Penjara Cinta Tuan Malvyn

Dari jalur Kereta Api Kualanamu ke Stasiun Medan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit melalui jalur jalan layang.

Setelah sampai ke stasiun Medan. Aisyah, Malvyn, dan Mario naik Kereta Api lagi menuju Stasiun yang cukup jauh. Perjalanan kali ini akan memakan waktu sekitar 7 jam hingga sampai ke kota kecil kelahiran Aisyah.

Malvyn menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam. Beberapa saat kemudian tampak bibirnya tertarik ke atas.

Entah apa yang dipikirkan pria itu, Aisyah sendiri tidak tahu menahu akan perihal tersebut.

Aisyah memilih untuk berselancar di media sosial. Melihat status-status dan foto yang diunggah teman-teman sekolahnya.

Teman sekelasnya kebanyakan melanjutkan pendidikan di Medan. Hanya dirinya yang kuliah di Jakarta atas permintaan dari papi Askar.

Kepulangan nya kali ini pasti akan membuat gempar kedua orang tua dan kakak perempuannya. Bagaimana tidak? pulang membawa pria yang hendak melamarnya.

"Apa masih lama?" tanya Malvyn mulai bosan hanya duduk saja, sementara pekerjaan nya sudah selesai sebelum mereka berangkat.

Sedangkan Mario sedang menelepon seseorang, entah apa yang dibicarakan. Tetapi sepertinya sedang berbicara seorang wanita.

Aisyah menoleh menatap Malvyn sebentar lalu fokus pada ponselnya. "Batu juga dua jam, pak. Masih ada lima jam perjalanan lagi," terang Aisyah.

Sumpah demi apapun. Walau Malvyn sangat tampan dengan wajah bule nya, tetap saja belum menggetarkan hatinya.

"Bapak mau kemana?" tanya Aisyah saat melihat Malvyn hendak meninggalkan tempat duduknya.

"Bosen. Kesana sebentar," ucap Malvyn datar.

Malvyn melangkah ke arah pintu gerbong lalu masuk ke gerbong lain. Tetapi, saat melihat tatapan para penumpang di gerbong itu membuatnya jengah.

Ia balik ke arah semula lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat nya kembali.

Aisyah melihat Malvyn dengan kerutan di dahi nya. "Kenapa balik lagi? terus masam begitu?" tanya nya heran.

Malvyn menatap Aisyah beberapa saat. "Mereka menatapku aneh," untuk kali pertama pria itu mengungkapkan apa yang dirasa selain kepada Mario.

Aisyah ber o ria saja. "Tentu saja aneh. Kita ini menuju pedesaan, pak. Pasti aneh kalau Bule datang ke desa," sahut Aisyah menerangkan dari tatapan para penumpang.

Begitu juga dengan nya. Ia merasa diperhatikan sedari tadi duduk bersebelahan dengan bule. Sudah tampan, rapi, dan wangi pula.

"Aku tahu kalau aku ini tampan," ucap Malvyn menyadari Aisyah tengah memerhatikan wajahnya.

Aisyah tersentak kemudian memalingkan wajah lantaran malu tertangkap basah telah memerhatikan pahatan indah bak dewa Yunani.

"Anda terlalu percaya diri," desis Aisyah merasakan panas di wajahnya yang memerah.

"Saya bicara sesuai fakta," kata Malvyn santai namun tidak mau kalah.

"Setampan apapun anda, tetap saja pacar saya lebih tampan!" sepertinya Aisyah sudah tidak memiliki rasa takut lagi kepada Malvyn.

Lihat saja. Aisyah sudah berani memamerkan pacar halu nya saat ini, yaitu Yoongi BTS.

Malvyn menatap Aisyah sangat intens dan tajam. Rahangnya mengeras dengan tangan terkepal. "Saya tidak terima jika calon istri saya memiliki pacar. Putuskan atau akan saya habisi dia!" gertak nya membuat Aisyah menelan saliva dengan kasar.

"Sikap bapak seperti ini seperti sedang cemburu kepada pasangan yang sangat dicintai. Gak mungkin bapak sudah cinta saya dalam hitungan hari, 'kan?"

Lagi-lagi pertanyaan Aisyah membuat Malvyn terdiam. Tatapan nya tertuju pada mata gadis itu kemudian memalingkan wajah tanpa menjawab pertanyaan Aisyah.

Aisyah mencebik seraya melipat kedua tangan di dada. Entah mengapa merasakan sikap Malvyn berbeda walau masih datar dan dingin di hadapan nya.

"Mario!!! Kenapa kamu sebucin itu?"

*

*

i