Rahasia With Ipar

Happy reading....

Saat Amanda dan juga Tante Dina akan menghampiri Fitri, tiba-tiba saja Tante Dina yang terburu-buru tidak sengaja menabrak seorang perempuan hingga belanjaannya jatuh.

"Maaf Bu, saya tidak sengaja," ucap Tante Dina membantu belanjaan wanita itu yang tercecer di lantai.

"Iya, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati ya Mbak," jawab Ibu tersebut.

Setelah belanjaannya kembali rapi, wanita itu melenggang pergi meninggalkan Tante Dina dan juga Amanda. Namun, saat mereka menengok kembali ke arah restoran, tidak menemukan adanya Fitri dengan pria tersebut.

"Ke mana mereka?" gumam Tante Dina dengan bingung saat tidak melihat Fitri di sana.

"Iya Mah, Fitri ke mana ya? Masa iya kita salah lihat?" timpal Amanda.

"Iya, Mama yakin itu tadi Fitri. Sudahlah, lebih baik kita pulang dan kita tanyakan nanti saat sampai di rumah. Lagi pula mungkin saja itu temannya Fitri."

Amanda menganggukan kepalanya, kemudian mereka berjalan menaiki lift untuk turun ke lantai bawah di mana mobilnya terparkir di basement.

Akan tetapi, sepanjang perjalanan Amanda terus saja melamun. Dia masih memikirkan tentang pria yang bersama Fitri tadi. Entah kenapa walau melihatnya dari belakang, Amanda seperti mengenali pria tersebut.

'Kenapa postur tubuhnya seperti mas Darius, ya? Tidak mungkin. Masa mas Darius pergi sama Fitri sih? Sudahlah Amanda, kau terlalu bernegatif thinking kepada suamimu. Sepertinya memang aku butuh ketenangan pikiran, aku akan meminta izin pada mas Darius untuk pergi ke rumah orang tuaku.' batin Amanda.

Walaupun dia mencoba untuk tenang, tapi tetap saja beribu-ribu pertanyaan muncul di benaknya tentang siapa pria yang bersama Fitri, dan siapa wanita yang bersama Darius tempo hari.

Tante Dina melirik ke arah menantunya, kemudian dia memegang tangan Amanda, membuat wanita itu sedikit terlonjak kaget.

"Sayang, kamu kenapa mikirin apa sih?"

"Nggak papa kok Mah. Oh ya, nanti besok lusa Amanda rencananya mau pulang ke rumah. Sudah lama juga kan Amanda tidak menengok keadaan Mama dan Papa, Amanda."

"Iya juga ya, kamu sudah 5 bulanan tidak pulang ke rumah. Ya sudah, nanti kamu minta izin saja sama Darius."

"Baik Mah." Amanda tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

Sesampainya di rumah, mereka tidak melihat adanya Fitri. Dan pelayan mengatakan jika Fitri sedang keluar sudah 2 jam yang lalu.

"Berarti benar yang kita lihat di restoran tadi emang Fitri. Kita tunggu saja di sini, mungkin sebentar lagi dia akan pulang," ucap Tante Dina.

Amanda mengangguk, kemudian mereka pun menunggu Fitri pulang di ruang tamu. Dan tak lama pelayan datang membawakan minuman.

Mereka berbicara seputar bisnis dan juga seputar butik milik Amanda, karena kebetulan wanita itu sebelum menikah dengan Darius mempunyai butik yang sangat terkenal, bahkan beberapa artis langganan di sana.

Setelah 1 jam mereka mengobrol, tiba-tiba melihat Fitri masuk. Tante Dina dan juga Amanda melirik satu sama lain, sebab baju yang dikenakan Fitri berbeda dari apa yang mereka lihat waktu berada di mall.

"Mah, Kak Amanda, tumben duduk di sini?" tanya Fitri sambil mencium tangan Tante Dina.

"Iya, tadi habis pulang dari mall. Ya ... ngopi santai aja sih. Kamu habis dari mana, sayang?" tanya Tante Dina sambil menatap lekat ke arah Fitri.

"Itu Mah, tadi habis reunian di cafe, tak jauh kok dari sini sama temen alumni SMA," jawab Fitri sambil tersenyum ke arah mertuanya.

Tante Dina melirik ke arah Amanda, begitu pula dengan wanita tersebut. Mereka merasa heran sebab tidak mungkin jika mereka salah melihat waktu berada di mall, karena wajah Fitri begitu sangat jelas tidak mungkin kan jika ada kembaran.

"Kalian kenapa sih, kok natap aku begitu? Ada yang salah ya sama penampilan aku?" tanya Fitri dengan heran saat Tante Dina dan juga Amanda menatap lekat ke arahnya.

"Ah, tidak apa-apa Dek. Kamu terlihat sangat berbeda aja hari ini, pakaian kamu juga tumbenan bagus, cocok sama badan kamu." Puji Amanda.

Dahi Fitri mengkerut heran saat mendengar pujian itu, karena tidak biasanya Amanda berkata semanis itu kepada dirinya.

"Tumben banget kamu muji aku? Biasanya kamu nggak pernah loh muji aku kayak gitu," kekeh Fitri.

"Iya, yang dikatakan Amanda benar. Oh iya, tadi kamu apa pergi ke mall?" tanya Tante Dina sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Fitri menggelengkan kepalanya, "Tidak Mah. Aku tadi ke cafe, memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, tadi Mama sama Amanda itu melihat wanita yang mirip banget sama kamu. Tapi entahlah, mungkin kami hanya salah melihat saja," jawab Tante Dina sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Dia pun merasa heran, karena sangat jelas jika yang dilihatnya adalah Fitri. Namun baju mereka sangatlah beda, dan itu membuatnya sedikit pening.

Tiba-tiba saja ponsel Amanda bergetar, wanita itu pun segera mengangkatnya dan ternyata itu dari desainer yang ada di butiknya.

"Sebentar ya Mah, Fitri, aku angkat telepon dulu."

"Iya halo, kenapa Lu?" tanya Amanda pada seseorang di seberang telepon.

"Oh, oke, aku ke sana sekarang." Setelah itu telepon pun terputus.

Tante Dina menatap ke arah Amanda, "Ada apa, sayang?"

"Ini Mah, aku harus ke butik ada sedikit kerjaan. Kalau gitu aku pamit dulu ya, lagi pula masih ada waktu juga untuk masak makan malam. Assalamualaikum." Amanda mencium tangan Tante Dina, kemudian melenggang pergi meninggalkan rumah megah tersebut.

Sementara Fitri juga izin ke kamarnya, begitu pula dengan Tante Dina, dia juga berjalan menuju kamar untuk membersihkan dirinya.

.

.

Sepanjang perjalanan pikiran Amanda terus aja mengarah kepada Fitri, karena dia sangat yakin wanita yang ia lihat di mall tersebut adalah adiknya. Namun Ia juga merasa bingung sebab saat Fitri pulang baju mereka amat sangat berbeda.

Wanita di mall itu memakai baju dress berwarna hijau tosca, sedangkan saat Fitri pulang, dia memakai celana jeans dengan baju blus berwarna biru muda.

"Entahlah. Apa mungkin aku sama mama halusinasi? Tapi kalau kami hanya halusinasi, kenapa bisa bersamaan? Masalah ini benar-benar membuatku sangat bingung. Aku harus cepat pulang ke rumah untuk merefreshkan otak," gumam Amanda sambil menghela nafasnya dengan kasar.

Saat sampai di butik dia langsung masuk menuju ruangan di mana desainer pribadinya berada.

"Ada apa, Lu, tumben banget lo manggil gue ke sini? Ada masalah?" Amanda bertanya pada seorang wanita yang berusia 25 tahun di mana ia adalah sahabatnya.

"Nggak ada masalah sih, cuma tumben banget lo udah berapa hari nggak ke butik? Zengaja ya mau ngelimpahin pekerjaan semuanya sama gue," jawab melulu dengan wajah juteknya.

Kebetulan mereka sudah bersahabat sejak SMP, jadi antara keduanya tidak ada kecanggungan sama sekali. Di lain sisi Lulu juga lulusan kuliah mengambil jurusan desainer.

"Ya sorry, gue akhir-akhir ini sibuk banget. Tapi kayaknya emang beberapa hari ke depan gue bakal ngerepotin lo deh."

"Emang lo mau ke mana?" tanya Lulu dengan penasaran sambil duduk di samping Amanda.

"Gue mau pulang ke rumah. Akhir-akhir ini pikiran gue kacau balau."

"Memangnya apa sih yang mengganggu pikiran sahabat gue ini, sampai lo harus pulang ke rumah? Apa ini ada hubungannya dengan Darius? Atau ibu-ibu komplek nyindir lo lagi? Sini biar gue cekokin tuh mulut mereka sama cabe jablaay sekarung!" geram Lulu.

Mendengar itu, Amanda malah terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Kalau kau bisa, sana cekokin aja."

"Ya bisalah, kenapa nggak? Ayo cerita! Kenapa? Ada masalah apa?"

Amanda menatap sejenak ke arah Lulu, seperti sedang memikirkan apakah ia akan mengungkapkan semuanya kepada Lulu atau tidak. Tapi Amanda tidak tahu kepada siapa lagi dia akan bercerita, selain kepada sahabatnya.

"Sejujurnya ini lebih dari sindiran ibu-ibu komplek," ucap Amanda dengan lirih.

BERSAMBUNG.....