NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Mandul

Aku Bukan Wanita Mandul

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Duda
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: Binti Ulfa

Pernikahan yang awalnya didasari rasa saling cinta, harus berakhir karena sang istri yang tak kunjung hamil selama 3 tahun pernikahan.

Benarkah sang istri yang mandul?
Setelah itu mantan suami masih datang mengganggu saat mantan istri membuka hati pada pria lain. Siapakah yang akan dia pilih?

Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Binti Ulfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Menyesal

@@@

Selesai sarapan, Yulia pamit untuk pulang ke rumah ibunya. Dan berharap suatu saat nanti bisa bertemu lagi dengan Bu Darsih.

Dengan berat hati dan juga banyak wejangan dan pesan, serta doa tulus dari Bu Darsih melepaskan Yulia. Diantaranya jika ia menikah lagi, Bu Darsih berdoa semoga Yulia mendapat laki laki yang bertanggungjawab dan sayang pada Yulia.

Yulia memeluk Bu Darsih dengan meneteskan air mata haru. Pertemuan yang begitu singkat namun akan membekas dihatinya.

"Sudah, sudah! Nanti kamu kesiangan. Panas Yul, cepat sana pergi. Ibu disini baik baik saja kok. Dari sebelum ada kamu tadi malam, ibu ya cuman sendiri. Jadi tak usah khawatirkan ibu." Bu Darsih meleraikan pelukan mereka dan menepuk pundak Yulia pelan.

****

Setelah melakukan perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya Yulia sampai juga dirumah ibunya. Ia melihat wanita yang telah melahirkannya itu sedang menata sisa sayur diatas meja. Terkadang ada tetangga yang membutuhkan dan membeli pada ibu Yulia.

Dengan menyeret koper Yulia berjalan cepat kearah ibunya.

"Ibuuuu!" Seru Yulia. Ia meninggalkan kopernya diujung undakan teras, menghampiri ibunya dan langsung berlutut, memeluk kaki sang ibu.

"Yulia, kau pulang, Nak?" menatap koper anaknya. Perasaan sang ibu tak karuan, melihat koper itu. Apakah Yulia...

"Maafin Yulia, ibu! Yulia salah. Dulu Yulia tidak dengar kata kata ibu!" Terjawab sudah apa yang dipikirkan ibu Yulia. Ia yakin anaknya ada masalah dengan sang suami.

Ibu mengelus puncak kepala anaknya yang terbalut hijab instan hitam. Lalu menyuruhnya berdiri.

Setelah berdiri Yulia memeluk leher ibunya. Tangisnya pecah lagi.

"Sudahlah Yul, tak ada gunanya disesali. Ibu sudah memaafkanmu, bagaimana bisa ibu tak memaafkan kamu, hmmm!"

"Ayo kita masuk, tak baik dilihat tetangga. " Pinta ibu sambil menggandeng tangan anaknya. Yulia mengambil koper dan membawanya masuk. Semua tak luput dari penglihatan sang ibu.

"Mau kemana ibu?" Tanya Yulia saat ibunya langsung ke belakang.

"Buatin minum buat kamu, Yul. Mau 'kan?" Yulia mendekati ibunya dan menarik tangannya untuk duduk.

"Ibu, duduklah dulu. Kita berbincang bincang, Yulia kangen banget dengan ibu."

Ibu Yulia mengalah. Ia pun duduk bersebelahan dengan anak perempuannya di sofa yang terlihat agak usang diruang tamu. Setelah agak lama keduanya diam dengan Yulia yang menggelayut dipundak sang ibu yang terlihat lebih kurus dari terakhir mereka bertemu.

" Sekarang, Yulia sudah diceraikan sama mas Wahyu, Bu! Mas Wahyu dan ibunya menuduh Yulia mandul. Padahal menurut dokter Yulia tak ada masalah kesuburan, Lagi pun pernikahan kita baru berjalan 3 tahun. Mas Wahyu selalu mengelak jika Yulia mengajak ke dokter untuk periksa. Ibunya bahkan lebih murka, saat Yulia berkata agar mas Wahyu sebaiknya pergi menemui dokter..."

"Stttt!" tegur sang ibu.

"Sudahlah. Ibu gak mau dengar lagi tentang mantan suamimu itu. Anggap aja jodoh kalian memang cukup sampai disitu." ibu terlihat begitu kesal pada Wahyu. Sebagai seorang ibu, tentu ia tak rela anak yang telah ia rawat dengan penuh cinta dari dalam kandungan, diperlakukan semena mena oleh orang yang baru dikenalnya beberapa tahun. Walau itu adalah oleh suami sendiri.

"Kau istirahatlah dulu Yul, nanti kita bicara lagi. Atau kau ingin makan? Kamu kan anak manja, masih suka minta disuapin sama ibu. Makan dulu saja deh!" putus ibunya yang langsung menuju dapur, untuk mengambilkan makanan anaknya.

"Bu, aku tadi lewat depan swalayan yang diujung jalan, aku mau ngelamar kerja di sana Bu. Siapa tahu aku diterima. Yulia harus cari kerjaan, biar dapat penghasilan. Dan juga buat mengalihkan pikiran aku, Bu!" ibu mengangguk angguk. Menyuapkan nasi di piring untuk Yulia.

"Aaaak!! Sesuap nasi itupun masuk ke mulut Yulia. Saat Yulia mengunyah, ia mengambil sendok itu. Mengisi dengan nasi dan menyuapkan pada ibunya.

"Ibu juga harus makan yang banyak, supaya ibu tetap sehat. Yulia tak tahu, kepada siapa lagi Yulia kembali dan berkeluh kesah jika sampai terjadi apa apa pada ibu!" Merekapun tersenyum. Nasi dan lauk sepiring penuh telah beralih ke dalam perut ibu dan anak itu.

"Ibu dukung keputusanmu, nak! Kamu harus move on. harus bahagia. Ibu selalu doakan untuk itu." Yulia tertawa.

"Aamiin. Tapi ngomong ngomong, ibu kok tahu istilah move on segala." ibu cemberut.

Keesokan paginya, Yulia bergegas berjalan kaki menuju swalayan yang kemarin ia lihat menempelkan tulisan sedang membutuhkan karyawan. Dengan mengucap Bismillah, ia berangkat dengan optimis.

Sesampainya di sana swalayan terlihat sudah cukup ramai dari luar. Ada beberapa sepeda motor terparkir rapi. Saat ia masuk Yulia celingukan, bingung pada siapa ia akan menyampaikan niatnya. Hingga kemudian ada salah seorang berseragam karyawan, lewat didepannya.

"Eh, mbak! Maaf. Numpang tanya. Nama saya Yulia. Saya tadi lihat didepan, kalau disini sedang membutuhkan karyawan baru, ya?" Gadis karyawan itupun berhenti dan menatap Yulia.

"Mbak Yulia pengen kerja disini?" ia malah balik bertanya. Yulia mengangguk.

"Sebentar ya, mbak! Saya tanya dulu pada mbak yang di kasir!" Ia pun berlalu menuju meja kasir. Mereka berbicara sambil melihat ke arah Yulia. Tak lama kemudian gadis itu melambaikan tangannya pada Yulia.

"Mbak! Sini..." Yulia pun mendekat.

"Mbak Yulia, ya? Pengen kerja disini?" Yulia mengangguk.

"Bisa hari ini juga kerja?" tanyanya lagi. Mata Yulia berbinar.

"Mau, mau! I-iya saya mau mbak!" Jawab Yulia penuh semangat.

"Ya sudah. Kalau begitu mbak Risma ini akan memberitahu apa yang mesti mbak Yulia kerjakan."

"Oiya, nama saya Fani!" Penjaga kasir itu menjabat tangan Yulia.

"Yulia, mbak Fani!"

Antrian mengular, Risma segera mengajak Yulia untuk mengerjakan sesuatu di tempat lain.

"Nah, ini mbak Yulia kerjaan mbak! Susun mie ini di rak ya, mbak. Susun yang rapi sesuai dengan merk-nya." Yulia mengangguk. Dengan cekatan ia mengerjakan apa yang diintruksikan padanya.

Selain menyusun mie, ia juga mengerjakan pekerjaan yang lainnya dengan penuh semangat, sampai tak terasa waktu istirahat pun tiba.

"Mbak Yulia, ayuk kita makan siang, nanti kerjaannya disambung lagi!" ajak Risma.

"Iya, mbak Risma!" Yulia pun mendekat.

"Nah, kenalan dulu. Yang ini namanya Lasmi, dan ini Yeni. Kita disini satu tim, harus kompak ya?"

"Oiya mbak, salam kenal semua. Saya Yulia, baru bekerja hari ini." ucap Yulia kemudian.

Merekapun asyik makan dan berbincang, bertukar nomor telfon dan bercanda.

"Oiya, kalau sembahyang tempatnya dimana ya?" tanya Yulia setelah menyelesaikan makannya.

"Ada, diatas. Di depan pintu ada tulisannya kok." kata Lasmi. Risma mengangguk.

"Disitu cuman ada dua ruangan. Yang satunya lagi itu ruangan pemilik swalayan ini." sambung Yeni.

"Kalian ada yang mau naik?"tanya Yulia mengedarkan pandangan pada ketiga teman barunya.

"Aku sedang haid." sahut Lasmi.

"He'eh, aku iya!" kali ini Yeni yang bersuara.

"Ayo, Yulia! Aku juga mau naik!" Risma berdiri, dan diikuti oleh Yulia. Saat Yulia dan Risma menaiki tangga, terdengar perdebatan antara Lasmi dan Yeni.

"Kenapa sih, kamu ikut ikutan bilang haid." Lasmi.

"Ya. aku kan perempuan. Emang salah kalau aku bilang sedang haid?" Yeni.

"Ya, salah kalau kamu gak haid tapi bilang haid. Iku jenenge ngapusi." semprot Lasmi pada Yeni. Terdengar Yeni mengaduh. Yulia geleng geleng kepala dengan kelakuan keduanya.

Selesai shalat, Yulia berdzikir sebentar. Sedang Risma sehabis shalat langsung berbisik di telinga Yulia.

"Aku turun duluan, ya?" Yulia hanya mengangguk. Sesaat setelah kepergian Risma, ruangan itu hening. Namun tak lama, sebuah suara anak anak terdengar.

Yulia telah menyelesaikan dzikirnya. Ruangan itu disekat antara sebelah kiri dan kanan. Mungkin maksud dari pemilik swalayan itu adalah antara ruangan laki laki dan perempuan terpisah.

Yulia melihat hape di dalam tas Selempangnya. Waktu istirahat masih kurang 15 menit. Tak membuang buang waktu lagi, Yulia membuka Mushaf kecil yang selalu dibawanya kemana mana. Ia membaca dengan lirih mushaf itu.

"Tante sedang mengaji?" tanya seorang anak kecil yang tiba tiba sudah ada didekat Yulia.

\=\=\=\=\=\=

1
Rika Hardiani
nBagus Rom, tegas jangan lemah nanti makin ngelunjak
nanik widyati
Luar biasa
Rika Hardiani
Edan itu ibu.....mulutnya kebanyakan cabe 🤣🤣🤣
Rika Hardiani
hi...hi...ke hotel lho...mau g mau harus mau /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Rika Hardiani
Luar biasa
Rika Hardiani
Ngeri banget ucapannya seperti laki² tanpa iman /Sob/
Elok Pratiwi
seperti membaca sebuah buku biasa bukan membaca sebush cerita
Elok Pratiwi
tidak menarik datar cerita nya biasa saja
Rembulan Jingga
🌹
Rembulan Jingga
👍
AR Althafunisa
tadi dia pengen punya cucu, sekali punya cucu dia bgtu sikapnya. Empeng2 tak berakhlak 😩
AR Althafunisa
tega bangettt sih laki2 mulutnya 😭😭😭
Isna Niah
Sumi Ady
geregetan sma klakuannya dini,dino😠
Sumi Ady
betul thu romi
Sumi Ady
aduh rese bngt si dini
Sumi Ady
waduh romi gaswat
Isabell Serinah
buat seasson2 lagi plseeee 🤣👍😭
auliasilviana
lho? katanya tokonya romi warisan dari ayahnya
kok beda lagi?
🌟Sugali🌟
baru tau w ngerujak pake bawang putih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!