilnya.

Nampak dari jauh terdengar suara motor Briyan mulai mendekat kearahnya, benar saja Briyan baru saja pulang dari bekerja.

"Selamat sore Ibu?" ucap Arka sambil tersenyum kepada ibunya.

"Sore sayang, kamu sudah pulang?"

"Iya ibu, oya, aku bawakan sesuatu buat ibu." nampak mata Saraswati langsung berbinar saat melihat bungkusan plastik yang sedang di pegang Briyan.

"Apa itu?"

"Ini makanan kesukaan ibu." Saraswati langsung bisa menebak apa yang sudah Briyan bawakan untuknya.

"Kenapa bu? kenapa Ibu langsung diam? apa ibu tidak suka aku bawakan makanan kesukaan ibu?"

"Ibu tidak apa-apa sayang, kalau begitu ibu akan ambil piring buat tempat martabaknya ya?" Saraswati langsung masuk kedalam rumahnya untuk mengambil piring di dalam dapur miliknya.

Sebenarnya Briyan tahu, kenapa ibunya langsung terdiam, ibunya pasti sedang teringat pada sosok ayahnya yang suka sekali dengan martabak.

"Andai saja aku tahu siapa ayahku? seperti apa wajahnya? seandainya beliau masih hidup pasti ibu akan sangat bahagia."

Selama ini Saraswati memang selalu mengatakan kepada Briyan, kalau ayahnya sudah tiada dari dirinya masih kecil, Saraswati terpaksa berbohong agar Briyan selamanya tidak akan menanyakan tentang ayahnya yang sudah pergi meninggalkan dirinya, dan juga putra kandungnya.

"Briyan, kenapa Lilian sudah tidak pernah kesini lagi?" tanya Saraswati dalam sela-sela makan martabaknya.

"Lilian? mungkin Lilian sudah tidak akan kesini lagi bu." Saraswati langsung terkejut.

"Kenapa?"

"Hubunganku dengan Lilian sudah berakhir bu."

"Berakhir? bukankah selama ini kalian baik-baik saja? lantas ada masalah apa sampai kalian berpisah?" ada rasa kecewa di wajah Saraswati.

Saraswati menyayangkan sekali kenapa Briyan bisa berpisah dengan Lilian, karena selama ini dia tahu Briyan benar-benar tulus mencintai Lilian.

"Karena aku dan Lilian bagai langit dan bumi bu, Lilian ternyata bukan anak guru honorer, dia adalah anak pengusaha kaya raya bu, ayahnya adalah Pak Adrian pemilik perusahaan terbesar di kota ini."

"Apa?"

Bersambung....