Setelah 19 tahun dirawat di sebuah RUMAH SAKIT JIWA, Avram Everglass yang mengidap Deviasi Seksual dan Berkepribadian Ganda melarikan diri dari sana untuk mencari Alceena Eugene.
Pelariannya itu dipicu oleh sebuah tayangan sinetron yang dibintangi oleh Amalthea Estrial, anak perempuan Alceena yang memiliki wajah sama persis dengan ibunya. Avram mengira jika Amalthea itu adalah Alceena.
Kepanikan memuncak, ketika terjadi "Tiga Pembunuhan Berantai" yang dilakukan oleh seseorang yang Sakit Jiwa!...
Apakah Avram yang melakukan itu?
Ataukah ada Pembunuh lainnya yang menjadi "Bayangan" Avram?
Apakah hubungan Devilia dengan Avram dan Alceena Eugene?
Penasaran gak? Baca kisahnya di sini, Gaess...❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
°A.E-05 : Suasana Liburan yang Rusak!
...----------------...
"Baik, Om...!"
Suara maupun tatapan Claus Gildas, tidak menyiratkan perasaan segan atau canggung... Apalagi jera. Sikap dan gerak-geriknya malah cenderung ke sikap acuh walau tidak merendahkan.
Claus meninggalkan tempat itu tiga puluh menit kemudian. Dia pergi seorang diri. Suara raungan mesin motornya menderu, membahana ke seluruh tebing.
'BRUUUUM.... BRUUUUM... GRAUUUNG...'
Dari jendela atas, Carvey melihat ke bawah. Claus melambaikan tangannya ke arah Amalthea dari atas sadel motornya. Tidak lama kemudian, motor besar yang berisik itu menghilang di belokan.
'Tap.... Tap.... Tap....'
Amalthea melangkah dengan gontai, masuk ke dalam kamarnya. Dia memang tidak jadi pergi, tapi Carvey tahu bahwa.... Suasana liburan mereka telah rusak!
...****************...
Seharian ini, Amalthea tidak terlihat di sekitar rumah peristirahatan itu. Dia mengurung diri terus di dalam kamarnya. Seolah-olah dia ingin menghukum kedua orangtuanya. Dia ingin menyatakan kepada mereka, percuma saja menahan raganya di sini, jika jiwanya sudah tidak berada di tempat ini lagi.
Mama ingin dia berkumpul bersama kedua orangtuanya di sini, kan? Oke! Yang ada di sini hanya namanya saja!
Kenyataannya???
Mereka tidak pernah bersama lagi!!!!
"Biar aku yang panggil Thea.... Kamu siapkan makanan saja..." ujar Carvey pada Alceena.
Carvey mencegah Alceena untuk memanggil Amalthea, ketika dia melihat wajah istrinya yang sudah cemberut karena kesal.
"Tidak usah! Dia harus membantuku menyiapkan makanan! Aku ini Mamanya, bukan babunya!!" seru Alceena dengan suara datar dan tegas.
"Sudahlah, Sayang! Kenapa sih, harus mencari masalah lagi?! Suasana akan bertambah rusak kalau begini!" ujar Carvey memperingatkan Alceena.
"Suasana memang sudah rusak sejak begajulan itu datang! Jangan salahkan aku!" teriak Alceena histeris.
"Jangan menambah keruh keadaan lagi, sayang! Sudahlah... Kita harus merangkulnya, bukan malah mendorongnya semakin jauh..." ujar Carvey dengan sabar.
*Apa yang harus aku lakukan? Minta maaf kepadanya, hah? Atau merengek, meminta dia ikut makan malam bersama kita?" tanya Alceena dengan nada sarkas.
"Jangan begitu dong, Sayang! Amalthea itu anak kita, bukan musuh kamu! Kenapa sih kamu sangat memusuhinya?" ujar Carvey kesal.
"Dia itu harus dididik, Carv! Kamu terlalu lemah padanya!!" seru Alceena pada Carvey.
"Dan kamu terlalu keras! Hampir tiap hari kalian bertengkar!" ujar Carvey.
"Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan memarahinya, hah? Kamu selalu tidak tega!" teriak Alceena pada Carvey.
"Sudahlah.... Sudah! Beri aku kesempatan untuk bicara padanya, oke?!" ujar Carvey mengakhiri perdebatan dengan istrinya.
......................
"Hai, cantik.... Apakah Papa boleh masuk?" sapa Carvey dari ambang pintu kamar Amalthea.
Amalthea tidak menoleh ataupun menyahuti sapaan Papanya. Dia hanya mengangguk kecil, menandakan boleh. Wajahnya segelap langit di luar sana.
Carvey melangkah masuk dan duduk di sisi tempat tidur Amalthea.
'Sreeet.... Sreeet.... Sreeet....'
Amalthea menggeser badannya untuk menjauhi Papanya. Tapi posisinya masih sama, telungkup di tempat tidur. Matanya hanya melihat sebuah buku yang terbuka lebar di hadapannya. Sebuah buku yang sudah pasti tidak dibacanya.
"Thea.... Papa mengerti perasaan Thea. Tapi Papa juga mau agar Thea juga mengerti perasaan Papa dan Mama..." ujar Carvey dengan sabar.
Hening.... Tidak ada jawaban. Sepertinya Amalthea tidak mendengarkan apa yang Carvey ucapkan. Wajahnya terlihat....kosong.
"Mama bukannya tidak sayang sama kamu. Justru karena sayang sama Thea, kami selalu ingin dekat dengan Thea..." ujar Carvey memberi pengertian kepada Amalthea.
"Tapi bukan begitu caranya , Pa! Boleh saja jika ingin dekat! Tapi tidak harus mengekang Thea untuk kemana dan kapan Thea boleh pergi!" seru Amalthea mengeluarkan unek-uneknya.
"Thea mau pulang besok, kan? Papa sudah janji untuk membujuk Mama, supaya kita bisa pulang bersama-sama. Tapi belum juga Papa sempat ngomong ke Mama, Thea mendadak ingin pulang sekarang juga! Nah, siapa yang melanggar perjanjian kita, hm?" ujar Carvey pada Amalthea.
"Terserahlah!! Pokoknya kalau Thea mau pulang, jangan dilarang! Thea kan sudah besar! Tidak bisa dikurung kaya anak kecil begini!!!" ujar Amalthea setengah berteriak.
"Kapan Thea dikurung?! Sejak kamu kecil, kamu tidak pernah dikurung! Kita ini sedang berlibur! Bukan main kurung-kurungan!" tegas Carvey kepada Amalthea.
"Tapi Thea merasa kaya Napi... Enggak bisa pergi semau Thea!" sungut Amalthea kesal.
"Hey, tentu saja! Itu adalah kewajiban seorang anak, harus patuh perintah orangtua! Apa sih susahnya bermalam semalam lagi dengan Papa dan Mama? Apakah permintaan itu terlalu berat buat Thea?" ujar Carvey dengan nada kecewa.
"Thea sudah bosan di sini!!" seru Amalthea kesal.
"Apakah karena pemuda itu? Kamu ingin berada di dekatnya, dari pada dengan Papa? Apa kamu bosan berada di dekat Papa?" ujar Carvey dengan nada sedih.
Saat mengucapkan kata-kata itu, ada kepedihan di dalam hati Carvey. Dia masih tidak rela Amalthea beranjak dewasa. Dia merindukan Amalthea kecil yang selalu manja kepadanya.
Mendengar kata-kata itu, muncul secuil perasaan sesal dan iba di sudut hati Amalthea.
Selama ini, Papanya selalu baik padanya. Lemah-lembut dan sabar.
Kapan Papa tidak pernah mengabulkan permintaannya?
Papa selalu ada disaat dia membutuhkannya.
Apakah benar, Papa merasa tersingkir dengan kehadiran Claus?
"Ayo, kita makan!" ujar Carvey tiba-tiba, mengejutkan Amalthea.
Wajah Amalthea sudah berubah... Kemarahannya sudah menghilang sebagian, dan api amarahnya sudah meredup di tatapan matanya.
"Mumpung Papa masih bisa makan bersama Thea..." ujar Carvey sambil tersenyum pahit.
"Tanpa harus meminta izin...."
...****************...
...#Rumah Sakit Jiwa....#...
...------------------------------------...
"Bawa masuk pasien baru itu, Suster..." titah Dokter Cabas melalui Interkom yang ada di ruangannya.
"Hm... Siapa namanya? Devilia?" gumam Dokter Cabas.
Dokter Cabas melihat status pasien yang ada di tangannya, sambil memperbaiki letak kacamatanya yang miring.
"Hm...Hm... Wanita lajang berumur tiga puluh lima tahun, wiraswasta, lulusan fakultas ilmu komunikasi, punya rumah sendiri, dan tiba-tiba membuat pengaduan kepada ketua RT setempat bahwa tetangganya membuka rumah pe-la-cur-an..." gumam Dokter Cabas membaca status pasien di dokumen itu.
Ketika pengaduannya diabaikan karena tidak ada bukti, Devilia menulis surat berkali-kali pada ketua RT, ketua RW, lurah, camat, bahkan sampai ke polisi.
Terakhir Devilia menuduh para tetangga di sekitar sana mengejek dirinya sebagai pe-la-cur. Ketika dia baru pulang dari tempatnya bekerja, ada dua orang ibu-ibu tetangganya yang sedang bergosip di dekat halaman rumahnya.
Tiba-tiba saja Devilia menyerang mereka, dengan tuduhan bahwa mereka sedang bergosip tentang dirinya. Devilia menjambak rambut kedua ibu-ibu itu dan mendorong mereka ke selokan.
Dokter Cabas membalik status pasien tersebut sambil menghela nafas panjang.
'Huuufft...! Sraaak.... Braaak...'
Penyakit jiwa memang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Kaya-miskin, tua-muda, terpelajar atau tidak, sama saja!
...----------------...
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
caranya follow akun ak dl ya.
thank you
Awal udah seru tapi aku ga bisa sering baca karena banyak kesibukan juga:(
Tetap semangat nulis yaaa!