Pertemuan yang tak terduga antara lelaki dingin yang gila kerja, dengan wanita ceria yang penuh semangat. Karena insiden yang terduga, membuat keduanya melakukan cinta satu malam, dan terpaksa menjalani pernikahan secara mendadak. Pernikahan yang saling menguntungkan.
Lovata, seorang anak dari seorang pengusaha kaya. Ibunya dituduh sebagai pelakor karena hamil dengan ayahnya yang mengaku single pada awalnya. Akhirnya memutuskan untuk tidak mau menikahi lelaki itu dan membesarkan anaknya sendiri. Namun itu membuat istri sah ayahnya, marah, karena merasa telah dikhianati. Dan kemudian membuat masalah terus menerus dengan ibunya Lovata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Atta beneran datang ke kantor Ernes. Dengan membawa kartu nama yang Ernes tinggalkan malam itu. Atta mukai mencari kantor Ernes.
Ternyata, sesampainya disana. Atta telah ditunggu oleh assisten pribadi Ernes yang bernama Ryan. Namun, karena Ryan juga tidak tahu seperti apa Atta. Saat Atta berdiri di depannya dia tidak menyadarinya.
Ryan terus melirik jam tangannya. Sudah lebih lima belas menit tetapi dia tidak melihat wanita seperti yang Ernes jelaskan.
"Pokoknya nanti dia akan pakai kacamata dan dandannya norak.." kata Ernes.
Akan tetapi, tebakan Ernes ternyata keliru. Atta datang tanpa menyamar seperti saat dia bekerja. Karena merasa nyaman makanya Atta tidak menyamar.
Padahal Ernes menebak jika Atta akan datang dengan menyamar seperti biasa. Maka dari itu dia memberitahu ciri-ciri Atta ke Ryan seperti itu.
Karena berdiri terlalu lama dan bertanya-tanya seorang diri. Atta pun kemudian memberanikan diri bertanya kepada satpam. Apakah benar itu kantor Ernes, lelaki yang akan menjadi suaminya.
"Oh iya benar. Mbak ada keperluan apa ya?" tanya satpam tersebut dengan sangat sopan.
"E... anu.. saya diminta pak Ernes untuk datang kesini.." jawab Atta bicara terus terang.
"Coba saya tanyakan dulu!" satpam tersebut kemudian menelepon ke ruangan Ernes.
"Gini pak, ada seorang wanita yang katanya bapak yang minta dia kesini." lapor satpam tersebut menjalankan perintah.
"Siapa namanya?" tanya Ernes memastikan jika itu memang calon istrinya.
"Siapa nama kamu?" tanya satpam tersebut dengan gerakan bibir saja.
"Lovata.."
"Lovata katanya pak."
"Suruh dia masuk. Ryan disana nggak?"
"Ada di depan pintu masuk, pak."
"Bilang ke Ryan untuk membawa wanita itu ke ruangan aku, lewat lift khusus!" perintah Ernes sebelum mematikan teleponnya.
Satpam tersebut kemudian memanggil Ryan yang masih berdiri di depan pintu masuk menunggu Atta. "Emang udah datang?" tanya Ryan bingung. Dia memperhatikan orang-orang yang masuk ke perusahaan tetapi tidak melihat seseorang seperti ciri-ciri yang Ernes katakan.
"Ada disana." satpam memberitahu keberadaan Atta yang masih mematung di pos satpam.
Ryan menoleh ke arah wanita yang berdiri di pos satpam. Wanita yang memakai kaos panjang dipadukan dengan rok kotak-kotak selutut. Ryan pun terkesima melihat kecantikan Atta.
"Lah, katanya penampilannya norak dan kuno? Tapi kok cantik banget.." gumam Ryan seorang diri.
Tapi, Ryan harus segera tersadar dan membawa wanita tersebut ke ruangan bos-nya. "Nona Atta?" tanya Ryan masih belum sepenuhnya tersadar dari pesona Atta.
Apalagi saat Atta berbalik dan rambut panjang sepunggung yang teruari menyibak kesana kemari. Ryan benar-benar seperti melihat bidadari.
Wajah yang polos dengan riasan tipis dan senyuman yang indah dengan lesung pipo dikedua pipinya. Membuat Ryan benar-benar enggan mengalihkan pandangannya.
"Iya. Aku disuruh Er.. pak Ernes kesini." jawab Atta dengan ramah pula.
"Aku assisten pak Ernes, kenalin namaku Ryan." Ryan memperkenalkan dirinya.
"Lovata tapi lebih sering dipanggil Atta." Atta menjabat tangan Ryan. Mereka saling beradu pandang cukup lama.
Drtttt..
Sampai akhirnya Ryan tersadar oleh panggilan telepon dari Ernes. Seketika Ryan melepas tangan Atta dan mengalihkan pandangannya.
"Iya pak..."
"Kenapa lama banget?"
"Ini.. ini udah jalan." Ryan buru-buru mengajak Atta ke ruangan Ernes melalui lift khusus Presdir.
Di ruangan Ernes.
Ernes memberikan kertas berisi perjanjian kontrak nikah mereka. Ernes meminta Atta untuk membacanya secara terperinci sebelum menandatangani.
"Aku nggak setuju dengan poin yang ini, ini juga." protes Atta yang isi perjanjian tersrbut dianggap memberatkan Atta.
"Apaan aku harus berhenti kerja, nggak ada!" imbuhnya.
"Apa kamu kira kamu kesini untuk negosiasi? Kamu hanya perlu nurut saja. Pernikahan ini mau kamu kan?"
"I... iya, tapi nggak gini juga. Kita emang akan menikah, tapi pekerjaan itu privasi aku. Kalau nggak nanti gimana kalau kita cerai, aku udah terlanjur keluar dari pekerjaan, gimana nasib ibuku?" Atta bertanya dengan wajah sedih.
Di serang dengan wajah sedih dan menggemaskan. Membuat Ernes menjadi agak goyah. "Eh, nggak gitu, ahh,, terserah kamu aja!" akhirnya Ernes menyerah dengan serangan keimutan Atta.
Atta yang merasa senang pun kemudian melompat dan tiba-tiba mencium pipi Ernes. Cup!
Ernes membulatkan matanya dengan apa yang Atta lakukan. Bukan hanya Ernes, tapi juga Ryan yang masih berada di ruangan Ernes juga.
"Kamu mau kemana?" tanya Ernes menyembunyikan rasa gugupnya.
"Aku? Emm kembali ke rumah sakit kemudian berangkat kerja." jawab Atta masih merasa senang
"Makan siang bareng dengan mama!" pinta Ernes.
Ernes ingin mengajak Atta makan siang dengan mamanya. Karena Ernes sudah sangat risi, setiap dia pulang mamanya akan selalu nyerocos ingin ketemu dengan calon menantunya.
"Ma.. kan siang bareng mama kamu?" Ernes menganggukan kepalanya.
"Kamu suka anak-anak nggak?" tanya Ernes lagi.
"Su...suka."
"Nanti aku kenalin dengan anak-anakku." perkataan Ernes tersebut seketika membuat Atta membulatkan matanya.
"Anak-anak?" gumamnya kaget.
Ternyata benar, dia udah punya istri. Pantas saja dalam isi kontrak tersebut, Ernes bilang akan membelikan sebuah rumah untuk Atta dan ibunya tinggal. Lagipula dilihat dari umurnya, Ernes memang sudah selayaknya menjadi seorang bapak.
Atta tersenyum sinis. Dia menertawakan dirinya sendiri yang pada akhirnya harus menjadi simpanan orang kaya.
Eits, bentar. Tapi kenapa Ernes ingin memperkenalkan Atta dengan mamanya. Apa mamanya tidak akan marah jika Ernes punya seorang simpanan.
"Kamu ingin ajak makan siang dengan mama kamu atau mamanya anak kamu?" tanya Atta masih bingung.
"Ya mamaku, ya mama dari anak-anakku." jawab Ernes dengan santai. Dia tidak melihat ekspresi wajah Atta yang kebingungan.
Mendengar jawaban Ernes tersebut membuat Atta semakin melotot. Apa itu artinya Ernes akan mengakui hubungannya di depan mama dan istrinya.
"Gila.. ini beneran gila." gumam Atta seorang diri.
"Ma, aku jadi makan siang dirumah, aku ajak calon istriku." ucap Ernes kepada mamanya melalui panggilan telepon.
"Mama udah siapin semua."
"Hmm, aku segera pulang." ucap Ernes, kemudian mematikan teleponnya.
"Eh, anu, apa nggak seharusnya kita sembunyikan hubungan kita dari mama kamu dan istri kamu?" tanya Atta tidak ingin membuat masalah dengan istrinya Ernes.
Sudah cukup dia melihat masalah yang dihadapi oleh ibunya selama ini. Dimana ibunya harus menahan dengan perilaku istri sah ayahnya yang selalu saja membuat masalah.
"Ini momen besar di keluargaku, mana mungkin aku sembunyiin, nanti mamaku semakin ngomel."
"Udah jangan pikirin lagi, sebaiknya kita segera pulang!" imbuh Ernes sembari menarik tangan Atta yang terasa dingin.
"Kamu gugup mau ketemu mertua?" tanya Ernes dengan tersenyum geli.
"Bu..bukan gugup ketemu mama kamu, tapi gugup ketemu anak kamu dan mama dari anak kamu." jawab Atta yang kembali membuat Ernes tersenyum geli.
"Tenang aja, kamu pasti akan langsung suka sama anak-anakku. Mereka sangat menggemaskan." Ernes terus menarik tangan Atta.
Atta ingin sekali menolak. Tapi Ernes mengancam jika dia akan bilang ke ibunya alasan pernikahan mereka karena insiden tak diduga itu. "Nanti aku ngadu ke ibu kalau kamu manfaatin aku." ucap Ernes.
"Ish.. Gitu mainnya." akhirnya Atta bisa mengalah dengan ikut Ernes makan siang ke rumahnya bersama keluarga Ernes.
khh-vcgcxhh