Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Menolak
“Abah, Aa kan udah bilang kalau tidak mau dijodohkan. Memangnya sekarang masih zaman kolonial, main menjodohkan seenaknya.” Kagendra marah pada ayahnya.
“Kalau kamu menolak perjodohan ini, bilang saja pada Aki. Aki yang berniat menjodohkan kamu dengan cucu sahabat baiknya. Aki kamu sudah berucap janji sejak mereka masih muda,” jelas Yusuf, ayahnya.
“Kenapa dulu Aki tidak menjodohkan Abah saja dengan anak sahabatnya itu? Kenapa sekarang jadi aku yang harus menanggungnya? Kalau memang harus menunaikan janji, jodohkan saja sama si Fian. Dia kan sama-sama cucu Aki. Kenapa harus aku yang dijodohkan? Pokoknya aku menolak perjodohan ini. Titik.” Kagendra masih saja marah-marah.
“Aa! Kamu tidak sopan bicara seperti itu. Kalau kamu tidak setuju, tidak usah marah-marah. Bicarakan baik-baik dan kemukakan alasan kenapa kamu tidak mau dijodohkan. Toh, sekarang ini kan kamu memang tidak punya kekasih. Jadi apa salahnya kalau kamu mencoba dulu perjodohan ini? Kamu kenalan dulu dengan cucu sahabat Aki. Ibu sudah bertemu dengan perempuan yang akan dijodohkan dengan kamu. Ibu suka dengan gadis itu,” jelas Indriani.
Kagendra mengisi gelas kosongnya dengan air dan langsung menghabiskannya hingga tandas. Ia menghela napasnya kasar.
“Bu, Ibu tahu kan siapa yang Aa tunggu?” Kagendra memohon.
“Aa, bukannya kami menolak gadis yang kamu sukai, tapi Natasha tidak memberikan kepastian yang jelas pada kamu. Ia lebih mementingkan studi dan karirnya. Ibu tidak menyalahkan dia yang lebih memilih meninggalkan kamu demi mengejar studi dan karir.” Indriani mengelus lembut kepala putranya itu.
“Tapi Aa sudah berjanji sama Tasha kalau Aa bakal tungguin dia,” ucap Kagendra.
“Kalau sudah jodohnya tidak akan kemana, A. Kalau memang Natasha sudah ditakdirkan menjadi jodoh kamu, maka ia akan menjadi jodoh kamu, tapi kalau memang Natasha tidak ditakdirkan menjadi jodoh kamu, mau kamu tunggu sampai kamu tua atau mau kamu kejar sampai kemanapun juga, maka dia tidak akan menjadi pasangan kamu.”
“Tapi Bu,”
“Kalau menurut Ibu, coba kamu kenalan dan temui dulu jodoh yang dipilih Aki. Siapa tahu kalian memang berjodoh dan akan membuat kamu melupakan Natasha terus jatuh cinta sama gadis pilihan Aki,” nasihat Indriani.
“Gak mungkin Bu. Sudah Aa serahkan semua cinta Aa buat Tasha. Aku gak akan pernah mencintai gadis lain,” ucap Kagendra.
“Jangan takabur Aa. Allah yang membolak-balikan hati manusia. Bisa saja sekarang kamu bilang kalau kamu tidak suka sama gadis pilihan Aki, tapi nanti kamu bakal cinta mati sama dia. Lagian kamu lebay banget sih. Bilang kalau semua cinta sudah diberikan pada perempuan itu. Lalu, cinta untuk Ibu, Lena, mana? Sudah habis tidak tersisa?” tanya Indriani. Ia kesal mendengar perkataan putranya.
“Ibu jangan bilang seperti itu. Cinta Aa buat Ibu dan Lena berbeda dengan cinta Aa buat Tasha,” sergah Kagendra. "Kenapa Ibu mengatakan hal-hal yang negatif tentang Tasha?"
"Siapa yang negatif?" protes Indriani.
"Buktinya Ibu terdengar engan menyebut nama Tasha."
"Kalau kamu sadar, bagus deh. Seharusnya kamu paham dengan sikap Ibu. Ibu ingin kamu mendapatkan pasangan terbaik, yang akan menemani kamu hingga tua. Ibu tidak ingin kamu mendapatkan pasangan yang kurang baik."
"Kenapa Ibu seperti tidak suka pada Tasha? Sebelumnya Ibu baik-baik saja menerima dia."
"Sebelumnya Ibu hanya menahan diri saja. Setelah dia lebih memilih hal lain dibandingkan kamu, Ibu sudah tidak respect lagi sama perempuan itu."
“Jadi, sebenarnya Ibu tidak menyetujui hubungan Aa dengan Tasha.”
"Ibu tidak perlu menjawab. Kamu tahu jawabannya, kan?" sindir Indriani.
Kagendra menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak menyangka akan mendapatakan jawaban menohok seperti itu.
"Ibu hanya ingin yang terbaik buat anak Ibu. Ibu selalu berdoa agar kamu mendapatkan jodoh yang baik buat kamu. Setelah Ibu berdoa tanpa henti, kok rasanya hati Ibu condong pada cucu sahabat aki.
"Doa Ibu gak bagus," cemooh Kangendra.
“Dasar anak kurang ajar. Masa Ibu dibilang jelek sih? Doa seorang ibu untuk anaknya tidak ada yang jelek, Aa. Semua ibu di dunia ini menginginkan kebahagian untuk anak-anaknya. Tidak mungkin Ibu mendoakan hal-hal yang jelek buat anak-anak Ibu. Ibu berkata seperti itu karena ibu melihat dan merasakan bahwa perempuan pilihan Aki adalah gadis yang baik,” jelas Indriani sabar.
“Baik saja tidak cukup, Bu,” kata Kagendra.
“Memang tidak cukup. Tapi naluri dan insting Ibu memberitahu kalau dia perempuan yang cocok buat kamu. Namanya Sadiyah. Kamu mau kan mencoba dulu untuk berkenalan sama dia?” pinta Indriani.
“Kenalan dulu apanya. Itu Aki langsung main tembak saja, mau langsung lamaran. Memangnya Aa tidak tahu kalau minggu depan, Aki mau langsung melamar cucu sahabatnya itu. Siapa itu tadi namanya? Namanya terdengar aneh.” Kagendra masih saja bersungut-sungut tidak terima dengan perjodohan yang dirancang keluarganya.
“Gampangnya, kalau kamu tidak setuju bilang sama Aki. Abah tidak akan memaksa kamu.” Yusuf yang sedari tadi mendengarkan obrolan antara ibu dan anak sambil asyik membaca bukunya tetiba angkat bicara.
“Aa itu anaknya Abah atau Aki? Kenapa jadi Aki yang ngatur-ngatur kehidupan Aa?” Kagendra yang sudah mulai tenang kembali tersulut.
“Makanya, kamu bicara langsung saja sama Aki dan ungkapkan alasan kamu menolak perjodohan,” tantang Yusuf.
“Baik,” Kagendra menerima tantangan ayahnya.
semangat